Kurikulum Merdeka Belajar - Tujuan, Karakteristik dan Pelaksanaan
Kurikulum merdeka adalah kurikulum terbaru di Indonesia yang merupakan bentuk penyesuaian kebijakan untuk mengembalikan esensi dari asesmen yang semakin dilupakan. Konsep merdeka mengembalikan sistem pendidikan nasional kepada esensi undang-undang untuk memberikan kemerdekaan sekolah menginterpretasi kompetensi dasar kurikulum menjadi penilaian mereka.
Istilah kurikulum Merdeka Belajar dikenal-kan pertama kali oleh Mendikbud Republik Indonesia, yaitu Nadiem Makarim saat perayaan Hari Guru Nasional pada tahun 2019. Merdeka belajar merupakan bentuk keleluasaan belajar atau kemerdekaan berpikir. Merdeka belajar adalah langkah tepat mencapai pendidikan ideal yang sesuai dengan kondisi saat ini. Tujuannya untuk mempersiapkan generasi yang tangguh, cerdas, kreatif, dan memiliki karakter sesuai dengan nilai-nilai bangsa Indonesia.
Kurikulum merdeka merupakan kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Dalam proses pembelajaran guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat pembelajaran sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik.
Kurikulum merdeka merupakan salah satu bagian dari upaya pemulihan pembelajaran, dimana sebelumnya kurikulum merdeka disebut sebagai kurikulum prototipe yang kemudian dikembangkan sebagai kerangka kurikulum yang lebih fleksibel, dengan tetap fokus pada materi esensial dan pengembangan karakter serta kompetensi siswa. Kurikulum merdeka memberikan kesempatan kepada guru untuk lebih leluasa dalam mengembangkan perangkat pembelajaran serta memberikan kebebasan untuk siswa menyesuaikan kebutuhan dan minat belajar-nya.
Tujuan Kurikulum Merdeka Belajar
Menurut Sherly, dkk (2020), kurikulum merdeka belajar dijadikan sebagai sebuah program yang bertujuan untuk membangun kondisi pembelajaran yang menyenangkan bagi guru dan siswa. Program ini adalah wujud penyesuaian kebijakan dalam mengembalikan inti dari tujuan penilaian yang selama ini diabaikan. Amanat undang-undang tentang sistem pendidikan nasional adalah untuk memberikan keleluasaan sekolah dalam menerjemahkan kompetensi dasar kurikulum menjadi penilaian mereka.
Kurikulum merdeka belajar dibuat untuk memenuhi kebutuhan peningkatan sumber daya manusia dalam menghadapi era revolusi industri 4.0. Dengan memberikan keleluasan bagi guru dan siswa, diharapkan mampu menghasilkan inovasi, kemandirian dan kreativitas. Hal ini perlu dipelopori oleh pergerakan guru sebagai komponen penting dalam suatu pembelajaran.
Dalam tujuannya sebagai upaya pemulihan pembelajaran, kurikulum merdeka juga memberikan keleluasaan kepada guru untuk memilih dan menyesuaikan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran yang dibutuhkan suatu lembaga pendidikan, sehingga peserta didik dapat mendalami konsep dan menguatkan kompetensi dengan baik sesuai dengan kebutuhan dan minat belajarnya.
Karakteristik Kurikulum Merdeka
Kurikulum merdeka belajar merupakan bentuk pemulihan pembelajaran karena kurikulum ini merujuk pada pandemi yang memiliki banyak kendala serta hambatan dalam proses pembelajaran di dalam satuan pendidikan. Kurikulum merdeka dirasa menjadi pilihan yang tepat untuk mengembalikan semangat belajar siswa serta untuk mengembangkan kompetensi siswa dengan baik sesuai dengan bakat dan minatnya masing-masing.
