Model Pembelajaran Experiental Learning

Daftar Isi

Model pembelajaran experiental learning adalah salah satu strategi belajar mengajar dimana pengetahuan dan keterampilan diperoleh melalui bentuk pengalaman secara langsung dan dilakukan secara terus-menerus guna meningkatkan keaktifan dan hasil belajar. Pengalaman mempunyai peran utama dalam proses pembelajaran, karena pengalaman dapat digunakan sebagai katalisator untuk menolong siswa mengembangkan kemampuannya dalam proses pembelajaran.

Model pembelajaran experiental learning

Model pembelajaran experiential learning pertama kali dikenal-kan oleh David Kolb pada tahun 1984. Experiential learning adalah belajar sebagai proses bagaimana pengetahuan diciptakan melalui perubahan bentuk pengalaman. Experiential learning membantu siswa dalam mengaitkan materi pembelajaran dengan keadaan nyata, sehingga dengan pengalaman nyata tersebut siswa dapat mengingat dan memahami informasi yang didapatkan dalam proses pembelajaran.

Experiential learning menggunakan pengalaman sebagai katalisator untuk menolong pembelajar mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran. Pengalaman belajar merupakan serangkaian proses dan peristiwa yang dialami oleh setiap individu khususnya siswa dalam ruang lingkup tertentu sesuai dengan metode ataupun strategi pembelajaran yang diberikan oleh masing-masing pendidik.

Experiential learning adalah model pembelajaran yang berbasis pada pengalaman langsung dimana pembelajaran ini berpusat kepada siswa yang melibatkan siswa dalam kegiatan konkret yang membuat mereka mampu untuk mengalami apa yang tengah mereka pelajari untuk menghasilkan suatu kebermaknaan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Model experiential learning memberi kesempatan kepada murid untuk memutuskan pengalaman apa yang menjadi fokus mereka, keterampilan-keterampilan apa yang ingin mereka kembangkan, dan bagaimana mereka membuat konsep dari pengalaman yang mereka alami.

Pengertian Experiental Learning 

Berikut definisi dan pengertian model pembelajaran experiental learning dari beberapa sumber buku dan referensi: 

  • Menurut Majid dan Rochman (2014), experiental learning adalah suatu model belajar mengajar yang mengaktifkan pembelajaran untuk membangun pengetahuan dan keterampilan melalui pengalamannya secara langsung. 
  • Menurut Majid (2013), experiental learning adalah model pembelajaran yang holistik dalam proses belajar, artinya penekanan inilah yang mengaktifkan peserta didik untuk melalui pengalaman secara langsung, dan pengalaman mempunyai peran utama dalam proses belajar. 
  • Menurut Fathurrohman (2015), experiental learning adalah proses bagaimana pengetahuan diciptakan melalui perubahan bentuk pengalaman. Pengetahuan diakibatkan oleh kombinasi pemahaman dan mentranformasikan pengalaman.
  • Menurut Baharrudin dan Esa (2015), experiental learning adalah tindakan untuk mencapai sesuatu berdasarkan pengalaman yang secara terus-menerus mengalami perubahan guna meningkatkan keaktifan dari hasil belajar itu sendiri.

Karakteristik Experiential Learning 

Model experiential learning memiliki karekteristik tersendiri, yaitu lebih menekankan pada proses belajar yang saling keterkaitan melibatkan hubungan antara pengalaman dan pengetahuan yang menciptakan sebuah pengetahuan. Menurut Faturrohman (2015), karakteristik model pembelajaran experiential learning adalah:

  1. Belajar terbaik dipahami sebagai suatu proses, tidak dalam kaitannya dengan hasil yang dicapai.
  2. Belajar adalah suatu proses kontinu yang didasarkan pada pengalaman. 
  3. Belajar memerlukan resolusi konflik-konfilk antara gayagaya yang berlawanan dengan cara dialektis. 
  4. Belajar adalah suatu proses yang holistik. 
  5. Belajar melibatkan hubungan antara seseorang dan lingkungan. 6) Belajar adalah proses tentang menciptakan pengetahuan yang merupakan hasil dari hubungan antara pengalaman sosial dan pengetahuan pribadi.

Siklus Belajar Experiential Learning 

Menurut Majid (2013), siklus belajar pada model pembelajaran berbasis pengalaman (experiental learning) dimulai dari sebuah pengalaman konkret yang dilanjutkan proses refleksi dan observasi terhadap pengalaman tersebut. Hasil refleksi ini akan diasimilasi/diakomodasi dalam struktur kognitif (konseptualisasi abstrak), selanjutnya dirumuskan suatu hipotesis baru untuk diuji kembali pada situasi (eksperimen). Hasil eksperimen akan menuntun kembali pembelajaran menuju tahap pengalaman konkret.

