Rendah Diri (Inferiority) - Pengertian, Ciri, Komponen dan Penyebab
Inferiority atau rendah diri adalah suatu bentuk perasaan kurang berharga, tidak mantap, tidak tegas, atau merasa tidak berarti sama sekali, dimana biasanya cenderung pasrah, menerima keadaan apa adanya, atau menganggap dirinya kurang berarti sehingga menyebabkan seorang individu menjauhkan diri dari orang lain serta tidak mampu memenuhi tuntutan-tuntutan hidup. Inferiority merupakan bentuk sikap tanpa kemauan dan menunjukan gaya hidup yang pesimis, serta tidak mampu menatap atau menyongsong masa depan.
Inferiority merupakan suatu perasaan diri kurang atau rendah diri yang ada pada setiap diri individu karena pada dasarnya manusia diciptakan atau dilahirkan dengan keadaan lemah tak berdaya. Semua orang memiliki rasa rendah diri (inferior), namun tidak perlu dikhawatirkan karena inferiority adalah kondisi umum yang dimiliki oleh setiap orang bukan sebagai tanda dari kelemahan atau pun suatu tanda abnormal. Inferiority jika dimanfaatkan dengan baik, dapat menjadi sebuah motivasi yang dimiliki oleh seseorang untuk berperilaku (berproses, tumbuh, dan berkembang) menuju perasaan superior.
Inferiority juga dapat diartikan sebagai suatu bentuk perasaan dalam diri setiap individu, dimana bukan sebagai tanda keterbatasan diri ataupun keabnormalan yang ditandai dengan perasaan terhadap dirinya kurang mampu, tidak percaya diri, perasaan rendah diri, merasa kecil, merasa tidak sempurna dan kurang berharga bila dibandingkan dengan orang lain, serta pesimis dalam menghadapi masalah. Ketika individu tenggelam dalam rasa ketidakberdayaan atau mengalami suatu peristiwa yang membuat dirinya tidak mampu berbuat apa-apa, orang tersebut kemungkinan akan merasa inferior.
Inferiority merupakan bawaan lahir dari setiap individu. Ketika individu tersebut dapat mengendalikan diri dan mengatasi kelemahan yang ada di dalam dirinya maka individu tersebut dapat berkembang dengan maksimal. Namun, ketika individu tersebut tidak dapat mengendalikan diri dan mengatasi kelemahan yang ada di dalam dirinya maka individu tersebut dapat terganggu perkembangannya.
Pengertian Inferiority
Berikut definisi dan pengertian inferiority atau rendah diri dari beberapa sumber buku dan referensi:
- Menurut Agustina (2014), inferiority adalah rasa kurang berharga yang timbul karena ketidakmampuan psikologis atau sosial yang dirasa subyektif, ataupun karena keadaan jasmani yang kurang sempurna.
- Menurut Suryabrata (2007), inferiority adalah rasa diri kurang atau rasa rendah diri yang timbul karena perasaan kurang berharga atau kurang mampu dalam penghidupan apa saja.
- Menurut Echois dan Shadily (1992), inferiority adalah perasaan kurang percaya diri, biasanya cenderung pasrah, menerima keadaan apa adanya, menganggap dirinya kurang berarti, rendah diri atau hina diri.
- Menurut Jalaludin (1997), inferiority adalah perasaan yang terdapat pada diri seseorang dimana dia beranggapan bahwa dirinya serba kurang jika dibandingkan dengan orang lain dan perasaan negatif ini menyebabkan individu ingin menjauhkan diri dari orang lain.
- Menurut Chaplin (2004), inferiority adalah suatu perasaan tidak aman, tidak mantap, tidak tegas, merasa tidak berarti sama sekali dan tidak mampu memenuhi tuntutan-tuntutan hidup.
Ciri-ciri Inferiority
Menurut Wahyudi (2013), inferiority merupakan bentuk perasaan tidak mampu, yang ditandai dengan beberapa ciri atau karakteristik, yaitu sebagai berikut:
- Social confidence. Merupakan perasaan kurang pasti, merasa kurang bisa diandalkan, dan kurangnya rasa percaya pada kemampuan seseorang dalam situasi yang melibatkan orang lain. Faktor social confidence lebih mendekati pada umur dan pengalaman.
