Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Model Pembelajaran Case Based Learning (CBL)

Case Based Learning (CBL) atau pembelajaran berbasis kasus adalah pengembangan dari model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), yang menggunakan kasus nyata dalam kehidupan sehari-hari sebagai bahan utama dalam sarana pembelajaran. Kasus adalah cerita yang mengandung suatu pesan yang menggambarkan situasi aktual atau realistis dan harus dapat dipecahkan. Dalam hal ini sebuah kasus yang merupakan representasi dari pengetahuan dan pengalaman yang disajikan dalam bentuk deskripsi situasi yang nyata.

Model Pembelajaran Case Based Learning (CBL)

Case Based Learning (CBL) adalah pembelajaran berbasis kasus yang berupa cerita tentang situasi aktual atau realistis dan mempersyaratkan siswa untuk memiliki pengetahuan sebelumnya sehingga dapat menyelesaikan kasus yang ada. CBL berperan sebagai katalis untuk diskusi di kelas yang diimplementasikan oleh guru dan siswa terlibat secara aktif di dalamnya. Pada CBL siswa dapat aktif mendiskusikan kasus yang disajikan oleh guru di kelas.

Case Based Learning adalah pembelajaran berbasis kasus yang melatih peserta didik untuk mengeksplorasi dan memecahkan masalah dari kasus yang telah diberikan. CBL mampu melatih pola pikir kritis siswa sebab kasus yang diberikan menjadikan siswa mampu berpikir kritis. Model CBL merupakan pembelajaran kompleks yang berkaitan erat dengan kasus berupa skenario masalah yang realistis dan relevan dengan materi yang akan dipelajari, dimana siswa juga berpartisipasi aktif untuk mengintegrasikan banyak sumber informasi

Pengertian Case Based Learning 

Berikut definisi dan pengertian model pembelajaran Case Based Learning (CBL) dari beberapa sumber buku dan referensi: 

  • Menurut Tristanti (2017), Case Based Learning adalah pembelajaran induktif dengan menggunakan kasus nyata sebagai bahan utama dalam proses analisis kasus dan mengambil keputusan berdasarkan hasil pencarian konsep teoritik dalam diskusi kelas dengan pengarahan fasilitator. 
  • Menurut Cevik, dkk (2012), Case Based Learning adalah suatu model yang menggunakan kasus nyata yang telah didokumentasikan dengan baik sebagai sarana pembelajaran. Kasus adalah sebuah keadaan yang merupakan representasi dari pengetahuan dan pengalam yang disajikan dalam bentuk deskripsi situasi (pembelajaran) nyata. 
  • Menurut Pratiwi, dkk (2015), Case Based Learning adalah pengembangan dari model pembelajaran problem based learning, dimana masalah yang disajikan kepada siswa berupa kasus yang sedang terjadi saat ini di kehidupan sehari-hari. Kasus merupakan deskripsi cerita yang kaya akan permasalahan, pengetahuan dan keterampilan yang digunakan untuk mendorong siswa berpikir sehingga mampu membantu berpikir memecahkan masalah. 
  • Menurut Killen (2009), Case Based Learning adalah suatu model pembelajaran yang instruksional dan berorientasi pada proyek atau kasus di lapangan. Kasus adalah cerita yang mengandung suatu pesan yang menggambarkan situasi aktual atau realistis dan harus dapat dipecahkan inti dari permasalahan tersebut.

Aspek-aspek Case Based Learning 

Case Based Learnig merupakan suatu sarana untuk meningkatkan pemahaman lewat pembelajaran dengan melakukan (learning by doing), mengembangkan kemampuan analitis (berpikir kritis) dan memutuskan sesuatu keterampilan pengambilan keputusan (decision making skill), belajar bagaimana mengaitkan yang dipelajari dengan masalah nyata, mengembangkan kemampuan komunikasi secara verbal dan bekerjasama dalam kelompok.