Adapun gambaran dan penjelasan dari siklus belajar menggunakan metode experiental learning adalah sebagai berikut:

Siklus Model Pembelajaran Experiential Learning

a. Pengalaman nyata (Concrete Experience) 

Pada tahap ini pembelajar disediakan stimulus yang mendorong mereka melakukan sebuah aktivitas. Aktivitas ini biasa berangkat dari suatu pengalaman yang pernah dialami sebelumnya, baik formal maupun informal, atau situasi yang realistik. Aktivitas yang digunakan bisa di dalam maupun di luar kelas, dan dikerjakan oleh pribadi atau kelompok.

b. Refleksi observasi (Reflective Observation) 

Pada tahap ini siswa mengamati pengalaman atau aktivitas yang dilakukan dengan menggunakan panca indra maupun bantuan alat peraga. Selanjutnya siswa merefleksikan pengalamannya dan dari hasil refleksi ini mereka menarik pelajaran. Dalam hal ini proses refleksi akan terjadi bila guru mampu mendorong murid untuk mendeskripsikan kembali pengalaman yang diperolehnya, mengomunikasikan kembali dan belajar dari pengalaman tersebut.

c. Penyusunan konsep abstrak (Abstract Conceptualization) 

Setelah melakukan observasi dan refleksi, maka pada tahap pembentukan konsep abstrak siswa mulai mencari alasan, hubungan timbal balik dari pengalaman yang diperolehnya. Selanjutnya siswa mulai mengonseptualisasikan suatu teori atau model dari pengalaman yang diperoleh dan mengintegrasikan dengan pengalaman sebelumnya.

d. Tahap eksperimen aktif/implementasi (active experimentation) 

Pada tahap ini siswa mencoba merencanakan bagaimana menguji keampuhan model atau teori untuk menjelaskan pengalaman baru yang akan diperoleh selanjutnya. Pada tahap aplikasi akan terjadi proses belajar bermakna karena pengalaman yang diperoleh siswa sebelumnya dapat diterapkan pada pengalaman atau situasi problematika yang baru.

Tahapan Experiential Learning 

Menurut Davis (2011), terdapat lima tahapan atau langkah-langkah dalam proses pembelajaran menggunakan model experiental learning, yaitu sebagai berikut:

a. Experiencing/Exploring (Doing) 

Pada tahap awal peserta didik melakukan atau mengerjakan pengalaman oleh tangan dan pikiran mereka sendiri dengan sedikit atau tanpa bantuan guru. Guru memfasilitasi peserta didik dalam melakukan pengalaman dan memberikan sedikit arahan dalam proses pengalaman agar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

b. Sharing/Reflecting (What Happend?) 

Tahap kedua adalah peserta didik berbagi hasil, reaksi dan pengamatannya dengan peserta didik yang lain dan mendiskusikan perasaan yang dihasilkan dari pengalaman tersebut. Guru membantu dan membimbing peserta didik dalam melakukan refleksi pengalaman. Guru memotivasi peserta didik agar berani mengungkapkan hasil, reaksi, dan perasaan akan pengalamannya kepada teman-temannya.

c. Processing/Analzying (What’s Important?) 

Tahap ketiga adalah pembahasan, menganalisis dan perenungan oleh peserta didik. Peserta didik juga membahas bagaimana pengalaman itu dilakukan, bagaimana masalah dan isu-isu muncul sebagai akibat dari pengalaman. Guru menjelaskan bahwa pengalaman dapat berupa keberhasilan dan kegagalan. Peserta didik harus berani mengambil resiko dan ketidakpastian. Karena hasil dari pengalaman tidak dapat diprediksi.

d. Generalizing (So What?) 

Tahap keempat adalah tahap generalizing yaitu tahap dimana peserta didik menghubungkan pengalaman dengan contoh-contoh dunia nyata, menemukan kebenaran umum dalam pengalaman dan mengidentifikasikan prinsip-prinsip yang muncul dari pengalaman nyata di dunia. Guru membimbing peserta didik menghubungkan pengalamannya dengan contoh-contoh pada kehidupan sehari-hari.

e. Application (Now What?) 

Tahap akhir dari pembelajaran experiential learning adalah ketika peserta didik menerapkan apa saja yang mereka pelajari dalam pengalaman saat ini dan apa yang mereka pelajari dari pengalaman masa lalu dan praktek pada situasi yang sama maupun berbeda. Peserta didik membahas bagaimana proses belajar yang baru dapat diterapkan pada situasi lain. Guru menyiapkan pelatihan lanjutan yang berkaitan dengan penerapan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari atau pada situasi yang lebih kompleks.

