Collaborative Learning - Pengertian, Karakteristik, Teknik dan Tahapan
Collaborative learning adalah suatu pendekatan atau proses pembelajaran yang melibatkan kelompok peserta didik, dimana setiap anggota menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya untuk bekerja sama dalam memecahkan masalah, menyelesaikan tugas atau membuat suatu produk. Melalui metode collaborative, proses belajar bukan hanya sekadar bekerja sama dalam suatu kelompok tetapi lebih kepada suatu proses pembelajaran yang melibatkan proses komunikasi secara utuh dan adil di dalam kelas.
Collaborative learning merupakan suatu model pembelajaran yang membantu siswa untuk memahami materi pembelajaran dengan membentuk siswa dalam satu kelompok untuk bekerja sama memecahkan masalah dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan kecakapan yang bervariasi serta para siswa mampu mengaktualisasikan pemikirannya. Tujuan dari collaborative learning adalah meningkatkan interaksi siswa dalam memahami suatu tugas serta siswa mampu mengeksplorasikan apa-apa saja yang ada dalam pikirannya.
Collaborative learning adalah suatu pembelajaran secara berkelompok yang proses belajarnya dilakukan secara bersama-sama. Dalam collaborative learning, penekanan proses pembelajaran dilakukan pada diskusi siswa dan keaktifan dalam bekerja dengan materi yang telah disediakan. Collaborative learning mengaktifkan kemampuan sosial dan kemampuan pembelajaran, dimana dalam pelaksanaannya menggabungkan tiga konsep, yaitu tanggungjawab individu (individual accountability), keuntungan kelompok (group benefit), dan pencapaian kesuksesan yang sama (equal achievement of success).
Pengertian Collaborative Learning
Berikut definisi dan pengertian model pembelajaran Collaborative Learning atau belajar bersama atau pelatihan silang dari beberapa sumber buku dan referensi:
- Menurut MacGregor (1990), Collaborative Learning adalah suatu pendekatan pengajaran dan pembelajaran yang melibatkan kelompok peserta didik yang bekerja sama untuk mememecahkan masalah, menyelesaikan tugas atau membuat suatu produk.
- Menurut Silberman (2004), Collaborative Learning adalah proses belajar kelompok dimana setiap anggota menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya untuk saling sama-sama meningkatkan siswa untuk memahami seluruh bagian pembahasan.
- Menurut Yamin (2011), Collaborative Learning adalah pembelajaran yang dilaksanakan peserta didik secara bersama-sama, kemudian memecahkan suatu masalah secara bersama-sama pula dan bukan belajar secara individu, pembelajaran ini menunjukkan akan adanya distribusi kecerdasan antara peserta didik satu kepada peserta didik yang lainnya ataupun sebaliknya selama proses pembelajaran kolaboratif berlangsung.
- Menurut Nizar (2008), Collaborative Learning adalah proses belajar kelompok yang setiap anggota menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan, dan ketrampilan yang dimilikinya, untuk secara bersama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota.
- Menurut Smith dan MacGregor (1992), Collaborative Learning adalah suatu jenis pendekatan pendidikan yang meliputi penggabungan karya/usaha intelektual siswa, atau siswa bersama dengan guru. Biasanya, siswa bekerja dalam dua atau lebih kelompok, saling mencari pemahaman, penyelesaian, atau arti, atau membentuk suatu produk/hasil.
Tujuan dan Manfaat Collaborative Learning
Menurut Barkley, dkk (2014), tujuan dari collaborative learning adalah membangun pribadi yang otonom dan pandai mengaktualisasikan pemikirannya. Selain itu, pembelajaran kolaboratif juga dianggap mampu membangun pengetahuannya melalui dialog, saling membagi informasi sesama siswa dan guru, sehingga siswa dapat meningkatkan kemampuan mental pada tingkat tinggi.
Adapun beberapa tujuan dari pelaksanaan pembelajaran kolaboratif antara lain yaitu sebagai berikut:
- Memaksimalkan proses kerjasama yang berlangsung secara alamiah di antara para siswa.
- Menciptakan lingkungan pembelajaran yang berpusat pada siswa, kontekstual, terintegrasi, dan bersuasana kerjasama.
- Menghargai pentingnya keaslian, kontribusi, dan pengalaman siswa dalam kaitannya dengan bahan pelajaran dan proses belajar.
- Memberi kesempatan kepada siswa menjadi partisipan aktif dalam proses belajar.
- Mengembangkan berpikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah.
