Technology Acceptance Model (TAM) - Pengertian dan Aspek
Technology Acceptance Model (TAM) adalah sebuah teori yang menjelaskan tentang bagaimana pengguna dapat menerima, mengerti, dan menggunakan sebuah teknologi informasi. Teori ini menjelaskan perilaku pengguna akhir (end-user) sebuah teknologi informasi yang ditawarkan menggunakan beberapa variasi yang luas dan populasi pengguna untuk mengetahui pengaruh faktor eksternal terhadap landasan psikologis. Adapun landasan psikologis yang digunakan antara lain kepercayaan (belief), sikap (attitude), keinginan (intention), dan hubungan perilaku pengguna (user behavior relationship).
Technology Acceptance Model (TAM) dikembangkan oleh Davis pada tahun 1989 melalui adaptasi dari Theory of Reasoned Action (TRA) yang lebih dulu dikenal-kan oleh oleh Ajzen dan Fishbein pada tahun 1975. Technology Acceptance Model digunakan untuk memodelkan penerimaan pemakai (user acceptance) terhadap teknologi. TAM menjelaskan bagaimana proses adopsi mengenai teknologi informasi dengan pendekatan teori perilaku (behavior theory). Pada saat ini TAM menjadi model yang penggunanya paling banyak untuk memprediksi para penerima teknologi informasi dengan alasan karena dianggap mudah diaplikasikan dan sederhana.
Technology Acceptance Model merupakan teori yang digunakan untuk memprediksi tingkat penerimaan pemakaian teknologi yang berdasarkan persepsi terhadap kemudahan penggunaan teknologi informasi dan mempertimbangkan manfaatnya. TAM menjelaskan secara sederhana hubungan sebab akibat antara perilaku dan keyakinan (manfaat suatu sistem informasi dan kemudahan), tujuan, serta penggunaan aktual dari pengguna sistem informasi. Kegunaan persepsi (perceived usefulness) dan kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) keduanya mempunyai pengaruh ke minat perilaku (behavioral intention). Pemakai teknologi akan mempunyai minat menggunakan teknologi (minat perilaku) jika merasa sistem teknologi bermanfaat dan mudah digunakan.
Pengertian Technology Acceptance Model
Berikut definisi dan pengertian Technology Acceptance Model (TAM) atau model penerimaan teknologi dari beberapa sumber buku dan referensi:
- Menurut Ramadhan (2017), TAM adalah teori yang bertujuan untuk memberikan penjelasan mengenai faktor tertentu pada penerimaan teknologi informasi secara general dan memaparkan perilaku para pengguna akhir (end-user) teknologi informasi menggunakan beberapa variasi yang luas dan populasi pengguna guna menyediakan dasar-dasar untuk mengetahui pengaruh faktor eksternal terhadap landasan psikologis.
- Menurut Davis, dkk (1989), TAM adalah sebuah teori yang menawarkan landasan untuk mempelajari dan memahami perilaku pemakai teknologi dalam menerima dan menggunakan teknologi yang ditawarkan. Model TAM dikembangkan dari teori psikologis, yang menjelaskan perilaku pengguna teknologi dengan berlandaskan pada kepercayaan (belief), sikap (attitude), keinginan (intention), dan hubungan perilaku pengguna (user behavior relationship).
- Menurut Nugroho (2008), TAM adalah teori sistem teknologi informasi yang membuat model tentang bagaimana pengguna mau menerima dan menggunakan teknologi. Model ini mengusulkan bahwa ketika pengguna ditawarkan untuk menggunakan suatu sistem yang baru, sejumlah faktor mempengaruhi mereka untuk bagaimana dan kapan menggunakan sistem informasi teknologi tersebut khususnya dalam hal manfaat dan kemudahan.
- Menurut Jogiyanto (2007), TAM adalah sebuah teori yang dirancang untuk menjelaskan bagaimana pengguna mengerti dan menggunakan sebuah teknologi informasi. TAM digunakan untuk melihat bagaimana tingkat adopsi responden dalam menerima teknologi informasi.
Aspek-aspek Technology Acceptance Model
Technology Acceptance Model (TAM) memiliki lima dimensi, yaitu kemudahaan penggunaan (perceived ease of use), kemanfaatan (perceived usefulness), sikap dalam menggunakan (attitude toward using), perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use), dan kondisi nyata penggunaan sistem (actual system usage). Adapun hubungan antar variabel dapat digambarkan dan dijelaskan sebagai berikut:
a. Percieved Ease of Use (Persepsi Kemudahan Penggunaan)
Percieved Ease of Use atau persepsi kemudahan penggunaan adalah persepsi yang menerangkan mengenai seberapa besar seseorang memiliki kepercayaan bahwasanya dengan menggunakan teknologi, seseorang tersebut akan dapat terbebas dari segala bentuk usaha. Percieved ease of use merupakan sebuah tingkatan seberapa jauh kepercayaan seseorang bahwa teknologi adalah suatu hal yang mudah untuk dipahami. Perceived ease of use adalah sebuah ukuran seberapa besar kepercayaan seorang pengguna sistem dalam mempercayai bahwa sebuah teknologi bisa dengan mudah dipahami dan dapat dipergunakan untuk membantu meringankan beban pekerjaan yang dimiliki dengan mudah dan lebih cepat sehingga dapat meningkatkan kinerja para pengguna.