Menurut Octafiani (2015), langkah-langkah dalam pembelajaran menggunakan metode experiental learning yaitu: 

  1. Konkrit-reflektif, adalah tahap dimana peserta didik bertindak sebagai allegorizers. Suatu konsep baru dideskripsikan dengan cara mengibaratkan ke dalam konsep-konsep yang telah diketahui dengan baik. 
  2. Konkrit-aktif, yaitu tahap dimana peserta didik bertindak sebagai integrators. Peserta didik melakukan percobaan matematika yang sifatnya mengeksplorasi konsep baru untuk dapat membedakan dan mengaitkan konsep lama dengan konsep baru sehingga didapatkan pemahaman sempurna. 
  3. Abstrak-reflektif, adalah tahap dimana peserta didik bertindak sebagai analizers. Setelah peserta didik melakukan serangkaian aktivitas percobaan, peserta didik mengabstraksikan pengalamannya, dengan inilai peserta didik dapat menghubungkan dan membedakan konsep baru dengan konsep yang sudah diketahui untuk mendapatkan suatu kesimpulan dari pengalaman. 
  4. Abstrak-aktif, adalah peserta didik bertindak sebagai synthesizers. Pada tahap ini, peserta didik telah menguasai konsep dan dapat menggunakannya untuk memecahkan masalah dan mengembangkan strategi. Peserta didik menjadikan konsep baru yang telah didapatkan sebagai suatu alat memecahkan masalah.

Gaya Belajar Experiential Learning 

Menurut Majid (2013), terdapat empat jenis gaya belajar yang sesuai dengan tahapan-tahapan pada siklus belajar experiental learning, yaitu sebagai berikut:

1. Assimilator 

Kombinasi dari berpikir dan mengamati (thinking and watching). Anak dengan tipe assimilator memiliki kelebihan dalam memahami berbagai sajian informasi, serta merangkum-nya dalam suatu format yang logis, singkat, dan jelas. Biasanya anak tipe ini kurang perhatian dengan orang lain dan lebih menyukai ide serta konsep yang abstrak, mereka juga lebih cenderung teoretis.

2. Converge 

Kombinasi dari berpikir dan berbuat. Anak dengan tipe converger, memiliki keunggulan dalam menemukan fungsi praktis dari berbagai ide dan teori. Biasanya mereka punya kemampuan yang baik dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Mereka juga lebih cenderung menyukai tugas-tugas teknis (aplikatif) daripada masalah sosial atau hubungan antar pribadi.

3. Accommodator 

Kombinasi dari perasaan dan tindakan. Anak dengan tipe accommodator memiliki kemampuan belajar yang baik dari hasil pengalaman nyata yang dilakukannya sendiri. Mereka suka membuat rencana dan melibatkan dirinya dalam berbagai pengalaman baru dan hal menantang. Mereka cenderung untuk bertindak berdasarkan analisa logis. Dalam usaha memecahkan masalah, mereka biasanya mempertimbangkan faktor manusia (untuk mendapatkan masukan/informasi) dibandingkan analisa teknis.

4. Diverger 

Kombinasi dari perasaan dan pengamatan. Anak dengan tipe diverger memiliki keunggulan dalam melihat situasi konkret dari banyak sudut pandang yang berbeda. Pendekatannya pada setiap situasi adalah mengamati, bukan bertindak. Anak seperti ini menyukai tugas belajar yang menuntutnya untuk menghasilkan ide-ide, biasanya juga menyukai isu budaya serta suka sekali mengumpulkan berbagai informasi.

Jenis-jenis Pembelajaraan Experiential Learning 

Menurut Hardini dan puspitasari (2012), terdapat beberapa bentuk model pembelajaran yang menggunakan strategi experiental learning dalam tahapan prosesnya, antara lain yaitu sebagai berikut: 

  1. Metode Kasus (Case Method). Metode kasus adalah jenis pembelajaran yang mendiskusikan suatu kasus yang nyata, atau kasus yang sudah direkonstruksi yang mempunyai prinsip-prinsip tertentu akan suatu masalah. Teknik ini menyajikan bahan pelajaran berdasarkan kasus yang ditemui peserta didik dan permasalahan dibahas bersama untuk mendapatkan penyelesaian. 
  2. Pembelajaran berdasarkan masalah (problem based learning). Problem based learning adalah suatu model pembelajaran yang mana siswa sejak awal dihadapkan pada suatu masalah, kemudian di ikuti oleh proses pencarian informasi yang bersifat student centered Untuk diselesaikan. 
  3. Simulation games, and role playing. Simulasi game merupakan bermain peranan, para siswa berkompetisi untuk mencapai tujuan tertentu melalui permainan dengan mematuhi peraturan yang ditentukan. Role playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi (peniruan terhadap sesuatu) yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang. Untuk memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip, serta bertujuan untuk memecahkan masalah yang relevan.