Tolak Peluru - Ukuran Lapangan, Teknik dan Gaya

Daftar Isi

Tolak peluru adalah salah satu cabang olahraga atletik dari nomor lempar, yaitu sebuah gerakan menolak atau mendorong suatu alat yang bundar dengan berat tertentu yang terbuat dari logam (peluru) yang dilakukan dengan satu tangan untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya. Tolak peluru memiliki karakteristik tersendiri yaitu peluru tidak dilemparkan tetapi ditolak-kan atau didorong dari bahu dengan satu tangan.

Tolak Peluru

Tolak peluru merupakan salah satu cabang olahraga atletik dalam nomor lempar. Atlet tolak peluru melemparkan bola besi yang berat sejauh mungkin. Peluru ini merupakan peralatan utama dalam olahraga ini. Bentuknya bulat seperti bola dan terbuat dari besi. Peluru terbuat dari besi keras, kuningan atau logam lain tidak lebih lunak dari kuningan, atau kulit metal yang keras diisi dengan timah atau materi lain.

Tolak peluru adalah olahraga dengan menolakkan peluru (alat yang bundar seperti bola yang terbuat dari besi atau kuningan). Tujuan tolak peluru adalah untuk mencapai jarak tolakan yang sejauh-jauhnya. Peluru beratnya untuk junior putri 3 Kg dan putra 5 Kg, sedangkan untuk senior putri 4 Kg dan putra 7,25 Kg. Peluru harus berbentuk bola/bulat dengan permukaan yang licin/halus. Garis tengah peluru putra 110 sd 130 mm, sedangkan untuk putri bergaris tengah 95 sd 110 mm.

Pengertian Tolak Peluru 

Berikut definisi dan pengertian tolak peluru dari beberapa sumber buku dan referensi: 

  • Menurut Purnomo dan Dapan (2011), tolak peluru adalah bagian dari nomor lempar yang mempunyai karakteristik tersendiri yaitu peluru tidak dilemparkan tetapi ditolak-kan atau didorong dari bahu dengan satu tangan. 
  • Menurut Hudaya (2009), tolak peluru adalah salah satu cabang atletik masuk kategori pada nomor lempar, akan tetapi istilah yang dipergunakan bukan lempar peluru, karena berdasarkan cara melepaskan peluru dengan cara didorong-kan ke depan atau ditolak-kan ke depan. 
  • Menurut Syarifuddin (1992), tolak peluru adalah suatu bentuk gerakan menolak atau mendorong suatu alat yang bundar dengan berat tertentu yang terbuat dari logam (peluru) yang dilakukan dengan satu tangan untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya.

Ukuran Lapangan Tolak Peluru 

Lapangan tolak peluru juga memiliki kriteria tersendiri yaitu lengkungannya terbuat dari besi atau baja yang bagian atasnya harus rata dengan muka tanah di bagian luarnya. Bagian lingkaran dalam terbuat dari semen, aspal atau bahan lainnya yang berbentuk padat namun tidak licin. Adapun ukuran dan ilustrasi lapangan tolak peluru seperti diperlihatkan pada gambar di bawah ini:

Ukuran Lapangan Tolak Peluru

Prinsip-prinsip Tolak Peluru 

Menurut Jarver (2009), terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam perlombaan tolak peluru, yaitu sebagai berikut: 

