Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Pola Konsumsi - Pengertian, Indikator, Pengukuran dan Faktor yang Mempengaruhi

Pola konsumsi adalah kebutuhan manusia dalam bentuk pengeluaran individu/kelompok untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan-nya baik dalam bentuk benda maupun jasa yang sifatnya terealisasi sebagai kebutuhan primer dan sekunder. Pola konsumsi menyangkut kebutuhan akan pemenuhan kebutuhan, baik untuk kebutuhan makanan maupun kebutuhan non makanan.

Pola Konsumsi - Pengertian, Indikator, Pengukuran dan Faktor yang Mempengaruhi

Pola konsumsi merupakan pengeluaran yang dilakukan untuk memenuhi pembelian barang-barang dan jasa akhir guna untuk mendapatkan kepuasan ataupun memenuhi kebutuhannya. Pola konsumsi terbagi menjadi dua jenis, yaitu konsumsi rutin dan konsumsi sementara. Konsumsi rutin adalah pengeluaran yang dilakukan untuk pembelian barang dan jasa secara terus menerus yang dikeluarkan selama bertahuntahun. Sedangkan konsumsi sementara adalah setiap tambahan yang sifatnya tidak terduga terhadap konsumsi rutin.

Pola konsumsi juga diartikan sebagai sebuah bentuk atau struktur yang dibuat oleh seseorang dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan mencakup kebutuhan primer, sekunder maupun tersier yang ada dalam dirinya dan dibarengi dengan adanya pertimbangan. Manusia akan melakukan konsumsi dengan membagi kedalam beberapa bagian barang yang mereka inginkan sehingga terbentuklah suatu pola konsumsi yang nantinya akan mempengaruhi tingkat intensitas kebutuhan mana yang sekiranya paling berpengaruh sebagai pemuas akan kebutuhan dirinya.

Pengertian Pola Konsumsi 

Berikut definisi dan pengertian pola konsumsi dari beberapa sumber buku dan referensi: 

  • Menurut Lintang, dkk (2019), pola konsumsi adalah kebutuhan manusia baik dalam bentuk benda maupun jasa yang dialokasikan selain untuk kepentingan pribadi juga keluarga yang didasarkan pada tata hubungan dan tanggung jawab yang dimiliki yang sifatnya terealisasi sebagai kebutuhan primer dan sekunder. 
  • Menurut Asminingsih (2017), pola konsumsi adalah bentuk (struktur) pengeluaran individu/kelompok dalam rangka pemakaian barang dan jasa hasil produksi guna memenuhi kebutuhan. 
  • Menurut Lutfiah, dkk (2015), pola konsumsi adalah perilaku individu dalam memanfaatkan, menghabiskan nilai guna barang maupun jasa untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasannya yang didasarkan pada tindakan rasional. 
  • Menurut Nurjaya, dkk (2018), pola konsumsi adalah suatu bentuk atau struktur tindakan seseorang dalam memanfaakan, mengurangi, bahkan menghabiskan nilai guna barang maupun jasa untuk memenuhi kebutuhannya.

Indikator Pola Konsumsi 

Menurut Syarifuddin (2021), indikator yang dapat digunakan untuk mengukur pola konsumsi adalah sebagai berikut:

  1. Kebutuhan Primer. Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang berkaitan dengan mempertahankan hidup secara layak. Kebutuhan ini mendasar dan harus di penuhi manusia. Kebutuhan primer terdiri dari sandang (pakaian), pangan (makan), dan papan (tempat tinggal). 
  2. Kebutuhan Sekunder. Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang berkaitan dengan usaha menciptakan atau menambah kebahagiaan hidup. Kebutuhan sekunder penunjang hidup kebutuhan ini bisa di tunda pemenuhan-nya setelah kebutuhan primer di penuhi. Kebutuhan sekunder terdiri dari pakaian, mobil, dll. 
  3. Kebutuhan Tersier. Kebutuhan tersier adalah kebutuhan yang hanya dapat dipenuhi oleh Sebagian kecil masyarakat yang memiliki ekonomi biaya tinggi atau orang kaya. Contohnya rumah mewah, mobil mewah, dll.

Pengukuran Pola Konsumsi 

Menurut John Maynard Keynes (1930), pola konsumsi diukur melalui teori konsumsi, yaitu jumlah konsumsi saat ini, yang berhubungan langsung dengan pendapatan. Dimana pola konsumsi akan menggambarkan tingkat konsumsi pada berbagai pendapatan. Adapun rumus untuk menghitung tingkat konsumsi adalah sebagai berikut:

Rumus Pola Konsumsi

Keterangan: 

C = Konsumsi rumah tangga (agregat)
a = Konsumsi otonom (besarnya konsumsi ketika pendapatan nol)
b = MPC
Y = Disposable income

Penjelasan dari teori konsumsi Keynes adalah sebagai berikut: 

  1. Kecenderungan mengkonsumsi marjinal merupakan jumlah yang dikonsumsi dari pendapatan yang diterima adalah antara nol dan satu. Dari asumsi tersebut dijelaskan jika pada saat pendapatan seseorang semakin tinggi maka akan semakin tinggi pula tingkat konsumsi dan tabungan-nya. 
  2. Rasio konsumsi terhadap pendapatan, atau sering disebut dengan kecenderungan mengkonsumsi rata-rata turun ketika pendapatan naik karena sebagian sisa dari pendapatannya dialokasikan untuk saving. Menurut keynes, proporsi tabungan orang kaya akan berbeda dengan orang miskin. Orang kaya akan menabung dengan jumlah besar dibandingkan dengan orang miskin. 
  3. Pendapatan adalah suatu determinasi konsumsi yang penting sedangkan tingkat bunga tidak mempunyai peran penting.

Faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi 

Terdapat banyak faktor yang dianggap mempengaruhi pola konsumsi pada seseorang. Menurut Samuelson dan Nordhaus (2003), faktor yang mempengaruhi pola konsumsi adalah sebagai berikut: 

  1. Pendapatan rumah tangga (household income). Pendapatan adalah jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu. Dimana pendapatan terdiri dari upah atau penerimaan tenaga kerja, pendapatan dari kekayaan seperti sewa, bunga, atau dividen serta pembayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah seperti tunjangan sosial atau asuransi pengangguran.Pendapatan rumah tangga amat pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi. Biasanya, semakin baik (tinggi) tingkat pendapatan, tingkat konsumsi makin tinggi. Karena ketika tingkat pendapatan meningkat, kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi makin besar, atau mungkin juga pola hidup menjadi konsumtif, setidak-tidaknya semakin menuntut kualitas yang baik.
  2. Kekayaan rumah tangga. Tercakup dalam pengertian kekayaan rumah tangga adalah kekayaan riil (misalnya rumah, tanah, dan mobil) finansial (deposito berjangka, saham dan surat-surat berharga). Kekayaan-kekayaan tersebut dapat meningkatkan konsumsi, karena menambah pendapatan diposibel
  3. Jumlah barang-barang konsumsi tahan lama dalam masyarakat. Konsumsi masyarakat juga dipengaruhi oleh jumlah barang konsumsi tahan lama (consumers durables). Pengaruh terhadap tingkat konsumsi bisa bersifat positif (menambah) dan negatif (mengurangi). 
  4. Tingkat bunga (interest rate). Tingkat bunga tinggi dapat mengurangi atau mengerem keinginan konsumsi baik dilihat dari sisi keluarga yang memiliki kelebihan uang maupun yang kekurangan uang. Dengan tingkat bunga yang tinggi, maka biaya ekonomi (opportunity cost) dari kegiatan konsumsi akan semakin mahal.

Adapun menurut Suparmoko (1999), faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi seseorang antara lain yaitu sebagai berikut:

a. Selera 

Di antara orang-orang yang berumur sama dan berpendapatan sama, beberapa orang dari mereka mengkonsumsi lebih banyak daripada yang lain. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan sikap dalam penghematan. Bila masyarakat mengubah sikap maka fungsi konsumsi agregat akan berubah.

b. Faktor Sosial Ekonomi 

Faktor Sosial ekonomi, misalnya; umur, pendidikan, pekerjaan dan keadaan keluarga. Biasanya pendapatan akan tinggi pada kelompok umur muda dan terus meninggi dan mencapai puncaknya pada umur tua. Demikian juga dengan pendapatan yang (ditabung) pada kelompok umur muda dan tengah adalah tinggi dan pada kelompok umur tua adalah rendah. Yang berarti bagian pendapatan yang dikonsumsi relatif tinggi pada kelompok muda dan tua, tetapi rendah pada umur pertengahan. Dengan adanya perbedaan proporsi pendapatan untuk konsumsi diantara kelompok umur, maka naiknya umur rata-rata penduduk akan mengubah fungsi konsumsi agregat.

c. Kekayaan 

Kekayaan secara eksplisif maupun inplisif, sering dimasukkan dalam fungsi konsumsi agregat sebagai faktor yang menentukan konsumsi. Menurut Friedman, Albert Ando dan Franco Mondigliani dalam Hipotesis Pendapatan Permanen menyatakan bahwa kekayaan merupakan factor penting dalam menentukan konsumsi. Ahli Ekonomi yang lainnya juga menyatakan bahwa masuknya aktiva lancar juga sebagai komponen kekayaan sehingga aktiva lancar mewariskan peranan yang penting dalam menentukan konsumsi.

d. Keuntungan/kerugian kapital 

Keuntungan kapital yaitu dengan naiknya hasil bersih dari kapital akan mendorong tambahnya konsumsi, sebaiknya dengan adanya kerugian kapital akan mengurangi konsumsi. beberapa ahli ekonomi yang mengadakan penelitian mengenai hubungan antara keuntungan/kerugian kapital dan konsumsi menghasilkan kesimpulan yang berbeda.

e. Tingkat bunga 

Ahli-ahli ekonomi menganggap bahwa konsumsi merupakan fungsi dari tingkat bunga.khususnya mereka percaya bahwa naiknya tingkat bunga mendorong tabungan dan mengurangi konsumsi. namun ahli-ahli ekonomi sesudah klasik ragu-ragu pada dasar teori dan penelitian tersebut. Bunga Bank yang tinggi akan mengurangi tingkat konsumsi karena orang akan lebih tertarik untuk menabung di bank dengan bunga tetap tabungan atau deposito yang tinggi dibanding dengan membelanjakan banyak uang.

f. Tingkat harga 

Sejauh ini dianggap bahwa konsumsi rill merupakan fungsi dari pendapatan rill. Oleh karena itu naiknya pendapatan nominal yang disertai dengan naiknya tingkat harga dengan proporsi yang sama tidak akan mengubah konsumsi rillnya walaupun ada kenaikan pendapatan nominal dan tingkat harga secara proporsional, maka ia dinamakan bebas dari milusin uang seperti halnya pendapat ekonomi klasik.

PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Pola Konsumsi - Pengertian, Indikator, Pengukuran dan Faktor yang Mempengaruhi. Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2024/04/pola-konsumsi.html