Menurut Syarafina, dkk (2017), model pembelajaran Case Based Learnig (CBL), memiliki beberapa aspek, yaitu sebagai berikut:

a. Kasus 

Kasus adalah instrumen pendidikan yang muncul dalam bentuk narasi. Narasi membawa situasi kehidupan nyata ke dalam kelas. Kelas dan guru mengerjakan masalah kehidupan nyata ini secara kolektif. Ciri-ciri kasus yang baik antara lain: punya ide bagus, berfokus pada sesuatu yang kontroversial, sesuatu yang baru bagi siswa, menciptakan empati dengan karakter sentral, berupa kutipan relevan dengan pembaca, memiliki utilitas pedagogi, keputusan yang memaksa, dan singkat.

b. Pertanyaan Studi 

Pertanyaan studi adalah daftar pertanyaan studi yang dipresentasikan pada akhir setiap kasus. Pertanyaan studi mempromosikan pemahaman karena mereka mendorong siswa untuk menerapkan apa yang mereka ketahui dalam menganalisis data dan mengusulkan solusi daripada hanya mengingat fakta, nama, label, formula, definisi, dll. Dalam metode yang terputus, setiap bagian-bagian memiliki pertanyaan diskusi sendiri.

c. Kerja Kelompok Kecil 

Siswa mendiskusikan tanggapan mereka terhadap pertanyaan studi di kelompok belajar kecil. Siswa memiliki kesempatan untuk mendiskusikan kasus dan pertanyaan satu sama lain sebelum diskusi kelas secara keseluruhan. Setiap bagian dipelajari dan didiskusikan dalam kelompok kecil dengan metode kasus terputus. Sebagai bagian dipelajari dan solusi yang mungkin dibahas, bagian selanjutnya dari kasus diberikan kepada siswa.

d. Diskusi Kelompok 

Diskusi Kelompok memerlukan keterlibatan aktif peserta didik dalam aktivitas belajar. Gagasan besar kasus ini diperiksa dan karya guru membantu siswa untuk mengekstrak makna. Guru selalu memperlakukan siswa dan gagasan mereka dengan hormat, oleh karena itu siswa merasa aman untuk menyuarakan gagasan mereka. Guru mengelola periode diskusi sedemikian rupa sehingga dia mempromosikan analisis kritis siswa terhadap masalah kehidupan nyata dengan membiarkan mereka membuat maknanya sendiri daripada menyuntikkan maknanya sendiri. Siswa ditemui dalam sesi diskusi kelas penuh setelah memeriksa setiap bagian dalam metode pembelajaran berbasis kasus yang terputus.

e. Kegiatan Tindak Lanjut 

Terkadang siswa perlu tahu lebih banyak karena diskusi kelas merangsang kebutuhan ini. Motivasi tinggi untuk membaca dan belajar lebih banyak. Kegiatan tindak lanjut dapat dilakukan secara individu atau kelompok dan kegiatan yang digunakan adalah masalah penilaian guru tentang kebutuhan siswa. Buku teks, artikel dari surat kabar dan majalah, tabel, grafik data, laporan penelitian, video dan informasi tertulis dan visual lainnya dapat menjadi sumbernya.

Perbedaan CBL dengan PBL 

Case Based Learning model pembelajaran hasil pengembangan dari Problem Based Learning. Pada Case Based Learning mengangkat pertanyaan kontekstual berdasarkan pada masalah hidup yang nyata. Persamaan antar Case Based Learning dengan Problem Based Learning terletak pada kasus dan masalah yang digunakan untuk merangsang dan mendukung penerimaan pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Perbedaan Case Based Learning dengan Problem Based Learning terletak pada persyaratan pengetahuan awal yang dikuasasi oleh siswa. Pada Case Based Learning mensyaratkan siswa untuk mempunyai pengetahuan sebelumnya sehingga dapat digunakan untuk membahas kasus. Sedangkan Problem Based Learning tidak ada persyaratan bagi siswa untuk mendapatkan pengetahuan sebelumnya sehingga memungkinkan siswa untuk mendapatkan pengetahuan baru.

Perbedaan lain adalah Problem Based Learning merupakan Open Inquiry, sedangkan Case Based Learning merupakan Guided Inquiry. Dan pada Case Based Learning guru lebih banyak berperan dari pada problem based learning yang mana gurunya membimbing siswa dengan cara memberikan pertanyaan yang memancing penyelesaian soal.

Langkah-langkah Case Based Learning 

Pada pelaksanaan pembelajaran Case Based Learning terdapat beberapa proses yang dilalui, diantaranya adalah membentuk kelompok kecil, lalu dosen menyusun narasi sebagai bahan diskusi, selanjutnya masalah dianalisis dan diformulasikan, melakukan penemuan informasi, data, literatur, dan implikasi klinis, lalu pemberian dukungan bukti, data, hasil laboratorium, dan informasi pasien sebagai permintaan dari guru, selanjutnya menduga jawaban yang potensial, serta mengumpulkan dan menyebarkan informasi yang baru.

