Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) adalah sebuah jenis terapi pemecahan suatu masalah yang berfokus pada aspek berpikir, menilai, menentukan, menganalisis dan melakukan sesuatu dalam menghasilkan perubahan yang berarti dalam berperasaan dan berperilaku. Pada terapi rasional emotif behaviour dilakukan dengan mengubah keyakinan irasional menjadi keyakinan yang lebih fleksibel dan rasional, perubahan yang lebih adaptif dalam konsekuensi perilaku dan emosional dapat terjadi.
Rational Emotive Behavior Therapy pertama kali dikembangkan oleh Albert Ellis pada tahun 1950 dengan nama Rational Therapy (RT), kemudian pada tahun 1961 namanya diubah menjadi Rational Emotive Therapy (RET) dan terakhir pada tahun 1993, istilahnya ditambah menjadi Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) hingga sampai saat ini. Rational Emotive Behavior Therapy merupakan terapi yang sangat komprehensif dalam menangani masalah yang berkaitan dengan interaksi pikiran (rational thinking), perasaan (emoting), dan tingkah laku (action).
REBT merupakan terapi yang ditujukan untuk mengubah emosi dan tingkah laku yang tidak sehat (bermasalah) dengan memperbaiki aspek kognitif individu. Terapi REBT berusaha menghilangkan cara berpikir klien yang tidak logis, tidak rasional dan menggantinya dengan sesuatu yang logis dan rasional dengan cara mengonfrontasikan klien dengan keyakinan-keyakinan irasional-nya serta menyerang, menentang, mempertanyakan, dan membahas keyakinan-keyakinan yang irasional.
Rational Emotive Behavior Therapy merupakan bentuk psikoterapis dan merupakan perkembangan dari teori behavioral, pendekatan ini mengaitkan tingkah laku (behavior), pikiran (rational thinking), dan juga perasaan (emoting) serta pendekatan ini menekankan pemikiran irasional manusia sebagai akar masalah dan menjadi upaya penyelesaian utama yang harus diubah pola berpikir-nya untuk sekaligus mengubah perasaan dan tingkah laku yang dimiliki.
Pengertian Rational Emotive Behavior Therapy
Berikut definisi dan pengertian Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) atau terapi rasional emotif behaviour, dari beberapa sumber buku dan referensi:
- Menurut Corey (1988), REBT adalah pemecahan masalah yang fokus pada aspek berpikir, menilai, memutuskan, direktif tanpa lebih banyak berurusan dengan dimensi-dimensi pikiran ketimbang dengan dimensi-dimensi perasaan.
- Menurut Hartono (2012), REBT adalah proses berfikir konseli yang dihubungkan dengan perilaku serta kesulitan psikologis dan emosional. Pada terapi ini diorientasikan pada kognisi perilaku, dan aksi yang lebih mengutamakan berpikir, menilai, menentukan, menganalisis dan melakukan sesuatu.
- Menurut Winkel (1997), REBT adalah kebersamaan antara berpikir dengan akal sehat (rational thinking), berperasaan (emoting), dan berperilaku (acting), sekaligus menekankan bahwa perubahan yang mendalam dalam proses berpikir akan menghasilkan perubahan yang berarti dalam berperasaan dan berperilaku.
Konsep Dasar Rational Emotive Behavior Therapy
Rational Emotive Behavior Therapy bertujuan memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta, pandangan klien yang irrasional menjadi rasional, sehingga klien dapat mengembangkan diri dan mencapai hidup yang optimal.
Konsep dasar REBT mengikuti pola yang didasarkan pada teori A-B-C, yaitu sebagai berikut:
- A = Activating Experence (pengalaman aktif). Yaitu suatu keadaan, fakta peristiwa, atau tingkah laku yang dialami individu.
- B = Belief System (cara individu memandang suatu hal). Pandangan dan penghayatan individu terhadap A.
- C = Emotional Consequence (akibat emosional). Akibat emosional atau reaksi individu positif atau negative.
Pada teori A-B-C, sasaran utama yang harus diubah adalah aspek B (Belief Sistem) yaitu bagaimana caranya seseorang itu memandang atau menghayati sesuatu yang irasional, sedangkan konselor harus berperan sebagai pendidik, pengarah, mempengaruhi, sehingga dapat mengubah pola pikir klien yang irasional atau keliru menjadi pola pikir yang rasional.
Menurut Komalasari (2011), asumsi dasar dari Rational Emotive Behavior Therapy dijelaskan sebagai berikut:
- Pemikiran, perasaan, dan tingkah laku akan berinteraksi secara terus menerus dan berkesinambungan serta saling mempengaruhi satu sama lain.
- Gangguan emosional, disebabkan karena faktor biologi dan faktor lingkungan.