- School Abilities. Merupakan perasaan tidak mampu atau tidak berdaya terhadap kualitas, kekuatan, daya kompetensi, kecakapan, keahlian, keterampilan, kesanggupan dalam melakukan tugas akademik.
- Self-Regard. Penghormatan terhadap dirinya sendiri yang rendah dan persepsi terhadap diri sendiri yang kurang maupun kurangnya perhatian dan pertimbangan terhadap kepentingan serta minatnya sendiri.
- Physical Appearance. Individu dengan inferiority feeling sangat memperhatikan penampilannya, dia akan berusaha memperhatikan penampilan tubuhnya, ini merupakan salah satu bentuk untuk mengkompensasikan inferiority feeling miliknya.
- Physical Abilities. Perasaan diri lebih lemah dalam hal kemampuan tubuh yang dimiliki serta potensi individu untuk melakukan performasi yang berkaitan dengan fisiknya dibandingkan teman atau kelompok sebayanya.
Selain itu, beberapa ciri inferiority pada seorang individu adalah:
- Individu merasa bahwa tindakan yang dilakukan tidak adekuat. Individu tersebut cenderung merasa tidak aman dan tidak bebas bertindak, cenderung ragu-ragu dan membuang waktu dalam pengambilan keputusan, memiliki perasaan rendah diri dan pengecut, kurang bertanggung jawab dan cenderung menyalahkan pihak lain sebagai penyebab masalahnya, serta pesimis dalam menghadapi rintangan.
- Individu merasa tidak diterima oleh kelompoknya atau orang lain. Individu ini cenderung menghindari situasi komunikasi karena merasa takut disalahkan atau direndahkan, merasa malu jika tampil di hadapan orang.
- Individu tidak percaya terhadap dirinya dan mudah gugup. Individu ini merasa cemas dalam mengemukakan gagasannya dan selalu membandingkan keadaan dirinya dengan orang lain.
Komponen Inferiority
Menurut Nugroho (2008), beberapa aspek atau komponen dari inferiority atau rasa rendah diri adalah sebagai berikut:
a. Bersikap amat negatif
Bersikap negatif berarti sikap yang dimunculkannya adalah negatif. Orang yang rendah diri cenderung menjadi terlalu kritis terhadap diri sendiri, mudah mengecam dan menyalahkan diri sendiri. Jalan pikiran dan pembicaraan mereka penuh dengan gagasan dan kata-kata mengutuk diri. Dapat dipahami bahwa individu yang rendah diri memusatkan diri pada kekurangan-kekurangan dan menutup mata terhadap kelebihan-kelebihan mereka. Hal ini semakin mendukung akan gambaran diri mereka yang rendah.
b. Tidak menyukai diri sendiri
Tidak menyukai diri sendiri dapat dikatakan bahwa individu itu menolak dirinya. Menolak diri sendiri dapat diartikan individu tersebut memiliki konsep diri yang negatif. Adapun ciri-ciri tidak menyukai diri sendidi seperti; 1) Peka pada kritik, 2) Responsif terhadap pujian, 3) Sikap hiperkritis, 4) Cenderung merasa tidak disenangi orang lain, 5) Bersikap pesimis terhadap kompetisi.
c. Pesimis
Pesimis merupakan keadaan pikiran yang cenderung mengharapkan hasil yang tidak menyenangkan atau keyakinan bahwa keburukan dan kegagalan akan terjadi pada dirinya. Seseorang dengan kepribadian yang pesimis seringkali tidak santai dan tidak mudah diajak bergaul. Mereka memiliki pandangan negatif tentang dunia sekitar mereka pada saat ini maupun yang akan datang. Tidak pernah ada hal baik yang dirasakan, merasa bahwa orang lain yang berbuat baik kepada mereka tidak pernah tulus dan tidak ingin memiliki mimpi atau tujuan karena merasa tidak mungkin akan tercapai.
