Spiritualitas - Pengertian, Jenis, Aspek dan Perkembangan

Daftar Isi

Spiritualitas adalah kepercayaan dan keyakinan seseorang terhadap sebuah kebenaran, kesucian, keter-ikatan dan rasa tunduk kepada kekuatan lebih tinggi dari dirinya yang mendorong, mengarahkan, dan memilih beragam tingkah laku individu. Spiritualitas merupakan sebuah proses atau tahapan dalam aktualisasi diri seseorang dalam mengolah berbagai kreativitas, intuisi, sukacita, kasih, kedamaian, toleransi, dan tujuan hidup.

Spiritualitas - Pengertian, Jenis, Aspek dan Perkembangan

Istilah spiritualitas berasal dari serapan bahasa Inggris, yaitu "spirituality". Kata spirit berasal dari bahasa latin, yaitu "spiritus" yang artinya roh, jiwa, sukma, kesadaran diri dan nyawa hidup. Sehingga makna kata spiritualitas adalah muatan spiritual lebih mengarah pada suatu sifat yang mengandung energi, semangat, kekuatan yang ada tetapi tidak dapat terlihat, meskipun demikian keberadaan sifat ini dapat dirasakan kehadirannya.

Spiritualitas merupakan kesadaran tentang diri dan kesadaran individu tentang asal, tujuan, dan nasib. Menjadi spiritual berarti mempunyai ikatan yang lebih kepada hal yang bersifat kerohanian atau kejiwaan dibandingkan hal yang bersifat fisik atau material. Spiritualitas tidak hanya memperhatikan apakah hidup itu berharga, namun juga fokus pada mengapa hidup berharga.

Spiritualitas juga diartikan sebagai usaha individu untuk memahami sebuah makna yang luas akan pemaknaan pribadi dalam konteks kehidupan setelah mati (eschatological). spiritualitas meliputi upaya pencarian, menemukan dan memelihara sesuatu yang bermakna dalam kehidupannya. Pemahaman akan makna ini akan mendorong emosi positif baik dalam proses mencarinya, menemukannya dan mempertahankannya.

Pengertian Spiritualitas 

Berikut definisi dan pengertian spiritualitas dari beberapa sumber buku dan referensi:

  • Menurut Ardian (2016), spiritualitas adalah kepercayaan bahwa seseorang dapat melampaui batas dirinya dalam dimensi yang lebih tinggi (dengan tuhannya), adanya keinginan untuk sebuah kebenaran dan kesucian dan keyakinan bahwa seseorang dapat menyelesaikan kesulitan, kerugian dan rasa sakit dengan kepercayaan tersebut. 
  • Menurut Nazri, dkk (2016), spiritualitas adalah bagian paling dalam dan paling esensi dari setiap diri manusia yang tertuang dalam keyakinan, keter-ikatan dan rasa tunduk setiap individu terhadap sosok transenden yang memiliki kekuatan lebih tinggi dari dirinya dan berperan penting terkait dengan tingkah laku, perasaan dan emosi. 
  • Menurut Piedmont (2001), spiritualitas adalah rangkaian karakteristik motivasional (motivational trait), kekuatan emosional umum yang mendorong, mengarahkan, dan memilih beragam tingkah laku individu. 
  • Menurut Jalil (2014), spiritualitas adalah sebuah tahapan dalam aktualisasi diri, dimana seseorang berproses dalam mengolah berbagai kekayaan kreativitas, intuisi, keceriaan, sukacita, kasih, kedamaian, toleransi, rendah hati, dan juga adanya tujuan hidup yang harus ditata dengan jelas.

Jenis-jenis Spiritualitas 

Menurut Siswanto (2010), spiritualitas memiliki beberapa jenis, yaitu sebagai berikut: 

  1. Spiritual heteronomi, yaitu spiritualitas yang bercorak menerima, memahami, meyakini atau mengamalkan acuan spiritual (nilai-nilai spiritual) yang bersumber dari otoritas luar (external authority). 
  2. Spiritual otonom, yakni spiritualitas yang berasal dari pemikiran diri sendiri. Spiritualitas bercirikan self-contained and independent of external authority, yakni spiritualitas yang menolak pengaruh dan otoritas dari luar dan hanya menerima hasil pemikiran dan refleksi diri sendiri. 
  3. Spiritualitas interaktif, yaitu spiritual yang terbentuk melalui proses interaktif antara dirinya sendiri dengan lingkungannya. Spiritualitas ini merupakan hasil dari proses dialektik antara potensi ruhaniah (mental, perasaan, dan moral) dengan otoritas luar dalam bentuk tradisi, folkways, dan tatanan dunia yang mengitari-nya.