- Manusia dipengaruhi oleh orang lain dan juga lingkungan sekitar, serta timbal baliknya manusia tersebut ikut memberikan pengaruh untuk lingkungan sekitarnya.
- Manusia dapat menyakiti dirinya sendiri secara kognitif, emosional, dan juga tingkah laku.
- Manusia cenderung menciptakan keyakinan yang irasional mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan terjadi pada dirinya.
- Keyakinan irasional dapat menjadi penyebab gangguan kepribadian individu.
- Sebagian besar manusia memiliki kecenderungan yang besar untuk membuat dan mempertahankan gangguan emosional-nya ketika manusia tersebut bertingkah laku menyakiti dirinya sendiri.
Pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) memiliki hipotesis fundamental yang menjadi landasan berpikir dari teori ini, yaitu sebagai berikut:
- Pikiran dan emosi sering berkaitan.
- Pikiran dan emosi biasanya saling mempengaruhi satu sama lain, keduanya bekerja seperti lingkaran yang memiliki hubungan sebab-akibat, dan pada poin tertentu, pikiran emosi menjadi hal yang sama.
- Pikiran dan emosi berperan dalam self-talk (perbincangan dalam diri individu yang kerap kali diuapkan oleh individu sehingga menjadi pikiran dan emosi). Sehingga pernyataan internal individu sangat berarti dalam menghasilkan dan memodifikasi emosi individu.
- Pikiran adalah penentu proksimal paling penting terhadap emosi individu.
- Disfungsi berpikir adalah penentu utama stres emosi.
- Cara terbaik untuk melakukan stres adalah dengan mengubah cara berpikir.
- Percaya atas berbagai faktor yaitu genetik dan lingkungan yang menjadi penyebab pikiran yang irasional.
- Menekankan pada masa sekarang (present) dari pada pengaruh masa lalu.
- Perubahan tidak terjadi dengan mudah.
Ciri-ciri Rational Emotive Behavior Therapy
Menurut Sukardi (1985), Rational Emotive Behavior Therapy memiliki beberapa karakteristik atau ciri-ciri, antara lain yaitu sebagai berikut:
- Dalam menelusuri masalah klien yang dibantunya, konselor berperan lebih aktif dibandingkan klien. Maksudnya adalah bahwasanya peran konselor disini harus bersikap efektif dan memiliki kapasitas untuk memecahkan masalah yang dihadapi klien dan bersungguh-sungguh dalam mengatasi masalah yang dihadapi, artinya konselor harus melibatkan diri dan berusaha menolong klien nya supaya dapat berkembang sesuai dengan keinginan dan disesuaikan dengan potensi yang dimilikinya.
- Dalam proses hubungan konseling harus tetap diciptakan dan dipelihara hubungan baik dengan klien. Dengan sikap yang ramah dan hangat dari konselor akan mempunyai pengaruh yang penting demi suksesnya proses konseling sehingga dengan terciptanya proses yang akrab dan rasa nyaman ketika berhadapan dengan klien.
- Tercipta dan terpelihara-nya hubungan baik ini dipergunakan oleh konselor untuk membantu klien mengubah cara berpikir-nya yang tidak rasional menjadi rasional.
- Dalam proses hubungan konseling, konselor tidak banyak menelusuri masa lampau klien.
Teknik Rational Emotive Behavior Therapy
Menurut Komalasari (2011), teknik yang digunakan dalam Rational Emotive Behavior Therapy adalah sebagai berikut:
a. Terapi Pemikiran
Terapi pemikiran merupakan teknik untuk meluruskan kembali pemikiran konseli yang irrasional. Menentang dan mempertanyakan kembali keyakinan maupun pikiran yang dipegang oleh konseli dengan tujuan agar konseli berfikir ulang terhadap hal-hal yang dia percayai. Tujuannya terapi ini adalah untuk melatih berpikir rasional melalui beberapa cara, antara lain yaitu sebagai berikut:
1. Dispute cognitive
Dispute cognitive adalah mengganti pemikiran irasional konseli dengan pemikiran yang rasional menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang mempertanyakan, menganalisis kerasionalan, dan merubah keyakinan konseli keyakinan konseli. Seperti saat konseli memberikan pernyataan "Kegagalan ini membuat saya menjadi manusia tidak berguna" maka konselor memberikan pertanyaan "Bagaimana kegagalan itu membuat anda menjadi tidak berguna?". Hal ini membuat konseli mengungkapkan kepercayaan atau filosofi yang di pegang oleh konseli selama ini sehingga konselor dapat mengetahui mana yang dirubah dari diri konseli.