  1. Jarak lontaran yang diperoleh dalam tolak peluru sangat tergantung pada kecepatan gerak dan sudut tangan yang menolakkan peluru tersebut.
  2. Untuk memperoleh kecepatan maksimum dibutuhkan tenaga terbesar yang bisa dikerahkan, tenaga ini digunakan untuk menolak peluru sejauh mungkin. 
  3. Tenaga yang digunakan harus dikerahkan dalam urutan yang tepat, mula-mula digunakan kelompok otot yang menimbulkan gerak lamban tetapi berkekuatan besar, kemudian digunakan kelompok otot yang relatif lebih lemah tetapi kerjanya lebih cepat. 
  4. Sudut optimum lintasan tergantung pada kecepatan dan tingginya tolakan, umumnya berkisar antara 40° - 42°. 
  5. Untuk mendapatkan kecepatan maksimum, atlet hendaknya melakukan gerakan dulu ke belakang lingkaran sebelum mulai melakukan gerakan melontarkan. 6. Gerakan meluncur ini membantu atlet dan peluru tadi membentuk kecepatan horizontal sebelum gerakan melontar dilakukan. 
  6. Begitu selesai meluncur atlet harus berada dalam posisi menolakkan tanpa kehilangan kecepatan gerak yang berarti. 8. Untuk meningkatkan jarak tolakan, yang sangat memerlukan tenaga tubuh, hendaknya bahu kanan dan pinggul ditarik sedikit ke belakang. 
  7. Untuk mendapatkan tenaga maksimum, baik dalam arah horizontal maupun vertikal, kaki yang terletak di depan hendaknya tetap kontak dengan tanah sewaktu gerakan melontar dilakukan. 
  8. Pada saat menolakan peluru, pencurahan tenaga dimulai dengan melakukan rotasi ke depan dari pinggul kanan kemudian diikuti batang tubuh si atlet dan diakhiri dengan gerakan pergelangan tangan ketika peluru terlepas. 
  9. Pada saat pencurahan tenaga secara berurutan ini dilakukan, hendaknya perhatian selalu dicurahkan untuk menjaga agar gerakan tampak simultan dan tidak kaku.

Teknik Memegang Peluru 

Peluru diletakkan pada telapak tangan bagian atas atau pada ujung telapak tangan bagian atas, yang dekat dengan jari-jari tangan. Jari-jari tangan direnggangkan atau dibuka, jari manis, jari tengah, dan jari telunjuk, dipergunakan untuk menahan dan memegang peluru bagian belakang. Sedangkan jari kelingking dan ibu jari digunakan untuk memegang/menahan peluru bagian samping, yaitu agar peluru tidak tergelincir ke dalam atau ke luar. Ke dalam ditahan oleh ibu jari dan ke luar ditahan oleh jari kelingking.

Terdapat tiga macam cara memegang peluru, ilustrasi gambar dan penjelasannya adalah sebagai berikut:

Teknik Memegang Peluru

  1. Jari-jari renggang. Jari kelingking ditekuk berada disamping peluru,sehingga dapat membantu untuk menahan supaya peluru tidak mudah tergeser dari tempatnya.Untuk menggunakan cara ini penolak harus memiliki jari jari yang kuat dan panjang. 
  2. Jari-jari agak rapat. Ibu jari di samping, jari kelingking berada di samping belakang peluru. Jari kelingking selain berfungsi untuk menahan jangan sampai peluru mudah bergeser,juga membantu menekan pada waktu peluru ditolakkan. Cara ini lebih banyak dipakai oleh atlit.
  3. Jari-jari agak renggang. Bagi mereka yang tangannya agak kecil dan jari jarinya pendek, dapat menggunakan cara ketiga ini, yaitu jari jari seperti pada cara kedua tetapi lebih renggang, kelingking di belakang peluru sehingga dapat ikut menolak peluru, ibu jari untuk menahan geseran ke samping, karena tangan pelempar kecil dan berjari-jari pendek, peluru diletakkan pada seluruh lekuk tangan.

Teknik Meletakkan Peluru di Bahu 

Setelah peluru tersebut dapat dipegang dengan baik, kemudian letakkan di bahu dan menempel (melekat) pada leher. Siku diangkat ke samping sedikit agak serong ke depan. Pada waku memegang dan meletakkan peluru pada bahu, usahakan agar keadaan seluruh badan dan tangan jangan sampai kaku, tetapi harus dalam keadaan lemas (rileks). Tangan dan lengan yang lain membantu menjaga keseimbangan.

