Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Perilaku Sosial - Pengertian, Bentuk dan Faktor yang Mempengaruhi

Perilaku sosial adalah aktivitas fisik dan psikis seseorang terhadap orang lain atau sebaliknya dalam rangka memenuhi kebutuhan diri sesuai dengan tuntutan sosial, yang ditunjukkan dengan perasaan, tindakan, sikap keyakinan, serta rasa hormat terhadap orang lain. Perilaku sosial merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku umum yang ditunjukkan oleh individu dalam masyarakat, yang pada dasarnya sebagai respons terhadap apa yang dianggap dapat diterima atau tidak dapat diterima oleh kelompok sebaya seseorang.

Perilaku Sosial - Pengertian, Bentuk dan Faktor yang Mempengaruhi

Perilaku sosial merupakan kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata, terhadap objek sosial (objek-nya banyak orang dalam kelompok) dan berulang-ulang. Perilaku sosial terjadi disebabkan adanya berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi, kebutuhan tersebut antara lain kebutuhan seseorang untuk dapat diterima oleh suatu kelompok atau orang lain dan kebutuhan seseorang untuk menghindar dari penolakan suatu kelompok atau orang lain.

Perilaku sosial juga dapat diartikan sebagai suatu hubungan timbal balik antara dua individu atau lebih akibat adanya stimulus atau pengaruh dari lingkungan untuk bertingkah laku sesuai dengan harapan lingkungan, dimana melibatkan faktor kognitif untuk menentukan individu tersebut menerima atau menolak pengaruh dari lingkungannya. Perilaku sosial anak dapat dilihat dalam bentuk kerjasama, menghormati/menghargai, jujur, maupun dalam situasi pertentangan.

Pengertian Perilaku Sosial 

Berikut definisi dan pengertian perilaku sosial dari beberapa sumber buku dan referensi:

  • Menurut Arifin (2015), perilaku sosial adalah reaksi seseorang terhadap orang lain. Perilaku ini ditunjukkan dengan perasaan, tindakan, sikap keyakinan, serta rasa hormat terhadap orang lain.
  • Menurut Ahmad (2009), perilaku sosial adalah kegiatan yang berhubungan dengan orang lain, kegiatan yang berkaitan dengan pihak lain yang memerlukan sosialisasi dalam hal bertingkah laku yang dapat diterima oleh orang lain, belajar memainkan peran sosial serta upaya mengembangkan sikap sosial yang layak diterima oleh orang lain. 
  • Menurut Hurlock (2013), perilaku sosial adalah aktivitas fisik dan psikis seseorang terhadap orang lain atau sebaliknya dalam rangka memenuhi kebutuhan diri atau orang lain yang sesuai dengan tuntutan sosial.

Teori-teori Perilaku Sosial 

Menurut Walgito (2003), terdapat beberapa teori yang mendasari perilaku sosial, antara lain yaitu sebagai berikut:

a. Teori Insting 

Teori ini dikemukakan oleh McDougall sebagai pelopor psikologi sosial pertama kali. Menurut McDougall perilaku disebabkan karena insting. Insting merupakan perilaku yang innate, perilaku yang bawaan dan insting akan mengalami perubahan karena pengalaman.

b. Teori Dorongan 

Teori ini bertitik tolak pada pandangan bahwa organisme itu mempunyai dorongan-dorongan atau drive tertentu. Dorongan-dorongan ini berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan organisme yang mendorong organisme berperilaku. Bila organisme berperilaku dan dapat memenuhi kebutuhannya, maka akan terjadi pengurangan atau reduksi dari dorongan-dorongan tersebut.

c. Teori Kognitif 

Seseorang yang berperilaku pasti akan memilih alternatif perilaku yang akan membawa manfaat yang sebesar-besarnya bagi seseorang. Inilah yang disebut sebagai model subjective expexted utility(SEU). Dengan kemampuan memilih ini faktor berpikir berperan dalam menentukan pilihannya. Dengan kemampuan berpikir seseorang akan dapat melihat apa yang telah terjadi sebagai bahan pertimbangannya, di samping melihat apa yang dihadapi pada waktu sekarang dan juga dapat melihat ke depan apa yang akan terjadi dalam seseorang bertindak.