Salah satu karakteristik dari kurikulum merdeka, yaitu fokus terhadap materi esensial (literasi dan numerasi). Dengan begitu, siswa diharapkan dapat memiliki kemampuan literasi dan numerasi yang lebih baik. Adapun beberapa karakteristik dari kurikulum merdeka belajar adalah sebagai berikut:
a. Fokus terhadap materi yang esensial
Kurikulum merdeka lebih fokus terhadap materi esensial. Oleh karena itu, beban belajar di setiap mata pelajaran menjadi lebih sedikit. Hal ini menunjukkan kurikulum merdeka lebih mengutamakan kualitas dibandingkan kuantitas. Tujuan kurikulum merdeka fokus terhadap materi esensial agar guru memiliki waktu yang lebih banyak untuk menerapkan metode pembelajaran yang lebih interaktif serta kolaboratif. Beberapa contoh metode itu adalah pembelajaran dengan diskusi dan argumentasi, pembelajaran project based learning.
Jika materi yang diajarkan esensial, guru jadi memiliki waktu lebih banyak untuk memperhatikan proses pembelajaran siswa lebih optimal, misalnya dalam menerapkan asesmen formatif. Dengan demikian, guru bisa mengetahui kemampuan awal siswa dan mampu memahami kebutuhan belajar siswa. Akhirnya, guru dapat mengajar dan memberi tugas dengan tepat sesuai kemampuan dan karakteristik siswa.
Hasil dari pengajaran materi esensial juga dirasakan oleh sekolah. Sekolah jadi memiliki banyak ruang untuk menggunakan materi konseptual sesuai dengan isi dan misi sekolah serta lingkungan di sekitarnya. Sekolah bukan lagi menekankan pencapaian siswa yang begitu banyak, tetapi fokus terhadap softskill. Dengan demikian, siswa mendapatkan pengalaman belajar yang lebih bermakna dan menyenangkan. Sekolah dapat meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi siswa lebih baik untuk membantu menyiapkan masa depan mereka.
b. Lebih fleksibel
Kurikulum merdeka dinilai lebih fleksibel dibandingkan kurikulum sebelumnya. Artinya, guru, siswa dan sekolah lebih merdeka dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di sekolah. Sebagai contoh, siswa tidak lagi belajar di kelas dengan membaca buku atau sekadar menghafal, tetapi siswa bisa belajar di mana saja untuk membuat suatu karya atau proyek.
Selain itu, dalam kurikulum merdeka, kompetensi atau capaian pembelajaran tidak lagi ditetapkan untuk setiap tahun melainkan setiap fase. Salah satu contoh fase adalah SD menetapkan capaian fase A di akhir kelas 2, fase B di akhir kelas 4, serta fase C di akhir kelas 6. Hal ini membantu guru untuk lebih leluasa merancang alur pembelajaran serta kecepatan belajar yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan siswa.
Dalam kurikulum merdeka, jam pelajaran tidak ditargetkan per minggu, tetapi untuk per tahun. Dengan begitu, sekolah bisa merancang kurikulum operasional-nya lebih fleksibel. Siswa tingkat SMA sederajat dan paket C kelas 11 dan 12 dibebaskan memilih mata pelajaran yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Dengan kata lain, kurikulum merdeka tidak lagi menyekat siswa SMA berdasarkan jurusan, tetapi lebih fleksibel. Siswa dibebaskan memilih mata pelajaran yang ingin difokuskan-nya.
c. Tersedia perangkat ajar yang cukup banyak
Dalam kurikulum merdeka, guru juga dibebaskan untuk menggunakan perangkat ajar yang cukup banyak, mulai dari buku teks, asesmen literasi dan numerasi, modul ajar, dan lain-lain. Selain itu, Kemdikbud mengeluarkan aplikasi android dan website, yaitu platform merdeka mengajar yang bisa digunakan guru sesuai keperluan. Ada pula modul pelatihan yang dapat diikuti guru dan kepala sekolah.