Teknik meletakkan peluru di Bahu

Cara meletakkan peluru di bahu tidak boleh sembarangan. Sebenarnya peluru itu tidak benar-benar diletakkan di bahu, tetapi agak turun ke depan melekat pada pangkal leher. Bagian peluru yang terletak di antara ibu jari dan jari telunjuk sedikit melekat pada tulang selangka, sedangkan peluru bagian atas menempel pada pangkal dagu atau rahang bawah. Posisi lengan membentuk siku-siku dan dibuka tidak lebih dari 90°.

Sikap Badan Saat Menolak Peluru 

Berdiri tegak menyamping ke arah tolakan, kedua kaki dibuka lebar (kangkang), kaki kiri lurus ke depan, kaki kanan dengan lutut dibengkokkan ke depan sedikit agak serong ke atas lemas. Tangan kiri berfungsi untuk membantu dan menjaga keseimbangan, pandangan diarahkan ke arah tolakan. Adapun urutan langkah-langkah sikap badan saat menolak adalah sebagai berikut: 

Sikap badan saat menolak peluru

  1. Berdiri di dalam lingkaran tolak agak ke belakang atau menjauhi sektor tolakan. Peluru dipegang dan diletakan pada pangkal leher. Kaki ayun dijulurkan ke belakang hampir lurus dan rileks serta berpijak pada pada ujung kaki, kemudian diayunkan ke depan. Gerakan ini dilakukan berulang-ulang untuk mendapatkan keseimbangan. 
  2. Setelah berat badan mendapatkan keseimbangan yang sempurna, kaki ayun dilemparkan ke arah sektor tolakan hingga mendekati balok tolakan diikuti bergesernya kaki tumpu. Kaki kanan bertumpu dengan seluruh telapak kaki dan letaknya pada garis diameter lingkaran agak ke depan. Dalam posisi ini jari-jari kaki kiri berada satu garis lurus dengan tumit kanan agak ke belakang sedikit, lutut kaki kanan ditekuk sedemikian rupa sehingga lutut ini kira-kira berada dalam satu garis vertikal dengan ujung jari kaki kanan, sedangkan tangan kiri diangkat rileks ke depan atas. Badan segera ditundukan dengan disertai sedikit putaran ke kanan, sehingga punggung, tengkuk dan tungkai belakang merupakan satu garis miring hampir lurus. Dagu atau letak peluru, kaki kanan dan ujung jari kaki kanan berada dalam satu garis vertikal atau letak peluru agak ke belakang. Sebagian besar berat badan bertumpu pada kaki kanan. Lengan tangan kaki kiri menjulur ke depan agak lurus dan rileks. Setelah semua siap dilanjutkan dengan gerakakan menolak. 
  3. Bersamaan dengan memutar badan ke arah tolakan, siku ditarik serong ke atas ke belakang (ke samping kiri), pinggul dan pinggang serta perut di dorong agak ke depan atas hingga dada menghadap ke depan serong ke atas ke arah tolakan. Dagu diangkat dan agak ditengadahkan, pandangan ke arah tolakan. Pada saat seluruh badan (dada) menghadap ke arah tolakan, secepatnya peluru itu ditolakkan sekuat-kuatnya ke atas ke depan ke arah tolakan (parabola) bersamaan dengan bantuan menolakkan kaki kanan dan melonjakkan seluruh badan ke atas serong ke depan (kalau menolak dengan tangan kanan, sedangkan dengan tangan kiri dengan sebaliknya).