Tingkatan Perilaku Sosial 

Menurut Sarlito (2011), teori perilaku sosial dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu sebagai berikut:

a. Perilaku Sosial (Social Behavior) 

Perilaku sosial adalah perilaku ini tumbuh dari orang-orang yang ada pada masa kecilnya mendapatkan cukup kepuasan akan kebutuhan inklusinya. Ia tidak mempunyai masalah dalam hubungan antar pribadi mereka bersama orang lain pada situasi dan kondisinya. Ia bisa sangat berpartisipasi, tetapi bisa juga tidak ikut-ikutan, ia bisa melibatkan diri pada orang lain, bisa juga tidak, secara tidak disadari ia merasa dirinya berharga dan bahwa orang lain pun mengerti akan hal itu tanpa ia menonjol-nonjolkan diri. Dengan sendirinya orang lain akan melibatkan dia dalam aktivitas-aktivitas mereka.

b. Perilaku Kurang Sosial (Under Social Behavior) 

Timbul jika kebutuhan akan inklusi kurang terpenuhi, misalnya: sering tidak diacuhkan oleh keluarga semasa kecilnya. Kecenderungannya orang ini akan menghindari hubungan orang lain, tidak mau ikut dalam kelompok-kelompok, menjaga jarak antara dirinya dengan orang lain, tidak mau tahu, acuh tak acuh. Pendek kata, ada kecenderungan introvert dan menarik diri. Bentuk tingkah laku yang lebih ringan misanya; terlambat dalam pertemuan atau tidak datang sama sekali, atau tertidur di ruang diskusi dan sebagainya. Kecemasan yang ada dalam ketidak-sadarannya adalah bahwa ia seorang yang tidak berharga dan tidak ada orang lain yang mau menghargainya.

c. Perilaku Terlalu Sosial (Over Social Behavior) 

Psikodinamikanya sama dengan perilaku kurang sosial, yaitu disebabkan kurang inklusi. Tetapi pernyataan perilakunya sangat berlawanan. Orang yang terlalu sosial cenderung memamerkan diri berlebih-lebihan (exhibitonistik). Bicaranya keras, selalu menarik perhatian orang, memaksakan dirinya untuk diterima dalam kelompok, sering menyebutkan namanya sendiri, suka mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengagetkan.

Bentuk-bentuk Perilaku Sosial 

Terdapat berbagai bentuk perilaku sosial seseorang yang pada dasarnya merupakan karakter atau ciri kepribadian yang dapat teramati ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain. Menurut Budiman (2012), beberapa bentuk perilaku sosial dapat dilihat melalui sifat-sifat dan pola respon antar pribadi seseorang antara lain yaitu sebagai berikut:

a. Kecenderungan Perilaku Peran 

  1. Sifat pemberani dan pengecut secara sosial. Orang yang memiliki sifat pemberani secara sosial, biasanya dia suka mempertahankan dan membela haknya, tidak malu-malu atau tidak segan melakukan sesuatu perbuatan yang sesuai norma di masyarakat dalam mengedepankan kepentingan diri sendiri sekuat tenaga. Sedangkan sifat pengecut menunjukkan perilaku atau keadaan sebaliknya, seperti kurang suka mempertahankan haknya, malu dan segan berbuat untuk mengedepankan kepentingannya. 
  2. Sifat berkuasa dan sifat patuh. Orang yang memiliki sifat sok berkuasa dalam perilaku sosial biasanya ditunjukkan oleh perilaku seperti bertindak tegas, berorientasi kepada kekuatan, percaya diri, berkemauan keras, suka memberi perintah dan memimpin langsung. Sedangkan sifat yang patuh atau penyerah menunjukkan perilaku sosial yang sebaliknya, misalnya kurang tegas dalam bertindak, tidak suka memberi perintah dan tidak berorientasi kepada kekuatan dan kekerasan. 
  3. Sifat inisiatif secara sosial dan pasif. Orang yang memiliki sifat inisiatif biasanya suka mengorganisasi kelompok, tidak suka mempersoalkan latar belakang, suka memberi masukan atau saran-saran dalam berbagai pertemuan, dan biasanya suka mengambil alih kepemimpinan. Sedangkan sifat orang yang pasif secara sosial ditunjukkan oleh perilaku yang bertentangan dengan sifat orang yang aktif, misalnya perilakunya yang dominan diam, kurang berinisiatif, tidak suka memberi saran atau masukan. 
  4. Sifat mandiri dan tergantung. Orang yang memiliki sifat mandiri biasanya membuat segala sesuatunya dilakukan oleh dirinya sendiri, seperti membuat rencana sendiri, melakukan sesuatu dengan cara-cara sendiri, tidak suka berusaha mencari nasihat atau dukungan dari orang lain, dan secara emosional cukup stabil. Sedangkan sifat orang yang ketergantungan cenderung menunjukkan perilaku sosial sebaliknya dari sifat orang mandiri, misalnya membuat rencana dan melakukan segala sesuatu harus selalu mendapat saran dan dukungan orang lain, dan keadaan emosional-nya relatif labil.