Aspek-aspek Spiritualitas 

Menurut El Fath (2015), aspek-aspek spiritualitas adalah sebagai berikut:

a. Hubungan 

Individu yang memiliki spiritualitas yang kuat ialah mereka yang menjalin hubungan baik dengan Tuhan. Keyakinan dan kepercayaan yang mendalam dengan Tuhan akan senantiasa dirasakan dalam setiap aspek kehidupan. Tuhan telah menjadi pegangan hidup dimanapun dan dalam keadaan apapun. Sehingga hal tersebut menciptakan persepsi bahwa manusia tidaklah hidup sendiri tapi juga campur tangan Tuhan.

b. Aktivitas spiritual 

Kesadaran terhadap keberadaan Tuhan akan termanifestasikan dengan aktivitas-aktivitas spiritual seperti ritual peribadatan bagi individu yang beragama. Hal sederhana yang dapat dilakukan dalam aktivitas spiritual seperti memanjatkan doa, sembahyang, meditasi dan lain-lain. Kontinuitas dalam aktivitas spiritual memberikan pengalaman dan hubungan yang kuat terhadap Tuhan.

c. Rasa nyaman dan kekuatan 

Rasa nyaman dan kekuatan yang ada pada diri individu akan membentuk pribadi yang tangguh dan bertahan dalam kondisi apapun, baik sulit ataupun baik. Dengan modal kekuatan individu lebih berani menghadapi tantangan hidup, tidak mudah lemah dan putus asa.

d. Kedamaian 

Kedamaian hidup merupakan hasil dari rasa tenang dalam hati individu. Ketenangan hati dapat didapatkan ketika individu melakukan kegiatan spiritual. Perasaan gelisah, cemas, stress, khawatir, kecewa adalah sebab dari harapan-harapan duniawi yang tidak ter-kabulkan sehingga kedamaian hidup tidak akan tercapai. Karena ketenangan hati hanya bisa dirasakan dan dipasrahkan kepada harapan yang Maha Tinggi yaitu Tuhan semesta Alam.

e. Merasakan Pertolongan 

Dalam kehidupan seseorang pasti akan mengalami masa- masa sulit seberapa-pun kadarnya. Memohon pertolongan dan perlindungan kepada Tuhan Yang Masa Esa adalah bentuk dari seberapa kuat spiritualitas seseorang. Aspek inilah yang menjadi salah satu upaya pembentuk kesejahteraan psikologis seseorang. Sehingga ia akan selalu yakin bahwa Tuhan selalu membimbing dalam menghadapi masalah kehidupan dan terciptanya rasa aman dimanapun tempatnya.

f. Merasakan kasih sayang Tuhan 

Seseorang yang dekat dengan Tuhan ialah mereka yang bisa merasakan Rahmat dan kasih sayang Tuhan dalam kehidupan. Pengalaman dan perjalanan hidup tidak lain adalah bentuk kasih sayang Tuhan terhadap hambanya. Bentuk kasih sayang Tuhan tidak selalu dikemas dengan keindahan atau hal-hal yang baik. Namun kesadaran dalam menerima segala bentuk pengalaman hidup baik perasaan sedih, bahagia, sakit adalah wujud kasih sayang Tuhan terhadap hambanya.

g. Kekaguman 

Rasa kagum tercipta atas kesadaran manusia terhadap ciptaan Tuhan di alam semesta ini dengan merasakan penyatuan diri terhadap setiap pesona, peristiwa besar, kejadian luar biasa, pemandangan alam dan keajaiban lainnya yang ada di alam ini. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan tentu seorang manusia harus percaya bahwa segala bentuk ciptaan Tuhan adalah makhluk hidup yang harus kita nikmati dan syukuri.