2. Mempresisi semantik
Mempresisi semantik adalah mengubah bahasa yang digunakan oleh konseli kepada bahasa yang lain. Hal ini dikarenakan bahwa salah satu hal yang memperkuat pemikiran adalah gaya bahasa. Seperti kata "harus" menjadi "sebaiknya", "mengerikan" menjadi "tidak menguntungkan", "saya melakukan hal tersebut dengan tidak sempurna" menjadi "saya memang belum bisa melakukannya dengan sempurna, tapi saya bisa melakukannya lebih baik lagi".
b. Terapi Perasaan
Terapi perasaan bertujuan agar konseli dapat mengontrol emosinya ketika dihadapkan kepada kejadian-kejadian yang membuat pikiran irasional kembali. Sehingga harapannya agar konseli dapat dengan mudah mengontrol emosi dan tidak terpengaruh lagi terhadap kejadian yang memengaruhi konseli sebelumnya. Terapi perasaan dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu:
1. Rational Emotive Imagery
Hal ini dilakukan dengan cara membayangkan kejadian yang membuat dia mengalami keyakinan irasional. Hingga pada akhirnya konseli merasakan emosi yang negatif, seperti depresi, tidak percaya diri, dan cemas. Hal ini dilakukan selama dua menit kemudian dengan bayangan kejadian yang sama konseli diajarkan untuk merasakan emosi yang sehat, seperti sedih, kecewa, atau tidak senang yang semua itu tidak berlebihan. Hal ini membantu konseli menghadapi kenyataan terburuk yang tidak ingin dialami oleh konseli.
2. Role Playing
Role playing dilakukan dengan cara konseli dan konselor bertukar peran. Konselor menjadi irasional seperti yang dialami oleh konseli dan konseli sendiri mencoba memainkan "peran terbaliknya". Hal ini bukan hanya untuk menyadarkan konseli tentang keyakinan irasional yang dia pegang saja, namun juga mencoba melatih konseli menyerang keyakinan negatif yang muncul dalam dirinya sendiri. Sehingga dalam pelaksanaannya konseli seperti berdialog dengan keadaan dirinya sendiri sekarang.
c. Terapi Perilaku
Terapi perilaku bertujuan agar konseli mampu secara bertahap untuk melakukan hal-hal yang positif agar menunjang proses pembenahan pikiran irasional konseli. Perilaku yang positif diharapkan dapat mendorong pikiran menjadi ke arah yang lebih rasional. Terapi ini dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
1. Pekerjaan rumah
Memberikan tugas rumah untuk dilaksanakan secara bertahap oleh konseli. Pekerjaan rumah bisa berupa segala hal yang dapat menentang keyakinan irasional konseli, seperti perkataan-perkataan positif, melatih meyakini sesuatu dengan benar, dan lain sebagainya.
2. Self Control
Konseli diajarkan untuk mengendalikan dirinya dan emosinya saat menghadapi peristiwa yang membuat irasional-nya bekerja dan membuat emosinya menjadi terganggu.
3. Modelling
Konseli mencontoh tingkah laku yang positif dari figur yang dipilih oleh konseli atau bisa meniru tingkah laku konselor itu sendiri.
Tahapan Rational Emotive Behavior Therapy
Menurut Komalasari (2011), langkah-langkah atau tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan Rational Emotive Behavior Therapy adalah sebagai berikut:
Tahap 1
Proses di mana konseli diperlihatkan dan disadarkan bahwa mereka tidak logis dan irasional. Proses ini membantu konseli memahami bagaimana dan mengapa dapat menjadi irasional. Pada tahap ini konseli diajarkan bahwa mereka memiliki potensi untuk mengubah hal tersebut.
Tahap 2
Pada tahap ini konseli dibantu untuk yakin bahwa pemikiran dan perasaan negatif tersebut dapat ditantang dan diubah. Pada tahap ini konseli mengeksplorasi ide-ide untuk menentukan tujuan-tujuan rasional. Konselor juga mendebat pikiran irasional konseli dengan menggunakan pertanyaan untuk menantang validitas ide tentang diri, orang lain dan sekitar. Pada tahap ini konselor menggunakan teknik-teknik konseling Rasional Emotive Behavior Therapy (REBT) untuk membantu konseli mengembangkan pikiran rasional.
Tahap 3
Pada tahap akhir ini, konseli dibantu untuk secara terus menerus mengembangkan pikiran rasional serta mengembangkan filosofi hidup yang rasional sehingga konseli tidak terjebak pada masalah yang disebabkan oleh pemikiran irasional. Terdapat dua tugas utama konselor pada tahap ini yaitu, yang pertama interpersonal adalah membangun hubungan terapeutik, membangun rapport, dan suasana yang kolaboratif. Yang kedua yaitu organizational adalah bersosialisasi dengan konseli untuk memulai terapi, mengadakan proses asesmen awal, menyetujui wilayah masalah dan membangun tujuan konseling.