Ansietas - Pengertian, Jenis, Tingkatan dan Penatalaksanaan
Ansietas adalah suatu kondisi emosi ketakutan atau perasaan tidak tenang yang disebabkan oleh kekhawatiran berlebihan atas ancaman eksternal atau internal, yang menyebabkan respons tubuh secara perilaku, emosional, kognitif, dan fisik. Ansietas merupakan perasaan takut akan terjadinya sesuatu yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya, dan merupakan sinyal yang membantu individu mempersiapkan tindakan untuk menghadapi ancaman tersebut.

Ansietas merupakan perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon otonom sehingga individu akan meningkatkan kewaspadaan untuk mengantisipasi. Gangguan ansietas dapat membuat individu mengalami gangguan pikiran atau konsentrasi. Dampak psikologis yang ditimbulkan salah satunya adalah rasa cemas dan gelisah, dengan tanda dan gejala berupa rasa takut, khawatir, perasaan tidak enak, rasa takut terhadap pikiran sendiri, dan mudah tersinggung. Ansietas juga berdampak pada kehidupan sehari-hari mereka, kehidupan sosial, dan pekerjaan mereka.
Ansietas juga dapat diartikan sebagai perasaan takut akan terjadinya sesuatu yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya, dan merupakan sinyal yang membantu individu mempersiapkan tindakan untuk menghadapi ancaman tersebut. Ansietas merupakan suatu hal yang normal yang akan dialami oleh seseorang ketika dirinya merasa terancam seperti ketika menghadapi suatu penyakit, pengalaman baru yang belum pernah dilakukan maupun ketika menentukan arti hidup. Namun ketika ansietas tidak segera diatasi maka dapat menimbulkan stress yang berlebihan sehingga dapat mempengaruhi aktivitas, serta kehidupan sosial seseorang.
Pengertian Ansietas
Berikut definisi dan pengertian ansietas dari beberapa sumber buku dan referensi:
- Menurut Videbeck (2012), ansietas adalah suatu perasaan takut yang berasal dari eksternal atau internal sehingga tubuh memiliki respons secara perilaku, emosional, kognitif, dan fisik.
- Menurut Lidiana, dkk (2022), ansietas adalah suatu perasaan takut akan sesuatu yang dikarenakan oleh perasaan antisipasi bahaya dan merupakan sinyal bagi individu untuk membantu bersiap mengambil tindakan dalam menghadapi ancaman yang di tandai degan seseorang yang terlihat cemas berlebih, khawatir, takut akan pikirannya sendiri, gelisah, merasa tegang dan tidak tenang.
- Menurut Stuart (2013), ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, berkaitan dengan perasaan tidak berdaya dan respons emosional terhadap penilaian sesuatu.
- Menurut Yusuf, Fitryasari dan Tristiana (2019), ansietas adalah perasaan tidak tenang yang samar-samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons (penyebab tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu).
- Menurut PPNI (2016), ansietas adalah kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
Jenis dan Bentuk Ansietas
Menurut Meiza, dkk (2018), ansietas dibagi menjadi dua bentuk, yaitu:
- Trait anxiety. Rasa dimana seseorang merasa dirinya terancam akan tetapi kondisi yang sebenarnya baik-baik saja. Hal ini karena rasa cemas disebabkan oleh kepribadiannya.
- State anxiety. State anxiety adalah suatu kondisi emosi pada diri seseorang yang bersifat sementara dengan adanya perasaan tegang.
Adapun menurut Freud (2006), ansietas dibagi menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut:
- Ansietas Neurosis. Rasa cemas disebabkan oleh perasaan yang membuat dirinya selalu bahaya tanpa sebab. Perasaan itu berada pada ego, yang muncul dari dorongan pribadi.
- Ansietas Moral. Berasal antara ego dan superego. Hal ini disebabkan tidak adanya sikap menetap terhadap apa yang diyakini. Kecemasan ini adalah rasa takut terhadap isi hati.
