Studi Kasus - Pengertian, Tujuan, Ciri dan Tahapan

Daftar Isi

Studi kasus atau case study adalah suatu metode penyelidikan yang dilakukan secara intensif dalam bentuk pengumpulan data secara integrasi dan komprehensif, mencakup semua informasi relevan terhadap seseorang atau suatu gejala atau ciri-ciri karakteristik berbagai jenis masalah atau tingkah laku menyimpang, baik individu maupun kelompok.

Studi Kasus - Pengertian, Tujuan, Ciri dan Tahapan

Studi kasus merupakan strategi penelitian dimana didalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu. Studi kasus juga diartikan sebagai penelitian yang dilakukan terhadap objek atau sesuatu yang harus diteliti secara menyeluruh, utuh dan mendalam. Dengan kata lain, kasus yang diteliti harus dipandang sebagai objek yang berbeda dengan objek penelitian pada umumnya.

Studi kasus adalah sebuah eksplorasi dari suatu sistem yang terikat atau suatu kasus atau beragam kasus yang dari waktu ke waktu melalui pengumpulan data yang mendalam serta melibatkan berbagai sumber informasi yang kaya dalam suatu konteks. Sistem terikat ini diikat oleh waktu dan tempat sedangkan kasus dapat dikaji dari suatu program, peristiwa, aktivitas atau suatu individu.

Studi kasus memiliki tujuan untuk memahami individu secara mendalam guna membantu individu mencapai penyesuaian yang lebih baik. Studi kasus juga memiliki berbagai sumber yang dijadikan sebagai alat pencarian dan bukti. Selain itu tujuan studi kasus adalah untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan, individu, kelompok, lembaga, dan masyarakat.

Pengertian Studi Kasus 

Berikut definisi dan pengertian studi kasus (case study) dari beberapa sumber buku dan referensi:

  • Menurut Wibowo (1984), studi kasus adalah suatu teknik untuk mempelajari keadaan dan perkembangan seseorang secara mendalam dengan tujuan untuk mencapai penyesuaian diri yang lebih baik. 
  • Menurut Sukardi (1983), studi kasus adalah metode pengumpulan data yang bersifat integratif dan komprehensif. Integrative artinya menggunakan berbagai teknik pendekatan dan bersifat komprehensif yaitu data yang dikumpulkan meliputi seluruh aspek pribadi individu secara lengkap. 
  • Menurut Kartono dan Gulo (2000), studi kasus adalah suatu penelitian (penyelidikan) intensif, mencakup semua informasi releven terhadap seseorang atau beberapa biasanya berkenan dengan satu gejala psikologis tunggal. 
  • Menurut Stoke (2005), studi kasus adalah bukan sebuah penelitian metodologis, tetapi sebuah pilihan untuk mencari kasus yang perlu diteliti. Dengan kata lain, keberadaan suatu kasus merupakan penyebab diperlukannya penelitian studi kasus. 
  • Menurut Depdiknas (2003), studi kasus adalah suatu studi atau analisa yang komprehensif dengan menggunakan berbagai teknik, bahan dan alat mengenal gejala atau ciri-ciri karakteristik berbagai jenis masalah atau tingkah laku menyimpang, baik individu maupun kelompok.

Tujuan Studi Kasus 

Menurut Winkel (1991), tujuan studi kasus adalah untuk memahami individu secara mendalam tentang perkembangan individu dalam penyusunan dengan lingkungan. Adapun beberapa tujuan dari studi kasus antara lain adalah sebagai berikut: 

  1. Menggambarkan kondisi individu, penelitian ini mencoba memperlihatkan secara detail terkait kondisi yang dialami oleh individu dengan statusnya sebagai subjek penelitian. Individu ini bisa berupa perorangan, bisnis, organisasi, lembaga tertentu dan yang lainnya.
  2. Melakukan identifikasi masalah utama pada kasus, peneliti mampu melakukan identifikasi dalam berbagai masalah.
  3. Menentukan masalah yang menjadi masalah utama dari suatu kasus menggunakan metode ini. 
  4. Melakukan analisis kasus menggunakan konsep teoritis dan teori yang digunakan untuk identifikasi berbagai masalah dan menentukan masalah yang menjadi masalah utama dari suatu kasus tersebut atau yang sedang diteliti. 
  5. Analisa kasus menggunakan konsep teoritis, merupakan teori yang masih relevan dari bidang disiplin ilmu tertentu, sehingga penggunaannya diperlukan dalam meneliti suatu individu dengan masalah yang sedang dialami. 
  6. Memberi rekomendasi terkait tindakan yang bisa menjadi penyelesaian dari suatu kasus, atau dapat dikatakan peneliti mampu merekomendasikan solusi dari masalah dan penyebab yang membuat muncul masalah tersebut.