- Mendorong eksplorasi bahan pelajaran yang melibatkan bermacam-macam sudut pandang.
- Menghargai pentingnya konteks sosial bagi proses belajar.
- Menumbuhkan hubungan yang saling mendukung dan saling menghargai di antara para siswa, dan di antara siswa dan guru.
- Membangun semangat belajar sepanjang hayat.
Collaborative learning memiliki banyak manfaat yang dapat membantu siswa dalam membangun kegiatan sosial di dalam kelas maupun di luar kelas, mempengaruhi siswa dalam mengembangkan sikap positif, mampu secara aktif dan berfikir kreatif dalam proses pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar. Menurut Marjan dan Seyed (2012), manfaat collaborative learning adalah sebagai berikut:
a. Manfaat sosial
- Collaborative learning membantu mengembangkan sistem dukungan sosial bagi peserta didik.
- Collaborative learning mengarah untuk membangun pemahaman keragaman di kalangan siswa dan staff.
- Collaborative learning membentuk suasana positif dan berlatih bekerja sama.
- Collaborative learning mengembangkan komunitas belajar.
b. Manfaat Psikologis
- Siswa berpusat pada meningkatkan penghargaan diri.
- Kerja sama mengurangi kecemasan.
- Collaborative learning mengembangkan sikap positif terhadap guru.
c. Manfaat Akademik
- Collaborative learning mengembangkan keterampilan berfikir kritis.
- Melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.
- Hasil kelas meningkat.
- Model teknik pemecahan masalah siswa yang tepat.
- Collaborative learning dapat membantu memotivasi siswa dalam rencana pembelajaran tertentu.
Karakteristik Collaborative Learning
Collaborative learning dalam pembelajaran lebih menekankan pada pembangunan makna oleh siswa dari proses sosial yang bertumpu pada konteks belajar. Dasar metode kolaboratif adalah teori interaksional yang memandang belajar sebagai suatu proses membangun makna melalui interaksi sosial. Pembelajaran kolaboratif dapat menyediakan peluang untuk menuju pada kesuksesan praktik-praktik pembelajaran, dan melibatkan partisipasi aktif para siswa dan meminimalisasi perbedaan-perbedaan antar-individu.
Latar belakang pelaksanaan pembelajaran collaborative learning didasarkan pada asumsi-asumsi mengenai proses belajar siswa, yaitu sebagai berikut:
- Belajar itu aktif dan konstruktif. Siswa harus terlibat secara aktif untuk mempelajari bahan baru pelajaran, dengan bahan itu, siswa perlu mengintegrasikan bahan baru ini dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Siswa membangun makna atau mencipta sesuatu yang baru yang terkait dengan bahan pelajaran.
- Belajar itu bergantung konteks. Kegiatan pembelajaran menghadapkan siswa pada tugas atau masalah menantang yang terkait dengan konteks yang sudah dikenal siswa. Siswa terlibat langsung dalam penyelesaian tugas atau pemecahan masalah itu.
- Siswa itu beraneka latar belakang. Para siswa mempunyai perbedaan dalam banyak hal, seperti latar belakang, gaya belajar, pengalaman, dan aspirasi. Perbedaan-perbedaan itu diakui dan diterima dalam kegiatan kerjasama, dan bahkan diperlukan untuk meningkatkan mutu pencapaian hasil bersama dalam proses belajar.
- Belajar itu bersifat sosial. Proses belajar merupakan proses interaksi sosial yang di dalamnya siswa membangun makna yang diterima bersama.
Indikator Collaborative Learning
Metode collaborative learning merupakan proses belajar yang mengharuskan siswa untuk belajar secara berkelompok. Siswa diharapkan mampu menerima opini dan saran dari teman, sehingga mampu memecahkan permasalahan bersama-sama dan dapat menjalin komunikasi dengan baik saling menghargai dan menghormati selama pembelajaran.
Menurut Johnson dan Johnson (1990), pelaksanaan model pembelajaran collaborative learning yang baik, memiliki beberapa indikator, yaitu sebagai berikut:
- Saling ketergantungan. Anggota tim diwajibkan saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Jika ada anggota tim yang gagal melakukan peran mereka, maka setiap anggota harus menerima konsekuensinya. Anggota harus percaya bahwa mereka terikat dengan orang lain dengan cara memastikan bahwa mereka semua akan berhasil bersama.