h. Kepedulian terhadap sesama 

Aspek terpenting dalam kehidupan spiritual adalah sikap altruis dan sikap empati seseorang dalam bersosial. Wujud dari spiritualitas yang tinggi yakni memiliki rasa tanggungjawab terhadap makhluk sosial. Kepedulian terhadap orang lain harus ditingkatkan, membangun relasi yang baik, saling tolong menolong, dan saling mendukung dalam bersosial yang sehat. Sehingga seseorang tidak hanya membangun hubungan dengan Tuhan tetapi juga dengan ciptaan Tuhan.

i. Dekat dengan Tuhan 

Aspek ini menunjukkan bahwa seseorang memiliki kedekatan dengan Tuhan tidak sebatas merasa dekat. Namun, lebih pada penyatuan dengan Tuhan artinya Tuhan tidak akan lepas dalam hati seseorang. Mereka akan selalu membutuhkan dimanapun berada. Oleh karena itu seseorang senantiasa melakukan kegiatan spiritual demi ketaatan kepadaNya.

Dimensi Spiritualitas 

Menurut Kurniawati (2016), spiritualitas terdiri dari beberapa dimensi, yaitu sebagai berikut: 

  1. Dimensi transeden. Orang spiritual jelas yakin dan percaya bahwa adanya dimensi transenden dalam hidup. Kepercayaan ini dapat berupa tradisi atau keagamaan mengenai Tuhan sampai perspektif psikologis bahwa dimensi transenden adalah eksistensi alamiah dari kesadaran diri wilayah ketidaksadaran. Orang spiritual memiliki pengalaman dalam istilah Maslow peak experience. Seseorang dapat melihat sesuatu yang tidak kasat mata. 
  2. Dimensi idealisme. Orang spiritual adalah orang yang visioner, memiliki komitmen untuk membuat dunia menjadi lebih baik lagi. Mereka berkomitmen pada idealisme yang tinggi dan mengaktualisasikan potensinya untuk seluruh aspek kehidupan. 
  3. Dimensi makna dan tujuan hidup. Orang yang memiliki kekuatan spiritual dalam hidupnya akan sadar bahwa hidup memiliki makna. Makna hidup dapat dirasakan ketika ia memiliki tujuan hidup yang jelas. Sehingga makna dan tujuan hidup ini sangat penting sebagai pegangan orang agar tidak kehilangan arah. Orang akan bersemangat dalam menata kehidupan dan mendapatkan eksistensi dalam hidup. 
  4. Dimensi misi hidup. Seseorang yang berspiritual memiliki rasa tanggungjawab terhadap hidupnya. Mereka termotivasi dan memahami bahwa kehidupan senantiasa harus terus ditemukan. 
  5. Dimensi kesucian hidup. Kesucian hidup ialah hal-hal yang berhubungan dengan kesakralan atau sesuatu yang tidak bisa didefinisikan. Orang spiritual merasakan kekhidmatan dalam hidup meski tidak lewat ritual keagamaan. Mereka tidak melakukan dikotomi kehidupan tetapi percaya bahwa seluruh hidup adalah akhirat. Orang spiritual dapat sacralize atau religionize dalam hidup. 
  6. Dimensi kepuasan spiritual. Kepuasan spiritual tidak di dapatkan dari segala bentuk hal- hal yang bersifat materi atau duniawi. Orang akan mendapatkan kepuasan spiritual dari aktivitas yang berhubungan dengan kerohanian. 
  7. Dimensi altruisme. Seseorang memahami bahwa semua orang sesungguhnya bersaudara dan tersentuh oleh penderitaan orang lain. ia memiliki perasaan yang sangat kuat dengan keadilan sosial dan berkomitmen terhadap cinta kasih kepada sesama manusia. 
  8. Dimensi kesadaran adanya penderitaan. Penderitaan dalam kehidupan orang spiritual meyakini-nya sebagai bentuk ujian dari sang Maha Pencipta. Kesadaran ini membentuk seorang lebih serius dalam menghadapi kenyataan, meningkatkan kualitas hidup, kegembiraan dan penilaian hidup. 
  9. Hasil dari spiritualitas. Seorang yang spiritualitas-nya tinggi akan berdampak dalam kehidupan. Spiritualitas yang benar akan berdampak pada hubungan individu terhadap dirinya sendiri, dengan orang lain, alam, lingkungan dan apapun yang menurutnya akan membawa pada ultimate.

