Empowering leadership - Pengertian, Aspek dan Indikator

Daftar Isi

Empowering leadership (kepemimpinan memberdayakan) adalah gaya dan perilaku seorang pemimpin yang membagi wewenang pengambilan keputusan kepada seluruh tim melalui pendelagasian kekuasaan, memberikan otonomi kerja, dan mengurangi birokrasi yang tidak perlu. Empowering Leadership melibatkan proses implementasi kondisi yang mendukung delegasi kekuasaan kepada karyawan, dengan penekanan pada kepentingan pekerjaan, kepercayaan pada kemampuan karyawan, mengatasi hambatan untuk mencapai kinerja, dan memberikan karyawan otonomi lebih besar dalam pengambilan keputusan.

Empowering leadership - Pengertian, Aspek dan Indikator

Empowering leadership merupakan pembagian kekuasaan antara atasan dengan bawahan yang dapat meningkatkan motivasi intrinsik bawahan. Empowering leadership terdiri dari beberapa tipologi kepemimpinan, antara lain yaitu; kepemimpinan direktif, kepemimpinan transaksional, dan kepemimpinan transformasional. Empowering leadership merupakan pemberdayaan yang dilakukan seorang pemimpin kepada pegawainya guna meningkatkan kapasitas dan juga motivasi diri dalam berorganisasi.

Empowering leadership juga diartikan sebagai serangkaian praktik manajemen, yang didalamnya termasuk desentralisasi, informasi, partisipasi dan pelatihan pengembangan bagi bawahan. Beberapa indikator dari empowering leadership yaitu; Menghargai karyawan (respect), mengembangkan karyawan (development), membangun komunitas (community), dan pendelegasian kekuasaan (delegation). Empowering leadership merupakan konsep yang luas mencakup lebih dari sekedar partisipasi dalam pembuatan keputusan dan membiarkan bawahan untuk ikut bertanggung jawab atas bagian dari pekerjaannya.

Pengertian Empowering Leadership 

Berikut definisi dan pengertian empowering leadership (kepemimpinan memberdayakan), dari beberapa sumber buku dan referensi: 

Menurut Kirkman dan Rosen (1999), empowering leadership adalah perilaku-perilaku pemimpin yang diarahkan pada individu atau seluruh tim dan terdiri dari pendelegasian wewenang kepada karyawan, mempromosikan pengambilan keputusan mandiri dan otonom, pelatihan, berbagi informasi, dan meminta masukkan. 

  • Menurut Amundsen dan Martinsen (2014), empowering leadership adalah proses mempengaruhi bawahan melalui pembagian kekuasaan, dukungan motivasi, dan dukungan pengembangan dengan maksud untuk mempromosikan pengalamannya tentang kemandirian, motivasi, dan kemampuan untuk bekerja secara mandiri dalam batas-batas tujuan dan strategi organisasi secara keseluruhan. 
  • Menurut Arizqi dan Fachrunnisa (2017), empowering leadership adalah gaya pemimpin yang menyoroti pentingnya pekerjaan, memberikan partisipasi dalam pengambilan keputusan, menyampaikan keyakinan bahwa kinerja akan menjadi tinggi. 
  • Menurut Zang dan Bartol (2010), empowering leadership adalah perilaku seorang pemimpin yang mendelegasikan kekusaan, meemberikan sebuah otonomi kerja, pelatihan, serta informasi kepada bawahannya yang akan meningkatkan motivasi. 
  • Menurut Liu, dkk (2003), empowering leadership adalah jenis kepemimpinan yang bertujuan untuk mendorong para pengikutnya agar terus mengembangkan kendali atas diri mereka sendiri, dengan karyawan didorong untuk berpartisipasi secara aktif dalam pengambilan keputusan. 
  • Menurut Widodo dan Setiawan (2019), empowering leadership adalah gaya kepemimpinan yang membagi wewenang pengambilan keputusan dengan karyawan, serta berdiskusi dengan mereka mengenai keputusan yang penting, memberikan otonomi lebih kepada bawahan, dan mengurangi birokrasi yang tidak perlu.