Ciri-ciri Studi Kasus 

Studi kasus dapat ditandai dengan beberapa ciri atau karakteristik, antara lain yaitu sebagai berikut:

a. Mengumpulkan data yang lengkap 

Studi kasus memerlukan data yang komprehensif dari setiap aspek kehidupan klien. Data yang lengkap sangat menentukan identifikasi dan analisis masalah. Apabila data tidak lengkap dan terjadi kesalahan dalam identifikasi dan analisis masalah maka besar kemungkinan terjadi salah penanganan (treatmen) dan bahkan dapat terjadi malpraktik.

b. Bersifat rahasia 

Studi kasus tidak dapat dipisahkan dari bimbingan dan konseling, maka salah satu kode etik dalam konseling yaitu asas kerahasiaan. Asas kerahasiaan sangat penting untuk menjaga kepercayaan konseli. Disisi lain, sangat mungkin informasi yang diperoleh belum pasti apa adanya, maka sangat berbahaya apabila informasi tersebut tersebar dan timbul salah persepsi kepada individu dari berbagai pihak. Dan hendaknya hanya konselor yang menangani dan pihak-pihak yang dianggap perlu mengetahui keadaan konseli sebenarnya.

c. Dilakukan secara terus-menerus 

Studi kasus juga merupakan proses memahami perkembangan klien, maka perlu dilakukan pemahaman secara terus-menerus sehingga terbentuk gambaran individu yang objektif dalam berbagai segi kehidupan individu yang berpengaruh pada masalah yang dihadapinya.

d. Pengumpulan data dilakukan secara ilmiah 

Studi kasus harus bisa dipertanggung-jawabkan secara rasional dan objektif. Maka pengumpulan data juga harus dilakukan secara ilmiah dengan mengacu pada kaidah-kaidah yang rasional dan dapat dipertanggung-jawabkan kebenaran dan validitasnya.

e. Data yang diperoleh dari berbagai pihak 

Data yang dikumpulkan dalam studi kasus haruslah relevan dengan permasalahan yang dihadapi klien. Pengumpulan data tentang klien yang bermasalah didapatkan dari berbagai pihak yang berhubungan dengan siswa tersebut. Untuk memilih pihak sumber informasi perlu mengingat hubungan tersebut. Untuk memilih pihak sumber informasi perlu mengingat hubungan orang tersebut apakah dekat atau mempengaruhi dalam permasalahan klien, mempunyai informasi yang dapat dipertanggung-jawabkan, yang bukan berdasarkan gosip, rumor atau kabar burung. Mempunyai informasi yang relevan dengan permasalahan individu.

Langkah-langkah Studi Kasus 

Menurut Depdiknas (1997), langkah-langkah dalam studi kasus adalah sebagai berikut: 

  1. Mengenali gejala. 
  2. Membuat suatu deskripsi kasus secara obyektif, sederhana, dan jelas. 
  3. Mempelajari lebih lanjut aspek yang ditemukan untuk menentukan jenis masalahnya. 
  4. Jenis masalah yang sudah dikelompokkan, dijabarkan dengan cara menyumbang ide-ide yang lebih rinci. 
  5. Membuat perkiraan kemungkinan penyebab masalah. 
  6. Membuat perkiraan kemungkinan akibat yang timbul dan jenis bantuan yang diberikan baik bantuan langsung guru pembimbing atau perlu konferensi kasus atau alih tangan kasus (referal case). 
  7. Kerangka berpikir untuk menentukan langkah-langkah menangani dan mengungkap kasus. 
  8. Perkiraan penyebab masalah itu membantu untuk mempelajari jenis informasi yang dikumpulkan dalam teknik atau alat yang digunakan dalam mengumpulkan informasi atau data. 
  9. Langkah pengumpulan data terutama melihat jenis informasi atau data yang diperlukan seperti antara lain kemampuan akademik, sikap, bakat, dan minat, baik melalui teknik tes maupun teknik non tes.

Daftar Pustaka

  • Wibowo. 1984. Studi Kasus. Jakarta: Rineka Cipta.
  • Sukardi, Dewa Ketut. 1983. Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Surabaya: Usaha Nasional.
  • Kartono, D.K., & Gulo, D. 2000. Kamus Psikologi. Bandung: Pionir Jaya.
  • Winkel W.S. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.