Adapun aspek-aspek dari Percieved Ease of Us atau persepsi kemudahan penggunaan adalah:
- Clear (jelas), artinya bahwa layanan yang terdapat dalam teknologi tepat sesuai dengan kegunaan.
- Understandable (mudah dipahami), artinya bahwa fungsi dalam teknologi telekomunikasi mudah dipahami dan tidak menimbulkan kesalahpahaman.
- Does not require a lot of mental effort (tidak memerlukan banyak usaha), artinya bahwa dalam penggunaan teknologi tidak diperlukan usaha yang berat.
- Easy of use (mudah digunakan), artinya fitur yang ada didalam teknologi mudah untuk dioperasikan dan tidak menimbulkan kesulitan.
- Easy to get the system to do what he/she want to do (mudah didapatkan saat akan digunakan), artinya bahwa sistem teknologi dapat dengan mudah didapatkan, pengguna hanya perlu untuk mengunduhnya melalui internet dan dapat langsung menggunakannya.
b. Percieved Usefulness (Persepsi kegunaan)
Percieved Usefulness atau persepsi kegunaan adalah sejauh-mana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan meningkatkan kinerja pekerjaannya. Persepsi terhadap kegunaan merupakan sebuah kemampuan subjektif para pengguna untuk masa yang akan datang dimana dengan menggunakan sistem aplikasi yang spesifik akan meningkatkan kinerja dalam konteks organisasi. Percieved usefulness menunjukkan bahwa jika pengguna mempunyai rasa kepercayaan terhadap teknologi informasi dapat secara mudah digunakan dan tidak sukar untuk dimengerti, maka percieved usefulness akan menyebabkan dampak positif terhadap minat untuk menggunakan sebuah teknologi. Seseorang akan dapat menggunakan sebuah teknologi informasi, apabila pengguna mempunyai pemahaman tentang apa yang bisa didapatkan, kegunaan, dan manfaat (usefulness) yang menguntungkan atas keputusan seseorang tersebut saat menggunakan teknologi.
Adapun aspek-aspek dan indikator dari Percieved Usefulness atau persepsi kegunaan adalah:
- Mempercepat pekerjaan yang artinya dalam penggunaan teknologi dapat dapat membantu pekerjaan yang dimiliki oleh seorang konsumen menjadi lebih cepat.
- Efektivitas artinya pada saat penggunaan sebuah teknologi konsumen dapat melakukan segala bentuk pekerjaan dalam waktu yang lebih singkat dari biasanya.
- Bermanfaat yang berarti dalam menggunakan teknologi, para pengguna dapat merasakan manfaat dalam mempermudah pekerjaan.
- Meningkatkan produktivitas yang memiliki arti bahwa dengan menggunakan sebuah teknologi, para pengguna akan dapat meningkatkan Produktivitas dalam bekerja.
c. Attitude Toward Using (Sikap Terhadap Pengaplikasian)
Attitude Toward Using atau sikap terhadap pengaplikasian adalah sikap terhadap penggunaan sistem yang berbentuk penerimaan atau penolakan sebagai dampak bila seseorang menggunakan suatu teknologi dalam pekerjaannya. Sikap seseorang terdiri atas unsur kognitif/cara pandang (cognitive), afektif (affective) dan komponen-komponen yang berkaitan dengan perilaku (behavioral components). Faktor sikap (attitude) sebagai salah satu aspek yang mempengaruhi perilaku individu. Sikap merupakan salah satu bentuk evaluasi terhadap konsekuensi setelah melaksanakan suatu perilaku.
d. Behavioral Intention to Use (Minat Perilaku Menggunakan)
Behavioral Intention to Use atau minat perilaku menggunakan adalah bentuk dari keinginan pengguna saat ingin menggunakan suatu obyek pada pertama kali atau menggunakan kembali obyek tersebut. Behavioral Intention to use adalah satu dari sekian aspek psikis dalam manusia yang memiliki kecenderungan untuk memberikan perhatian dan perasaan senang yang lebih besar terhadap obyek tersebut, yang mana perasaan ini bisa menimbulkan dorongan bagi seseorang untuk mencapai tujuan. Intention to use dapat dijadikan sebagai gambaran tentang situasi seseorang sebelum bertindak, dan intention to use juga bisa menjadi faktor dasar untuk memprediksi tindakan dan perilaku seseorang.
e. Actual System Use (Kondisi Nyata Penggunaan Sistem)
Actual System Use atau kondisi nyata penggunaan sistem adalah bentuk pengukuran terhadap frekuensi dan durasi waktu penggunaan teknologi. Dengan kata lain, pengukuran penggunaan sesungguhnya (actual use) diukur sebagai jumlah waktu yang digunakan untuk berinteraksi dengan suatu teknologi dan besarnya frekuensi penggunaannya. Seseorang akan puas menggunakan sistem jika meyakini bahwa sistem tersebut mudah digunakan dan akan meningkatkan produktivitas-nya, yang tercermin dari kondisi nyata penggunaan.