Aspek-aspek Empowering Leadership 

Menurut Lee, dkk (2017), empowering leadership terdiri dari beberapa aspek atau dimensi, yaitu sebagai berikut: 

  1. Memimpin dengan memberi contoh (leading by example), yang mengacu pada serangkaian perilaku yang menunjukkan komitmen pemimpin terhadap pekerjaannya sendiri dan juga pekerjaan bawahannya. 
  2. Pengambilan keputusan partisipatif (participative decision making), yang mengacu pada penggunaan informasi dan masukkan anggota oleh para pemimpin dalam pengambilan keputusan, termasuk perilaku seperti mendorong anggota untuk mengungkapkan ide dan pendapat mereka. 
  3. Pembinaan (coaching), yaitu kemampuan perilaku pemimpin untuk membantu anggota kelompok menjadi lebih mandiri dan mengatur diri sendiri. 
  4. Memberi tahu (informing), yang mengacu pada penyebaran informasi perusahaan oleh para pemimpin, seperti misi dan filosofi, serta informasi penting lainnya. 
  5. Menunjukkan kepedulian/berinteraksi dengan karyawan (showing concern/interacting with employees), yang mencakup perilaku seperti meluangkan waktu untuk membahas kekhawatiran anggota atau menunjukkan kepedulian terhadap kesejahteraan mereka.

Indikator Empowering Leadership 

Menurut Jones (2013), beberapa indikator seorang empowering leadership adalah: 

  1. Menghargai (respect). Rasa percaya yang ditunjukkan oleh pemimpin terhadap kemampuan pegawainya sehingga bersedia mendengarkan pendapat yang disampaikan pegawainya. 
  2. Mengembangkan karyawan (development). Pemimpin yang dapat memberikan teladan terhadap pegawainya dan memberikan kesempatan untuk terus belajar, sehingga dapat mengambil keputusan.
  3. Membangun komunitas (community). Pemimpin memiliki kemampuan untuk menciptakan hubungan yang baik dengan pegawainya diikuti dengan rasa peduli serta komunikasi antara satu dengan yang lain. 
  4. Pendelegasian kekuasaan (delegation). Pemimpin dapat mendelegasikan tugas serta tanggung jawab dengan jelas untuk mencapai tujaun yang telah ditetapkan.

Adapun menurut Konczak, Stelly dan Trusty (2007), ciri-ciri seorang empowering leadership memiliki terdiri dari beberapa indikator, antara lain yaitu sebagai berikut:

  1. Delegetion of Authority. Merupakan suatu sifat dimana seorang pemimpin memberikan kekuasaan atau mendeklarasikan kewenangannya. Yang termasuk kedalam indikator dimensi ini adalah instrinsik motivation. 
  2. Accountability. Berkaitan dengan penekanan yang dilakukan oleh seorang pemimpin mengenai akuntabilitas untuk sebuah hasil yang lebih baik. Adapun indikator yang termasuk kedalam dimensi ini adalah emphasis on accountability for outcomes.
  3. Self-directed Decision Making. Merupakan suatu sikap untuk dapat mengambil keputusan sendiri. Adapun yang termasuk kedalam indikatornya adalah self manage teams, dan encouragement. 
  4. Information Sharing & Skill Development. Merupakan suatu sikap yang menggambarkan peran manajer sebagai seorang fasilitator yang dapat mengarahkan, mengendalikan dan memberikan informasi. Adapun indikatornya adalah leader empowering behavior. 
  5. Coaching for Inovative. Merupakan sikap seorang pemimpin yang mencakup perhitungan dan pengambilan ide baru serta inovasi. Adapun indikatornya adalah new idea, dan provides performance feedback.