Dampak Inferiority
Menurut Alwisol (2008), seseorang yang dengan kondisi inferiority atau perasaan rendah diri, biasanya memiliki kecenderungan terhadap hal-hal negatif, antara lain yaitu sebagai berikut:
a. Sesalan (excuses)
Kecenderungan dalam pengamanan yang paling umum adalah sesalan. Orang neurotic dan orang normal sering menggunakan sesalan. Orang normal maupun neurotik biasa memakai sesalan sebagai berikut:
- Ya tetapi (yes but). Orang pertama menyatakan apa yang sesungguhnya mereka senang kerjakan, sesuatu yang terdengar baik untuk orang lain kemudian diikuti dengan pernyataan sesalan. Sesalan “ya tetapi” ini dipakai untuk mengurangi bahaya harga diri yang jatuh karena melakukan hal yang berbeda dengan orang lain.
- Sesungguhnya kalau (if-only). Sesalan ini dinyatakan dengan cara berbeda. Sesalan ini digunakan untuk melindungi perasaan lemah dari harga diri, dan menipu orang lain untuk percaya bahwa mereka sesungguhnya lebih superior dari kenyataan yang ada sekarang.
b. Agresi
Penggunaan agresi untuk pengamanan kompleks superior yang berlebihan, melindungi harga dirinya yang rentan. Ada tiga macam agresi yaitu:
- Merendahkan (depreciate). Adalah kecenderungan menilai rendah prestasi orang lain dan menilai tinggi prestasinya sendiri. Maksud dibalik depresiasi ini adalah untuk mengecilkan orang lain sehingga kalau dibandingkan dengan orang lain dirinya akan merasa lebih baik.
- Menuduh (accusation). Adalah kecenderungan menyalahkan orang lain atas kegagalan dirinya, dan kecenderungan untuk mencari pembalasan dendam, sehingga mengamankan kelemahan harga dirinya.
- Menuduh diri sendiri (self-accusation). Ditandai dengan menyiksa diri dan perasaan berdosa. Menyiksa diri terjadi pada penderita masokisme, depresi, dan bunuh diri, yang maknanya mengamankan agar kekuatan neurotik tidak menyakiti orang lain yang dekat dengan penderita dan tujuannya adalah membebaskan penderitaan orang lain kepada dirinya untuk melindungi harga dirinya.
c. Menarik diri (withdrawal)
Kecenderungan untuk melarikan diri dari kesulitan, pengamanan melalui mengambil jarak.Ada empat jenis bentuk menarik diri yang terjadi yaitu mundur, diam ditempat, ragu-ragu dan membuat hambatan.Semua ini dimaksudkan untuk pengamanan agar harga dirinya tidak mengalami inflasi.
- Mundur (moving backward). Mundur didesain untuk memperoleh simpati, sikap yang umumnya muncul dari anak yang dimanjakan.
- Diam ditempat (standing-still). Orang yang diam ditempat tidak bergerak kemana-pun, menolak tanggung jawab dengan menarik diri dari semua ancaman kegagalan. Mereka mengamankan aspirasi fiksi-nya dengan tidak melakukan apapun agar tidak terbukti bahwa mereka tidak dapat mencapai tujuan itu.
- Ragu-ragu (hesitation). Banyak orang ragu-ragu atau bimbang ketika menghadapi masalah yang sulit. Mengulur waktu, kompulsif, menjadi cara efektif pengamanan dengan membuang waktu, sehingga masalah tidak perlu lagi dihadapi. Melangkah bolak-balik, sikap sangat teratur, merusak pekerjaan yang baru dimulai, meninggalkan pekerjaan yang belum selesai adalah contoh-contoh ragu-ragu.
- Membangun penghalang (constructing obstacle). Merupakan bentuk menarik diri yang paling ringan, mirip sesalan "sesungguhnya-kalau". Orang menghayal suatu penghalang, dan keberhasilan mengatasi sebagian dari hambatan itu sudah melindungi harga dirinya.