Sikap Badan Setelah Menolak Peluru 

Sikap akhir menolak peluru merupakan salah satu faktor yang menentukan sah tidaknya tolakan yang dilakukan. Menurut Purnomo dan Dapan (2011), cara melakukan gerakan dan sikap akhir setelah menolak sebagai berikut: Setelah peluru ditolakkan atau didorong itu lepas dari tangan, secepatnya kaki yang digunakan untuk mendarat dengan lutut agak dibengkokkan. Kaki kiri diangkat ke belakang lurus dan rileks untuk membantu keseimbangan. Badan condong ke depan, dagu diangkat, badan agak miring ke samping kiri pandangan ke arah jatuhnya peluru. Tangan kanan dan siku agak dibengkokkan berada di depan sedikit agak ke bawah badan, tangan atau lengan kiri rileks lurus ke belakang untuk membantu menjaga keseimbangan.

Adapun ilustrasi gambar dan langkah-langkah sikap badan setelah menolak adalah sebagai berikut: 

Gerakan Tolak Peluru

  1. Setelah peluru terlepas, kaki kanan mendarat didepan menggantikan kedudukan kaki kiri. 
  2. Kaki kiri dibuka sambil diangkat kebelakang. 
  3. Badan condong kedepan dengan posisi tangan kanan didepan dan tangan kiri dibelakang, untuk menjaga keseimbangan. 
  4. Pandangan diarahkan kearah jalannya peluru dan ke tempat peluru itu jatuh.

Saat peluru lepas dari tangan, seluruh badan, bahu dan lengan dijulurkan kedepan kearah sasaran. Agar badan tidak terjerumus keluar lingkaran, maka kaki belakang cepat dilangkahkan ke depan dan berpijak di dekat bekas telapak kaki kiri yang bersamaan dengan itu kaki kiri ditarik kebelakang. Untuk mengerem agar badan tidak jatuh dan keluar dari lingkaran, hendaknya saat kaki kanan melangkah kedepan, lututnya harus segera ditekuk.

Macam-macam Gaya Tolak Peluru 

Menurut Purnomo dan Dapan (2011), terdapat dua macam gaya gerakan yang biasanya digunakan dalam teknik tolak peluru, yaitu sebagai berikut:

a. Gaya Luncur atau Linear 

Gerakan ini dimulai dengan pelurusan aktif kaki kiri pada arah lemparan pada waktu bersamaan sebagai dorongan yang kuat dari kaki kanan. Pusat massa badan terlebih dahulu dipindahkan dalam arah tolakan. Dorongan kaki kanan sebagai kaki penopang atas tumit tidak dimulai sampai pusat massa badan telah pindah di belakang kaki kanan didalam arah tolakan. Kedua kaki sekarang diluruskan. Kaki kanan selanjutnya ditarik aktif dibawah badan tanpa mengangkatnya secara aktif, pendaratannya adalah pada telapak kaki kanan kira-kira di titik pusat lingkaran tolakan dan kaki kanan diputar sedikit dalam arah tolakan. Selanjutnya kedua kaki mendahului badan, badan bagian atas dan peluru tetap dibelakang kepala dan lengan kiri mengarah jauh dari arah lemparan,dan poros pinggang dan bahu adalah terpilin 90 derajat.

b. Gaya Rotasi (Rotation Style) 

Gerakan putar diawali dengan suatu dorongan dari telapak kaki kanan dan memutar lutut kiri yang ditekuk. Hal ini akan mengakibatkan pemindahan berat badan si pelempar ke atas kaki kiri. Setelah memutar lutut kiri lebih lanjut memutar lebih dari 90 derajat dalam arah tolakan, dan kaki kanan mendorong sampai ke tahap melayang dan secara aktif membantu kaki kiri mendorong dengan satu gerakan penyapuan kedepan melewati titik tengah lingkaran tolakan. Putaran ini dibantu dengan menarik kedalam lengan kiri yang diluruskan. Pada titik ini, tenaga putar yang dihasilkan oleh gerakan awal tetapi poros bahu tidak mendahului poros pinggang. Selanjutnya kaki kiri lepas dari tanah setelah satu tiga perempat putaran, siku kanan dan poros bahu, serta pinggang adalah menunjukkan ke arah tolakan. Tahap tanpa dukungan (melayang) selesai ketika kaki kanan mendarat.