Pelaksanaan Kurikulum Merdeka Belajar
Menurut Saleh (2020), terdapat tiga langkah penting yang perlu dilakukan untuk melaksanakan konsep merdeka belajar, yaitu sebagai berikut:
a. Menciptakan lingkungan pendidikan berbasis teknologi
Dalam meningkatkan kompetensi pendidik lingkungan pendidikan dan teknologi memegang peran utama. Sebab lingkungan yang difasilitasi oleh teknologi dapat memotivasi munculnya daya kreatif, pembaharuan dan watak penggerak bagi guru. Pentingnya lingkungan pendidikan untuk menjadi tempat bertumbuhnya keleluasaan berpikir, keberanian bergerak dan menganalisis suatu resiko secara tepat.
b. Kerja sama lintas pihak
Dewasa ini sudah tidak berlaku lagi istilah lawan, terutama dalam dunia pendidikan harus menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak. Terlebih dalam era teknologi, perlu adanya kesadaran untuk terus belajar dan saling membantu dalam memperbaharui kemampuan dan sumber daya. Bentuk kerja sama yang dimaksud seperti sekolah dalam meningkatkan kualitasnya bermitra dengan pihak dan sekolah lain. Dan yang terpenting ialah keharmonisan hubungan antara sekolah dan wali siswa.
c. Urgensi Data
Pusat kebijakan yang dimiliki oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mempunyai andil dalam menyediakan sumber daya dan sarana yang unggul. Semua itu dilakukan untuk mendukung kebijakan yang dicanangkan. Seperti mempersiapkan guru dalam menghadapi sistem mengajar dengan menggunakan teknologi.
Komponen Kurikulum Merdeka Belajar
Merdeka belajar bertujuan memberikan hak pendidikan yang berkualitas kepada siswa. Dalam mewujudkan hal tersebut maka diperlukan komponen merdeka belajar yang tepat. Contextual learning merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mencapai keberhasilan tersebut. Contextual learning sendiri merupakan komponen pada kurikulum ini yang mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan dengan penerapan dalam kehidupan nyata. Konsep ini sangat cocok dalam implementasi kurikulum merdeka.
Menurut Arifin (2013), terdapat beberapa komponen dalam kurikulum merdeka belajar, yaitu sebagai berikut:
a. Konstruktivisme
Komponen ini berkaitan dengan bagaimana siswa mengaktifkan sebuah pengetahuan yang ada. Dengan demikian nantinya bisa menyusun suatu konsep. Kemudian dengan konsep tersebut maka siswa bisa saling sharing dan mempraktikkan di lapangan untuk mendapatkan pengalaman.
b. Inquiry (Menemukan)
Komponen merdeka belajar yang satu ini berarti siswa mengalami proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman. Inquiry membantu siswa untuk bisa berpikir lebih kritis dalam kegiatan belajar. Apabila terdapat tema tertentu yang diangkat, maka siswa bisa memperdalam dan menemukan konsepnya secara kritis. Ini akan memberikan pengalaman yang berharga bagi setiap siswa tentunya.
c. Bertanya
Siswa juga akan diajarkan atau dibiasakan untuk bertanya mengenai hal-hal yang tidak dipahami dengan baik. kegiatan ini dilakukan untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.
d. Learning Community
Learning community ialah orang yang terikat dalam kegiatan belajar. Siswa nantinya akan bekerjasama dengan orang lain. Jika dibandingkan dengan belajar sendiri, tentu akan lebih baik karena siswa bisa bertukar pengalaman dan berbagi ide.
e. Refleksi
Siswa nantinya akan merefleksikan atau merenungkan apa yang sudah dipelajari. Kegiatan ini dilakukan dengan cara pernyataan langsung, catatan mengikuti kegiatan, kesan atau saran, dan masih banyak lagi.
f. Authentic Assessment
Dalam komponen merdeka belajar yang satu ini, pengetahuan dan keterampilan siswa akan diukur dan dinilai. Penilaian yang sebenarnya atau authentic assessment akan berbeda-beda pada setiap jenjang pendidikan.