b. Kecenderungan perilaku dalam hubungan sosial 

  1. Dapat diterima atau ditolak oleh orang lain. Orang yang memiliki sifat dapat diterima oleh orang lain biasanya tidak berprasangka buruk terhadap orang lain, loyal, dipercaya, pemaaf dan tulus menghargai kelebihan orang lain. Sementara sifat orang yang ditolak biasanya suka mencari kesalahan dan tidak mengakui kelebihan orang lain. 
  2. Suka bergaul dan tidak suka bergaul. Orang yang suka bergaul biasanya memiliki hubungan sosial yang baik, senang bersama dengan yang lain dan senang bepergian. Sedangkan orang yang tidak suka bergaul menunjukkan sifat dan perilaku yang sebaliknya. 
  3. Sifat ramah dan tidak ramah. Orang yang ramah biasanya periang, hangat, terbuka, mudah didekati orang, dan suka bersosialisasi. Sedang orang yang tidak ramah cenderung bersifat sebaliknya. 
  4. Simpatik atau tidak simpatik. Orang yang memiliki sifat simpatik biasanya peduli terhadap perasaan dan keinginan orang lain, murah hati dan suka membela orang tertindas. Sedangkan orang yang tidak simpatik menunjukkan sifat-sifat yang sebaliknya.

c. Kecenderungan perilaku ekspresif 

  1. Sifat suka bersaing (tidak kooperatif) dan tidak suka bersaing (suka bekerja sama). Orang yang suka bersaing biasanya menganggap hubungan sosial sebagai perlombaan, lawan adalah saingan yang harus dikalahkan, memperkaya diri sendiri. Sedangkan orang yang tidak suka bersaing menunjukkan sifat-sifat yang sebaliknya 
  2. Sifat agresif dan tidak agresif. Orang yang agresif biasanya suka menyerang orang lain baik langsung ataupun tidak langsung, pendendam, menentang atau tidak patuh pada penguasa, suka bertengkar dan suka menyangkal. Sifat orang yang tidak agresif menunjukkan perilaku yang sebaliknya. 
  3. Sifat kalem atau tenang secara sosial. Orang yang kalem biasanya tidak nyaman jika berbeda dengan orang lain, mengalami kegugupan, malu, ragu-ragu, dan merasa terganggu jika ditonton orang. 
  4. Sifat suka pamer atau menonjolkan diri. Orang yang suka pamer biasanya berperilaku berlebihan, suka mencari pengakuan, berperilaku aneh untuk mencari perhatian orang lain.

Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sosial 

Menurut Desmita (2015), terdapat beberapa faktor yang dianggap dapat mempengaruhi perilaku sosial pada individu, yaitu sebagai berikut:

a. Faktor Dari Dalam (Internal) 

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang. Faktor faktor tersebut dapat berupa insting, motif dari dalam dirinya, sikap, serta nafsu. Faktor internal ini dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor biologis dan faktor sosio psikologis. Faktor biologis bisa berupa faktor genetik atau bawaan dan motif biologis seperti kebutuhan makan dan minum, kebutuhan seksual serta kebutuhan melindungi diri dari bahaya. Untuk faktor sosio psikologi berupa kemampuan afektif yang berhubungan dengan emosional manusia, kemampuan kognitif yang merupakan aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia.

b. Faktor Dari Luar (Eksternal) 

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri seseorang atau individu. Faktor yang timbul dari keluarga, sekolah dan masyarakat akan mempengaruhi perilaku sosial seorang individu. Beberapa faktor dari luar antara lain yaitu: 

  1. Pengaruh lingkungan terhadap perilaku individu dapat berupa kondisi masyarakat, perubahan iklim dan cuaca serta faktor ekonomi individu. Kondisi masyarakat yang baik dan stabil akan berdampak baik pada perilaku seseorang, begitu juga jika kondisi masyarakat yang tidak kondusif akan menimbulkan perilaku yang buruk sebagai bentuk perwujudan dari perasaan dan emosional. Perubahan iklim dan cuaca juga mempengaruhi perilaku seseorang. Disini perilaku timbul sebagai wujud penyesuaian diri terhadap cuaca yang sedang berlangsung. 
  2. Faktor ekonomi dari individu. Faktor ini merupakan faktor dalam perilaku seseorang. Keadaan ekonomi yang kurang dan sulit akan menjadikan seseorang berbuat nekat dan semaunya tanpa mempedulikan orang lain. Seseorang akan melakukan apapun untuk memenuhi kebutuhannya dengan melakukan pelanggaran terhadap norma dan aturan yang berlaku. Tidak ada lagi rasa malu dan sungkan melakukan kegiatan yang melanggar aturan. Semua dilakukan demi memenuhi kebutuhan yang terus mendesak. 
  3. Adanya hadiah dan hukuman. Hukuman ataupun hadiah akan menjadi pendorong yang sangat kuat dalam perilaku manusia. Seseorang akan selalu berperilaku baik dengan harapan akan mendapatkan hadiah. Adanya hukuman juga akan menjadi kendali serta kontrol terhadap perilaku sosial manusia. Dengan adanya hukuman dan hadiah maka seseorang akan selalu berhati-hati dalam bertindak dan berperilaku.

PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Perilaku Sosial - Pengertian, Bentuk dan Faktor yang Mempengaruhi. Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2024/01/perilaku-sosial.html