Perkembangan Spiritualitas 

Menurut Fowler (1995), perkembangan spiritualitas pada seseorang melalui beberapa tahap, yaitu sebagai berikut:

1. Primal or undifferented faith 

Tahapan ini terjadi pada usia 0-2 tahun, dimana seorang bayi memulai mengembangkan pandangan dan keyakinan dengan menggaruk dan meraba. Seorang anak memulai untuk mempelajari lingkungan yang dibentuk oleh keluarga.

2. Intuitive 

Tahap intuitive merupakan tahap yang dialami anak yang berusia 3-7 tahun. Pada tahap intuitive, pola pemikiran pada anak dapat dikatakan labil. Kelabilan ini sebagai hal yang wajar karena anak-anak bertemu dengan hal-hal baru dan belum memiliki pengetahuan iman atau spiritual yang melekat pada dirinya. Anak mulai membentuk dan mengingat apa yang ada diluar dirinya. Tahap ini masih dipenuhi oleh fantasi. Penyampaian dasar tentang spiritual biasanya disampaikan melalui cerita-cerita yang berkaitan dengan iman.

3. Mythical- literal faith 

Tahapan Mythical faith merupakan tahapan yang berlangsung pada usia sekitar 7-12 tahun. Seorang anak dapat membedakan hal-hal yang nyata dengan hal yang bersifat khayalan. Pada tahapan ini seorang anak dapat menangkap makna cerita yang menyangkut kepercayaan dan keyakinan pada cerita dongeng atau cerita keagamaan.

4. Poetic-conventional faith 

Tahapan ini dialami oleh remaja yang berusia 12-20 tahun. Ciri utama pada tahapan ini adalah seorang individu dapat berhubungan dengan diri sendiri dan kelompok.

5. Individuating-reflective faith 

Tahapan ini dialami oleh individu berusia minimal 20 tahun. Individu pada tahapan ini mulai mengambil tanggung jawab atas perilaku, kepercayaannya, komitmen dan gaya hidupnya. Dalam fase ini individu masih tetap membutuhkan figur yang dapat diteladani.

6. Paradoxical-consolidation faith 

Usia minimal pada tahapan ini adalah 30 tahun. Pada tahapan ini seseorang dapa mengintegrasikan aspek spiritual, seperti simbolisasi, ritual dan kepercayaan. Individu pada tahapan ini memiliki rasa kekeluargaan dan menganggap bahwa semua orang termasuk dalam kelompok yang universal.

7. Universalizing faith 

Sangat sedikit yang orang yang mampu melewati fase ini. Tahapan ini mencerminkan sebuah kedalaman spiritual yang berkaitan dengan perhatian terhadap spiritual yang mendalam, manfaat dari diri sendiri untuk kebaikan bersama. Pada tahapan ini individu berkomitmen dalam mengabdikan dirinya untuk kebaikan orang lain dan Tuhan.

Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas 

Menurut El Fath (2015), terdapat beberapa faktor yang dianggap dapat mempengaruhi spiritualitas seseorang, antara lain yaitu sebagai berikut: 

  1. Tahap perkembangan. Tahap perkembangan spiritualitas seseorang yang baik akan memengaruhi proses pengembangan potensi dan keyakinan seseorang terhadap Tuhan.
  2. Keluarga. Keluarga merupakan aspek utama yang berpengaruh terhadap spiritualitas seseorang. Terbentuknya spiritualitas seseorang pastinya diperoleh dari keluarga yang dibangun dengan spiritual yang kuat. Karena lingkungan terdekat adalah cerminan kualitas hidup seseorang. 
  3. Latar belakang budaya. Tidak sedikit pada masyarakat umum keyakinan dan spiritual yang diikuti-nya salah satunya terbentuk dari tradisi, nilai, sikap dan keyakinan budaya sekitar. 
  4. Pengalaman hidup. Seberapa pahit dan manisnya perjalanan hidup seseorang tidak akan sia-sia ketika ia memaknainya dengan sepenuh hati bahwa segala peristiwa hidup adalah bentuk dari kekuatan Tuhan, pengalaman hidup inilah yang memengaruhi wujud spiritualitas seseorang.