Selain dari lima indikator di atas, menurut Conides (2019) terdapat dua indikator lain dari empowering leadership, yaitu:

a. Autonomy supportive 

Autonomy supportive adalah dukungan atau power sharing yang dilakukan oleh pemimpin dalam lingkungan interpersonal yang mana pemimpin mengakui keberadaan bawahannya, memberikan informasi yang relevan, menawarkan pilihan yang positif, mendorong inspirasi bawahannya, dan memberikan pengendalian diri kepada bawahannya tanpa harus memaksa dengan berbagai cara.

b. Development supportive 

Proses dari development support yang terdapat dalam empowering leadership adalah sebagai bentuk dan arahan kepada bawahan. Biasanya yang termasuk kedalam development supporting adalah membangun dan memberikan motivasi kepada para bawahan secara langsung.

Faktor yang Mempengaruhi Empowering Leadership 

Menurut Bandura (1986), beberapa faktor yang mendukung terciptanya empowering leadership, adalah sebagai berikut: 

  1. Pembelajaran observasional. Menunjukkan mitigasi terhadap pekerjaan dan tim itu sendiri. Pemimpin bertindak sebagai panutan dan anggota tim belajar untuk komitmen terhadap pekerjaannya.
  2. Persuasi verbal. Menyebarkan informasi ke seluruh perusahaan dan menjelaskan harapan, bahwa pemimpin bisa membujuk anggota timnya untuk mengkoordinasikan usahanya dalam mencapai tujuan yang sama. 
  3. Gairah fisiologis. Menunjukkan kepedulian dan pertimbangan bagi anggota tim. Pemimpin mendorong karyawan untuk melakukan tugas tanpa rasa takut atau kecemasan. 
  4. Penguasaan enaktif. Melalui pembinaan dan pendelegasian wewenang, timbal balik pemimpin membantu anggota tim menjadi lebih efisien dan tidak bergantung dalam menyelesaikan tugas.

Daftar Pustaka

  • Amundsen, S., & Martinsen, Q.L. 2014. Empowering Leadership: Construct Clarification, Conceptualization, and Validation of A New Scale. The Leadership Quarterly.
  • Arizqi dan Fachrunnisa. 2017. Empowering Leadership, Quality of People dan Quality of Work Methods dalam Mendorong Kesiapan Individu untuk Berubah. Jurnal Ilmiah Manajemen, Vol.VII, No.2, Juni 2017.
  • Zhang, X., & Bartol, K.M. 2010. Linking Empowering Leadership and Employee Creativity: The Influence of Psychological Empowerment, Intrinsic Motivation, and Creative Process Engagement. Academy of Management Journal.
  • Liu, I., Wei, L., David P., Takeuchi, R., & Sims, H. P. 2003. Matching Leadership Styles With Employment Modes: Strategic Human Resource Management Perspective. Human Resource Management Review.
  • Hasan, N, Arwanu., Troena, E.A., dan Setiawan, M. 2011. Pengaruh Pemberdayaan, Komitmen Organisasional Terhadap Kinerja dan Kepuasan Kerja Dosen (Persepsi Dosen di Pekerja PTS Kopertis Wilayah IX Sulawesi di Makasar). Jurnal manajemen, Vol.10, No. 3.
  • Lee, A., Willis, S., & Tian, A.W. 2017. Empowering Leadership : A Meta‐Analytic Examination of Incremental Contribution, Mediation, and Moderation. Journal of Organizational Behavior.
  • Jones, D.L. 2013. Empowering Leadership. Frederiksberg: Ventus Publishing ApS.
  • Konczak, L.J., Stelly, D.J., Trusty, M.L. 2000. Defining and Measuring Empowerment Leader Behaviors: Development of an Upward Feedback Instrument. Educational and Psychological Measurement, Vol.60, No.2.
  • Conides, A. 2019. Empowering Leadership and Employee Motivation, Behaviors, and Well-being; Enabling or Burdening. A thesis in the John Molson School of Business.
  • Bandura, A. 1982. Self-Efficacy Mechanism in Human Agency. American Psychologist. Vol.37.