- Ansietas Realistik. merupakan perasaan yang tidak menyenangkan. Kecemasan realistik merupakan rasa takut adanya bahaya-bahaya nyata yang berasal dari dunia luar.
Tanda dan Gejala Ansietas
Menurut SDKI (2016), tanda dan gejala ansietas antara lain yaitu sebagai berikut:
a. Gejala dan Tanda Mayor
- Subjektif: Merasa bingung, Merasa khawatir dengan akibat dan kondisi yang dihadapi, dan Sulit berkonsentrasi.
- Objektif: Tampak gelisah, Tampak tegang, Sulit tidur.
b. Gejala dan Tanda Minor
- Subjektif: Mengeluh pusing, Anoreksia, Palpitasi, Merasa tidak berdaya.
- Objektif: Frekuensi nafas meningkat, Frekuensi nadi meningkat, Tekanan darah meningkat, Diaphoresis, Tremor, Muka tampak pucat, Suara bergetar, Kontak mata buruk, Sering berkemih, Berorientasi pada masa lalu.
Tingkatan Ansietas
Menurut Halter (2014), ansietas terbagi menjadi empat tingkatan, yaitu sebagai berikut:
a. Ansietas Ringan
Penyebab dari ansietas ringan biasanya karena pengalaman kehidupan sehari-hari dan memungkinkan individu menjadi lebih fokus pada realitas. Individu akan mengalami ketidaknyamanan, mudah marah, gelisah, atau adanya kebiasaan untuk mengurangi ketegangan (seperti menggigit kuku, menekan jari-jari kaki atau tangan). Respons fisiologis yang terjadi pada ansietas ringan yaitu nadi dan tekanan darah sedikit meningkat, adanya gangguan pada lambung, muka berkerut, dan bibir bergetar.Respons kognitif dan afektif yang terjadi yaitu gangguan konsentrasi, tidak dapat duduk tenang, dan suara kadang-kadang meninggi.
b. Ansietas Sedang
Ansietas ringan atau ansietas sedang dapat menjadi sesuatu yang membangun karena kecemasan yang terjadi merupakan sinyal bahwa individu tersebut membutuhkan perhatian atau kehidupan individu tersebut dalam keadaan bahaya. Pada ansietas sedang, lapang pandang individu menyempit. Selain itu individu mengalami penurunan pendengaran, penglihatan, kurang menangkap informasi dan menunjukkan kurangnya perhatian pada lingkungan. Terhambatnya kemampuan untuk berpikir jernih, tapi masih ada kemampuan untuk belajar dan memecahkan masalah meskipun tidak optimal. Respons fisiologis yang dialami yaitu jantung berdebar, meningkatnya nadi dan respiratory rate, keringat dingin, dan gejala somatik ringan (seperti gangguan lambung, sakit kepala, sering berkemih). Terdengar suara sedikit bergetar.
c. Ansietas Berat
Semakin tinggi level ansietas, maka lapang pandang seseorang akan semakin menurun atau menyempit. Seseorang yang mengalami ansietas berat hanya mampu fokus pada satu hal dan mengalami kesulitan untuk memahami apa yang terjadi. Pada level ini individu tidak memungkinkan untuk belajar dan memecahkan masalah, bahkan bisa jadi individu tersebut linglung dan bingung. Gejala somatik meningkat, gemetar, mengalami hiperventilasi, dan mengalami ketakutan yang besar.
d. Panik
Individu yang mengalami panik sulit untuk memahami kejadian di lingkungan sekitar dan kehilangan rangsangan pada kenyataan. Kebiasaan yang muncul yaitu mondar-mandir, mengamuk, teriak, atau adanya penarikan dari lingkungan sekitar. Adanya halusinasi dan persepsi sensorik yang palsu (melihat seseorang atau objek yang tidak nyata). Tidak terkoordinasinya fisiologis dan adanya gerakan impulsif. Pada tahap panik ini individu dapat mengalami kelelahan.
