Resiliensi Akademik - Pengertian, Aspek dan Faktor yang Mempengaruhi

Daftar Isi

Resiliensi Akademik adalah kemampuan seorang individu untuk beradaptasi dengan situasi akademik dengan memberikan respon positif dan produktif dalam menghadapi kejatuhan (setback), stres atau tekanan secara efektif dalam bidang akademiknya. Siswa yang memiliki resilien mampu berfikir positif dan optimis dalam menghadapi kesulitan. Sehingga siswa akan percaya diri bahwa segala kesulitan akademik akan dapat diatasi.

Resiliensi Akademik - Pengertian, Aspek dan Faktor yang Mempengaruhi

Resiliensi akademik merupakan kemampuan individu dalam beradaptasi dengan masalah, kesulitan, kemalangan dan terus bergerak maju (bangkit dari keterpurukan) dimana individu mampu menghadapi rintangan dan hambatan dengan cara produktif di bidang akademiknya. Setiap individu mempunyai kemampuan resiliensinya masing-masing dan yang membedakan hanyalah dari kualitas resiliensi yang dimiliki.

resiliensi akademik juga dapat diartikan sebagai kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu untuk bertahan dalam situasi-situasi sulit yang dihadapinya serta mampu bangkit dan beradaptasi kembali setelah mengalami emosi negatif ataupun tekanan-tekanan dalam bidang akademiknya. Karakter individu yang memiliki resiliensi akademik adalah memiliki kompetensi sosial, life skill dalam pemecahan problem, dapat berpikir kritis, dan dapat memetik gagasan dalam proses belajar.

Pengertian Resiliensi Akademik 

Berikut definisi dan pengertian resiliensi akademik dari beberapa sumber buku dan referensi: 

  • Menurut Cassidy (2016), resiliensi akademik adalah suatu kemampuan individu untuk dapat meningkatkan keberhasilan dalam hal pendidikan walaupun sedang mengalami kesulitan dalam bidang akademiknya. 
  • Menurut Satyaningrum (2014), resiliensi akademik adalah kapasitas peserta didik untuk bisa beradaptasi dengan situasi akademik, dengan memberikan respon secara sehat dan produktif untuk membenahi diri agar mampu menghadapi dan mengatasi tuntutan akademik. 
  • Menurut Hendriani (2018), resiliensi akademik adalah kapasitas seseorang untuk bangkit, pulih, dan berhasil beradaptasi dari kesulitan, mengembangkan kompetensi sosial, akademik, dan keterampilan untuk terlepas dari stres yang dihadapinya. 
  • Menurut Martin dan Marsh (2003), resiliensi akademik adalah kemampuan untuk menghadapi kejatuhan (setback), stress atau tekanan secara efektif pada pada setting akademik. 
  • Menurut Gilligan (2007), resiliensi akademik adalah kemampuan seorang pelajar dalam merespon kesulitan akademik yang sedang dihadapi sebagai bentuk perilaku adaptif yang berhasil dan dapat menunjukkan kualitas pribadi secara akademik dan terus berkembang melebihi harapan selama masa sulit mengikuti pendidikan. 
  • Menurut Hendriani (2018), resiliensi akademik adalah kemampuan seseorang untuk tetap kuat serta tangguh agar dapat bangkit saat mengalami emosi negatif dan situasi sulit maupun stres dalam melakukan proses pembelajaran.

Aspek-aspek Resiliensi Akademik 

Menurut Cassidy (2016), resiliensi akademik memiliki tiga aspek atau dimensi, yaitu sebagai berikut:

a. Ketekunan (perseverance) 

Dimensi ini menggambarkan individu yang bekerja keras (terus mencoba dan tidak mudah menyerah), fokus pada proses rencana dan tujuan yang dimiliki, menerima dan memanfaatkan feedback, memiliki potensi yang kreatif dan imajinatif dalam memecahkan masalah, dan mampu memposisikan kesulitan sebagai kesempatan atau peluang untuk berkembang.

b. Merefleksikan dan Beradaptasi dalam Mencari Bantuan (reflecting and adaptive help-seeking) 

Dimensi ini menggambarkan individu yang mampu merefleksikan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya serta mampu mencari bantuan, dukungan dan dorongan dari individu lain sebagai upaya perilaku adaptif individu. Individu yang sadar akan kelebihan dan kekurangannya akan mengetahui bantuan apa yang diperlukan, siapa yang dapat membantunya, dan sejauh mana ia membutuhkan bantuan tersebut sebagai bentuk dari implementasi kemandirian.

c. Pengaruh Negatif dan Respon Emosional (negative affect and emotional response) 

Dimensi ini merupakan gambaran terhadap kecemasan, emosi negatif, optimisme-pesimisme, dan penerimaan yang negatif yang dimiliki oleh seseorang selama hidup. Dalam hal ini, individu yang resilien dapat menghindari hal-hal yang berkaitan dengan respon negatif, merasakan ketenangan yang tercermin dari kecemasan yang rendah dan punya perasaan bermakna yang mana individu punya keyakinan akan tujuan dalam hidup dan hal yang dijalaninya.