- Interaksi yang cukup. Anggota saling membantu dan saling mendorong untuk belajar. Mereka menjelaskan apa yang mereka pahami dengan mengumpulkan dan berbagi pengetahuan. Setiap anggota kelompok harus secara aktif memberikan feedback, menantang satu sama lain untuk memberikan kesimpulan dan pemikirannya, dan yang paling penting saling mengajar dan saling mendorong.
- Pertanggungjawaban diri sendiri dan tanggung jawab pribadi. Semua siswa dalam kelompok bertanggung jawab atas pekerjaan mereka dan untuk menguasai semua materi yang akan dipelajari.
- Keterampilan sosial. Siswa didorong dan dibantu untuk mengembangkan dan melatih keterampilan membangun kepercayaan, kepemimpinan, pengambilan keputusan, komunikasi, dan manajemen konflik.
- Evaluasi kelompok. Anggota tim menetapkan tujuan kelompok, menilai secara berkala apa yang mereka lakukan sudah dilakukan dengan baik, dan mengidentifikasi perubahan untuk bisa lebih baik ke depannya dan bisa digunakan dengan baik.
Teknik-teknik Collaborative Learning
Menurut Barkley, Cross dan Major (2005), collaborative learning dapat dilaksanakan dengan beberapa teknik pembelajaran, antara lain yaitu sebagai berikut:
a. Teknik Diskusi
- Think pair share, yaitu teknik penilaian formatif sederhana yang efektif yang dapat membantu kebingungan siswa dalam proses belajar. Think pair share dilakukan untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam berinteraksi dan mengemukakan pendapat atau gagasan pengetahuan untuk dapat dibagi dengan teman. Ada tiga tahap yang digunakan dalam think pair share yaitu tahap pertama siswa harus berfikir sendiri selama beberapa menit tentang tugas yang diberikan oleh guru, tahap kedua siswa mengungkapkan pendapat atau gagasannya kepada pasangannya dan berdiskusi, tahap terakhir siswa mengungkapkan pendapat atau gagasannya di depan teman sekelas.
- Round robin, yaitu kegiatan yang mana guru memberikan masalah lalu siswa mengemukakan idenya dan dilakukan secara bergilir, sehingga setiap siswa akan memiliki kesempatan untuk berbicara.
- Buzz groups, diskusi pada satu kelompok besar kemudian dibagi menjadi kelompok kecil terdiri dari 4 - 6 orang anggota untuk mendiskusikan masalah tertentu dalam waktu yang singkat.
- Talking chips, yaitu kegiatan yang dapat mendorong siswa lebih aktif dalam kelas dan kelompok sehingga setiap siswa memiliki kesempatan berpartisipasi dalam mengungkapkan ide mereka.
- Three step interview, yaitu kegiatan saling mewawancarai dan melaporkan hasil dari apa yang telah mereka pelajari pada pasangan lain.
- Critical debates, yaitu kegiatan siswa saling berargumen dengan pendapat masing-masing dengan topik tertentu untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan kemampuan berbicara siswa.
b. Teknik Pengajaran Timbal-Balik
- Note taking pair, teknik yang memberikan kegiatan ter-struktur pada siswa untuk mengumpulkan informasi, mengisi kekosongan, memeriksa dan mengoreksi kesalahan, serta saling membantu satu sama lain untuk belajar mencatat dengan baik.
- Learning cell, kegiatan siswa berpasangan lalu saling bertanya dan menjawab secara bergantian berdasarkan materi yang sama.
- Fishbowl, diskusi dengan format lingkaran dengan kelompok kecil tugasnya memberikan jawaban pertanyaan dan kelompok lain menjadi pendengar dan memberikan pertanyaan kepada kelompok kecil.
- Role play, kegiatan yang mengharuskan siswa untuk berperan sebagai tokoh hidup atau benda mati untuk mengembangkan imajinasi siswa. Kegiatan ini juga membantu siswa dalam memahami skenario, meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran meningkatkan kreativitas siswa dan kemampuan belajar siswa.
- Jigsaw, kegiatan pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil dengan mengembangkan pengetahuan dengan topik tertentu kemudian diajarkan ke siswa lain.
- Test taking team, melakukan persiapan ujian secara berkelompok, kemudian melakukan ujian individu dan kemudian melanjutkan dengan mengerjakan tugas bersama.
Langkah-langkah Collaborative Learning
Menurut Risnawati (2008), tahapan atau langkah-langkah dalam pelaksanaan collaborative learning adalah sebagai berikut:
- Sebelum guru menyajikan metode Collaborative Learning ini, siswa terlebih dahulu diberikan penjelasan dan intruksi tentang metode belajar Collaborative Learning dan hal-hal yang harus dilakukan oleh siswa.