Faktor Penyebab Ansietas
Menurut Stuart dan Suddent (2014), terdapat beberapa faktor yang dipercaya menjadi penyebab terjadinya ansietas, antara lain yaitu sebagai berikut:
a. Faktor Predisposisi
- Faktor Psikoanalitik, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian Id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma- norma budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan, dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
- Faktor Interpersonal, bahwa ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
- Faktor Perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
- Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas biasanya terjadi dalam keluarga. Gangguan ansietas juga tumpang tindih antara gangguan ansietas dengan depresi.
- Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiasepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulatory inhibisi asam gama-aminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan ansietas. Selain itu, kesehatan umum individu dan riwayat ansietas pada keluarga memiliki efek nyata sbagai predisposisi ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kemampuan individu untuk mengatasi stressor.
b. Faktor Presipitasi
- Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologi yang akan terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
- Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan indentitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi pada individu.
Penatalaksanaan Ansietas
Menurut Nurhalimah (2016), penatalaksanaan atau penyembuhan ansietas dapat dilakukan melalui beberapa cara atau metode, antara lain yaitu sebagai berikut:
a. Penatalaksanaan farmakologis
Pengobatan ansiolitik terutama terdiri dari benzodiazepin, obat ini digunakan untuk penggunaan jangka pendek, namun penggunaan jangka panjang tidak dianjurkan karena menyebabkan toleransi dan ketergantungan. Obat anticemas nonbenzodiazepine, seperti buspirone (Buspar), dan berbagai antidepresan juga digunakan.
b. Penatalaksanaan nonfarmakologi
- Distraksi. Distraksi adalah suatu cara untuk meredakan ansietas dengan cara mengarahkan perhatian pasien pada hal lain sehingga melupakan ansietas yang sedang dirasakan-nya. Rangsangan sensorik yang menyenangkan memicu pelepasan endorfin yang menghambat rangsangan rasa takut, sehingga mengurangi rangsangan rasa takut yang dikirim ke otak.
- Relaksasi. Terapi relaksasi dapat dilakukan dalam bentuk relaksasi, meditasi, relaksasi imajinatif dan visual, serta relaksasi progresif.
- Pengetahuan. Memberikan penilaian tentang tingkat pengetahuan Pasien tenang proses penyakit yang spesifik, menggambarkan proses penyakit yang tepat, mendiskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan pengontrolan penyakit.
Daftar Pustaka
- Videbeck, Sheila (2012). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
- Lidiana, E.H., Hartutik, S. dan Mustikasari, H. 2022. Upaya Penurunan Ansietas Pada Masyarakat Terhadap Varian Baru Covid-19 Dengan Pemberian Terapi Hopnosis Lima Di Desa Jati Kabupaten Karanganyar. Empowerment Journal.
- Stuart, G.W. 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
- Yusuf, A.H., Fitryasari, R., Nihayati, H.E., dan Tristiana, R.D. 2019. Kesehatan Jiwa Pendekatan Holistik dalam Asuhan Keperawatan. Bogor: Mitra Wacana Media.
- PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: PPNI.
- Meiza, A., Puspasari, D., dan Kardinah, N. 2018. Kontribusi Gratitude dan Anxiety Terhadap Spiritual Well-Being Pada Orang Tua Anak Berkebutuhan Khusus. Jurnal Humanitas.
- Freud, Sigmund. 2006. A General Introduction to Psychoanalysis (Pengantar. Umum Psikoanalisis Sigmun Freud). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
- SDKI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia SDKI (2016). Jakarta: DPP PPNI.
- Halter. 2014. Foundations of Psychiatric Mental Health Nursing A Clinica Approach. Elsevier Inc.
- Stuart, G.W., dan Sundeen, S.J. 2014. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
- Nurhalimah. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Jiwa. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.