Adapun menurut Martin dan Marsh (2003), terdapat empat dimensi dalam resiliensi akademik, yaitu sebagai berikut:

a. Confidence (self-belief) 

Confidence adalah keyakinan dan kepercayaan pelajar pada kemampuan mereka untuk memahami atau untuk melakukan pekerjaan studi pendidikan dengan baik, menemui tantangan yang harus mereka hadapi, dan melakukan yang terbaik dengan kemampuan mereka. Seseorang dengan confidence/self-belief yang tinggi akan meyakini bahwa dirinya mampu memahami atau dapat melakukan pekerjaan dengan baik, dapat menghadapi tantangan yang ada, dan dapat melakukan yang pekerjaan ataupun ujian dengan baik.

b. Control (a sense of control) 

Control adalah kemampuan pelajar saat mereka yakin mengenai cara melakukan pekerjaan dengan baik dan dimensi ini dapat diketahui dari seberapa jauh kemampuan pelajar untuk dapat mengelola dan mengendalikan berbagai tuntutan atau tantangan yang datang dalam berbagai aktivitas belajar-nya. Seseorang dengan control yang tinggi akan berpikir positif terhadap situasi yang dihadapi, dapat memahami bagaimana segala sesuatu dalam bekerja, dan mampu memprediksi-kan apa yang akan terjadi dalam mendorong individu untuk mencari jalan keluar dari suatu masalah.

c. Composure (low anxiety) 

Composure merupakan perasaan cemas dan khawatir yang dialami pelajar ketika mereka memikirkan pekerjaan rumah, tugas, atau ujian studi pendidikan. Merasa cemas adalah perasaan tidak mudah (uneasy or sick) yang dialami pelajar ketika memikirkan tugas pendidikan, pekerjaan rumah, dan ujian sekolah. Merasa khawatir adalah rasa takut pelajar jika tidak mengerjakan tugas atau ujian sekolah dengan baik. Seorang yang memiliki low-anxiety mampu mengontrol perasaan negatifnya, bekerja dengan tenang dan nyaman, dan tidak mudah terpengaruh oleh keadaan yang menekan.

d. Commitment (persistence) 

Commitment adalah kemampuan pelajar untuk terus berusaha menyelesaikan jawaban atau dapat memahami sebuah masalah, meskipun masalah tersebut sangat sulit dan penuh tantangan. Seseorang dengan komitmen yang tinggi tidak akan mudah menyerah ketika dihadapkan dengan kegagalan, berusaha melakukan yang terbaik, dan mengoreksi setiap kegagalan dan keberhasilan yang diraih.

Faktor yang Mempengaruhi Resiliensi Akademik 

Menurut Hendriani (2018), terdapat dua faktor utama yang dapat mempengaruhi resiliensi akademik pada seorang individu, yaitu sebagai berikut:

a. Faktor Eksternal 

1. Dukungan sosial 

Dukungan sosial (social support) adalah informasi verbal atau non-verbal, saran, bantuan nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya atau berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau hal-hal yang dapat berpengaruh pada tingkah laku. Dukungan sosial juga dapat diartikan sebuah keberadaan, kesedihan, dan kepedulian dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Dukungan sosial sebagai dukungan atau bantuan yang berasal dari orang lain seperti teman, tetangga, teman kerja, dan orang-orang lainnya.

2. Dukungan keluarga 

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan, dan penerimaan keluarga terhadap keluarganya. Dukungan keluarga adalah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, dimana sifat dan jenis dukungannya berbeda-beda dalam berbagai tahap dan siklus kehidupan. Dukungan keluarga berasal dari orangtua, kakak, adik, suami, istri, anak ataupun saudara yang dekat dengan subjek yang berupa informasi, tingkah laku tertentu atau materi yang dapat menjadikan individu merasa disayangi, diperhatikan, dan dicintai.

b. Faktor Internal 

1. Optimisme 

Optimisme merupakan salah satu aspek kepribadian penting pada diri seseorang. Optimisme dapat membuat individu mengetahui yang diinginkan dan cepat mengubah diri agar mudah menyelesaikan masalah yang tengah dihadapi. Optimisme adalah cara berpikir positif dan realistis dalam memandang suatu masalah yang tengah dihadapi. Optimisme merupakan keyakinan pada diri seseorang bahwa sesuatu akan dapat menjadi lebih baik jika seseorang mau membuatnya menjadi lebih baik.

2. Ketekunan 

Ketekunan adalah hasil kerja keras yang individu lakukan setelah lelah bekerja keras. Ketekunan merupakan tindakan konsisten seseorang dalam melakukan sebuah pekerjaan. Ketekunan merupakan faktor yang sangat penting terhadap usaha manusia agar dapat mewujudkan keinginannya benar-benar menjadi kenyataan. Kurangnya ketekunan merupakan salah satu penyebab utama kegagalan.

3. Motivasi 

Perilaku manusia dapat muncul atau dimulai dengan adanya motivasi. Motivasi adalah suatu keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu agar dapat mencapai tujuan.