Faktor Penyebab Inferiority
Menurut Wedge (1995), inferiority atau perasaan rendah diri biasanya dipengaruhi oleh beberapa kondisi pada individu, antara lain yaitu:
a. Cacat Jasmani
Setiap orang akan merasa senang bila memiliki tubuh yang sempurna, semen- tara cacat jasmani akan menjadi sasaran ejekan dari teman-teman se-permainan anak. Maka itu timbul perasaan tidak enak pada diri sendiri terhadap orang lain, dan merasa seakan lingkungan sekitarnya memusuhi-nya.
b. Suka membesar-besarkan
Ada orang yang selalu membesar-besarkan masalah yang kecil. Dia tidak dapat membedakan antara malapetaka yang besar dan kemalangan yang tidak berarti. Sedikit kritik yang dilontarkan kepadanya, selalu di besar-besarkan. Kepercayaan dirinya sangat tidak stabil, sehingga kejadian yang sedikit tidak menguntungkan saja, sudah dianggap sebagai malapetaka besar, pandangannya terhadap diri sendiri begitu negatif, sehingga dia mengira bahwa orang lain pun memandang dirinya seperti itu juga. Akibatnya, harga dirinya terus-menerus merosot.
c. Menggunakan ukuran yang keliru
Ada orang yang terlalu terkesan oleh keberhasilan orang lain dalam suatu bidang usaha. Dia menganggap keberhasilan orang lain tersebut begitu hebat, sehingga dia melupakan keberhasilan-keberhasilan-nya sendiri. Dia begitu direpotkan oleh keberhasilan orang lain, sehingga tidak mempunyai tenaga lagi untuk meraih keberhasilan-nya sendiri. Dia selalu memperbesar keberhasilan orang lain yang memperkecil keberhasilan-nya sendiri, sehingga keunggulan orang lain tetap kelihatan lebih hebat. Dengan demikian dia melihat keberhasilan-keberhasilan-nya sendiri lebih kecil daripada kenyataannya.
d. Daya juang yang terlalu lemah
Ada orang yang mencoba melakukan sesuatu dan gagal, tetapi dia juga mau mencoba lagi sampai akhirnya berhasil. Ada pula orang yang gagal dalam usaha pertama dan tetap gagal, karena takut mencoba lagi. Tidak ada orang yang dapat meyakinkan-nya bahwa dia harus mencoba lagi. Maka dia tetap merasa sebagai orang yang gagal, iri terhadap keberhasilan orang lain dan menangisi kegagalannya sendiri. Dia benar-benar merasa sebagai orang yang selalu gagal. Tidak mengherankan bila ia selalu merasa rendah diri.
e. Bercita-cita terlalu tinggi
Memang bagus kalau kita dapat meraih sebuah bintang.Namun kita harus memilih di antara bintang-bintang yang ada, bintang mana yang dapat kita raih. Demikian pula halnya dengan kesempurnaan, ingin meraih kesempurnaan itu bagus, asal kita ingat bahwa akan selalu ada ketidak sempurnaan di dunia ini. Orang-orang perfeksionis yang mengharapkan terlalu banyak dari dirinya sendiri, dengan cepat menderita depresi dan merasa sakit hati kalau menemukan rintangan yang menghadang di tengah jalan. Mereka tidak meraih bintang yang rendah atau tujuan yang lebih mudah dicapai, melainkan ingin meraih yang paling tinggi, sehingga dia tidak dapat berbuat apa-apa karena terlalu tinggi baginya.
f. Terlalu haus akan kasih sayang dan penghargaan
Akibat terlalu dimanja pada masa bayi, maka si anak akan tumbuh menjadi orang penuh dengan impian bahwa di mana-mana dia akan mendapatkan kasih sayang dan penghargaan dia membayangkan bahwa hidup ini dan semua orang akan memanjakan-nya. Apabila dia menemukan kenyataan yang sebaliknya, misalnya saja orang di sekitarnya tidak menyayangi dan menghargainya, maka dia curiga pasti ada sesuatu yang tidak beres dalam dirinya.