Menurut Williams (2004), langkah-langkah dalam proses pembelajaran Case Based Learning adalah sebagai berikut: 

  1. Menetapkan permasalahan atau tujuan pembelajaran yang spesifik. Setiap siswa menyampaikan penetapan permasalahan berupa pertanyaan dan tutor atau fasilitator dapat menambahkan jika kurang lengkap. 
  2. Menganalisis masalah (berdasarkan brainstorming dan self study sebelum tutorial berlangsung). Setiap siswa harus sudah tahu dan paham terhadap kasus yang diberikan serta sudah siap materi untuk diskusi karena selama analisis masalah berlangsung siswa tidak diperbolehkan membuka dan membaca catatan belajar-nya. 
  3. Membuat kesimpulan atau pemecahan masalah dari kasus. Semua siswa dalam kelompok diskusi mengambil keputusan secara bersamaan dari pemecahan kasus dengan arahan tutor dan menetapkan isu pembelajaran untuk self study setelah diskusi.

Adapun menurut Susandari (2012), langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran Case Based Learning adalah sebagai berikut:

  1. Menyajikan kasus. Guru menyajikan kasus berdasarkan konteks dan konten yang telah ditentukan. Siswa membaca kasus yang disajikan dan berusaha memahami situasi atau konteks permasalahan pada kasus.
  2. Menganalisa kasus. Guru membimbing siswa untuk menganalisa kasus. Siswa menemukan informasi yang diketahui dan ditanyakan. Siswa mengidentifikasi masalah yang ada dan merumuskan masalah yang akan dicari penyelesaiannya. Pada tahap ini, siswa juga berlatih untuk mengubah bahasa verbal ke dalam bahasa matematika.
  3. Menemukan secara mandiri informasi, data dan literatur. Siswa mencari informasi dan data dari berbagai literatur untuk dapat menemukan fakta dan data sehingga dapat menentukan strategi penyelesaian yang sesuai untuk menyelesaikan kasus. 
  4. Menyelesaikan kasus. Siswa menyelesaikan kasus secara berkelompok. Siswa memilih strategi menyelesaikan dan menggunakan konsep-konsep materi yang dipelajari, informasi-informasi yang telah diperoleh, serta prosedur penyelesaian dan penalaran untuk menyelesaikan masalah. 
  5. Membuat kesimpulan dan mempresentasikan hasil. Siswa menafsirkan dan membuat kesimpulan dari jawaban yang telah didapatkan ke dalam konteks yang terdapat di dalam kasus kemudian mempresentasikan hasil yang telah mereka sepakati. 
  6. Memverifikasi jawaban. Siswa memverifikasi jawaban mereka dan melakukan perbaikan.

Kelebihan dan Kekurangan Case Based Learning 

Setiap model pembelajaran biasanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, begitu juga dengan model pembelajaran Case Based Learning. Menurut Maer dan Hendrayani (2002), kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Case Based Learning adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan 

Kelebihan atau keunggulan Case Based Learning adalah: 

  1. Dapat mengembangkan kemampuan analitis (mempertanyakan esensi dari sesuatu/higher-order reasoning skills).
  2. Kemampuan mengaplikasiakan konteks (teori) dan kenyataan di lapangan. 
  3. Kemandirian dalam mencari dan memecahkan masalah, keterampilan belajar sendiri (life long learning) 
  4. Mengurangi kegelisahan/ketakutan menghadapi problem (tugas) melalui pelatihan pemecahan masalah yang didesain maka lama makin kompleks dalam diskusi, tahu memulai pemecahan problem dari mana.
  5. Meningkatkan rasa percaya diri, semangat dan kerja sama dalam team, kemampuan oral (presentasi) dengan lebih baik.

b. Kekurangan 

Kekurangan atau kelemahan Case Based Learning adalah: 

  1. Tidak semua informasi/materi dapat diberikan dengan metode ini, bila dibandingkan dengan metode yang tradisional misalnya ceramah (satu arah).
  2. Case Based Learning tidak efektif untuk mentransmisikan bahan/materi dalam jumlah yang banyak. 
  3. Penggunaan Case Based Learning tidak dapat memecahkan semua hal yang diajarkan. 
  4. Membutuhkan waktu yang relatif lebih lama.

PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Model Pembelajaran Case Based Learning (CBL). Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2023/12/model-pembelajaran-case-based-learning.html