- Guru menjelaskan isi materi selama setengah jam pelajaran.
- Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 5 - 6 orang.
- Guru memberikan LKS kepada masing-masing kelompok, kemudian mereka memecahkan masalah secara bersama.
- Setiap kelompok bertanggung jawab memberikan pemahaman kepada sesama anggota kelompoknya.
- Kemudian masing-masing kelompok yang sudah mengerti mempresentasikannya di depan kelas menjelaskan kepada kelompok yang belum mengerti.
- Jika ada kelompok yang belum memahami tugas yang diberikan, maka kelompok yang bisa menyelesaikan tugas menjelaskan kepada kelompok yang belum mengerti tadi.
- Pada akhir sesi belajar siswa diberikan tugas untuk masing-masing kelompok untuk memahami materi yang akan diajarkan pada pertemuan selanjutnya.
- Pertemuan selanjutnya, jika ada yang belum mengerti, maka teman yang sudah memahami atau mengerti menjelaskan kepada teman yang belum mengerti.
Adapun menurut Thobroni dan Mustofa (2013), langkah-langkah dalam pembelajaran kolaboratif adalah sebagai berikut:
- Para siswa dalam kelompok menetapkan tujuan belajar dan membagi tugas sendiri-sendiri.
- Semua siswa dalam kelompok membaca, berdiskusi, dan menulis.
- Kelompok kolaboratif bekerja secara bersinergi mengidentifikasi, mendemontrasikan, meneliti, menganalisis, dan memformulasikan jawaban- jawaban tugas atau masalah dalam LKS atau masalah yang ditemukan sendiri.
- Setelah kelompok kolaboratif menyepakati hasil pemecahan masalah, masing- masing siswa menulis laporan sendiri- sendiri secara lengkap.
- Guru menunjuk salah satu kelompok secara acak (selanjutnya diupayakan agar semua kelompok dapat giliran ke depan) untuk melakukan presentasi hasil diskusi kelompok kolaboratifnya di depan kelas, siswa pada kelompok lain mengamati, mencermati, membandingkan hasil persentase tersebut, dan menanggapi. Kegiatan ini dilakukan selama lebih kurang 20 - 30 menit.
- Masing- masing siswa dalam kelompok kolaboratif melakukan elaborasi, inferensi, dan revisi (bila diperlukan) terhadap laporan yang akan dikumpulkan.
- Laporan masing-masing siswa terhadap tugas-tugas yang telah dikumpulkan dan disusun per kelompok kolaboratif.
- Laporan siswa dikoreksi, dikomentari, dinilai, dikembalikan pada pertemuan berikutnya, dan didiskusikan.
Kelebihan dan kekuragan Collaborative Learning
Setiap metode pembelajaran biasanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, begitu juga dengan collaborative learning. Menurut Gunawan (2003), kelebihan dan kekurangan collaborative learning adalah sebagai berikut:
a. Kelebihan
Kelebihan atau keunggulan collaborative learning adalah:
- Melatih rasa peduli, perhatian dan kerelaan untuk berbagi.
- Meningkatkan rasa penghargaan terhadap orang lain.
- Melatih kecerdasan emosional.
- Mengutamakan kepentingan kelompok daripada kepentingan pribadi.
- Mengasah kecerdasan interpersonal.
- Melatih kemampuan bekerja sama (team work).
- Melatih kemampuan mendengarkan pendapat orang lain.
- Manajemen konflik.
- Kemampuan komunikasi.
- Murid tidak malu bertanya kepada temannya sendiri.
- Kecepatan dan hasil belajar meningkat pesat.
- Peningkatan daya ingat terhadap materi yang dipelajari.
- Meningkatkan motivasi dan suasana belajar.
b. Kekurangan
Kekurangan atau kelemahan collaborative learning adalah:
- Murid yang lebih pintar, bila belum mengerti tujuan yang sesungguhnya dari proses ini, akan merasa sangat dirugikan karena harus repot-repot membantu temannya.
- Murid ini juga akan merasa keberatan karena nilai yang ia peroleh ditentukan oleh prestasi atau pencapaian kelompoknya.
- Bila kerja sama tidak dapat berjalan dengan baik, maka yang akan bekerja hanyalah beberapa murid yang pintar dan aktif saja. Hal ini juga berdampak negatif bagi siswa lain, karena merasa dirinya lebih pintar.