Visual Merchandising - Pengertian, Teknik, Elemen dan Jenis

Daftar Isi

Visual merchandising adalah salah satu istilah dalam manajemen produk, yaitu suatu bentuk kegiatan atau aktivitas mempresentasikan produk di lokasi penjualan dengan strategi, metode, teknik serta prinsip yang tepat sehingga merangsang perilaku pembelian. Visual merchandising bertujuan untuk memperkuat tampilan barang dagangan dan mendorong keinginan pelanggan terhadap barang tersebut sehingga meningkatkan citra perusahaan dan mendorong tingkat penjualan.

Visual Merchandising - Pengertian, Teknik, Elemen dan Jenis

Visual merchandising merupakan teknik-teknik tertentu dalam penyajian produk di dalam toko ritel untuk dapat membuat situasi dan suasana yang diinginkan. Visual merchandising juga diartikan sebagai strategi perusahaan dalam melakukan pengaturan tampilan produk di toko atau lokasi penjualan dengan tujuan menarik konsumen, mensitimulasi mereka untuk melakukan pembelian dan mendapatkan keuntungan yang maksimal.

Visual merchandising adalah suatu strategi perusahaan untuk mengatur tampilan produk di dalam toko sedemikian rupa sehingga sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan, melalui tampilan produk yang kreatif dan inovatif. Visual Merchandising dilakukan dalam rangka menciptakan pemajangan visual dan mengatur berbagai macam barang dalam toko atau ruang untuk meningkatkan kesan tata ruang dan mempresentasikan barang tersebut sehingga meningkatkan perdagangan dan penjualan.

Pengertian Visual Merchandising 

Berikut definisi dan pengertian visual merchandising dari beberapa sumber buku dan referensi: 

  • Menurut Jusup (2009), visual merchandising adalah aktivitas dalam mempresentasikan produk di tempat-tempat penjualan dengan strategi, metode, teknik, serta prinsip-prinsip yang tepat.
  • Menurut Shopiah dan Syihabudin (2008), visual merchandising adalah bagian sebuah ritail mix, dimana suatu perusahaan melakukan kegiatan pengadaan produk-produk yang sesuai dengan bisnis yang dijalani di toko untuk disediakan dalam jumlah, waktu dan harga yang sesuai untuk mencapai sasaran toko atau perusahaan ritel. 
  • Menurut Varley (2008), visual merchandising adalah istilah yang umum digunakan dalam manajemen produk yang sangat memperhatikan tampilan produk pada toko ritel untuk mendapatkan keuntungan yang terbaik. 
  • Menurut Dunne, dkk (2010), visual merchandising adalah suasana atau atmosfer yang proaktif serta terpadu dalam menciptakan suatu tampilan tertentu, menampilkan produk dengan baik untuk merangsang perilaku pembelian dan meningkatkan perilaku fisik. 
  • Menurut Davies dan Ward (2002), visual merchandising adalah sebuah kegiatan yang bertujuan untuk mempromosikan barang yang dijual oleh perusahaan, terutama dilakukan oleh presentasi yang ada di dalam toko ritel.

Tujuan dan Manfaat Visual Merchandising 

Menurut Roger dan Brittain (2010), tujuan visual merchandising adalah sebagai berikut: 

  1. Menarik para pelanggan terhadap barang dagangan serta mengarahkan mereka untuk masuk ke dalam toko dan menanyakan lebih lanjut. 
  2. Memfokuskan minat pelanggan pada barang-barang yang ditampilkan dimana perusahaan telah membuat perencanaan pemasaran yang berkonsentrasi pada penjualan. 
  3. Membuat pelanggan semudah mungkin menemukan dan memeriksa barang yang dia inginkan.
  4. Membuat karyawan dan penjual semudah mungkin menunjukkan dan menjual produk kepada konsumen. 
  5. Meningkatkan citra dan reputasi perusahaan, tiap toko mencoba untuk meningkatkan citra toko dan untuk melakukannya dengan komoditas yang menarik bagi pelanggan dan membuat pelanggan setia kepada merek tersebut sehingga mendorong perilaku pembelian.

Menurut Jusup (2009), manfaat visual merchandising adalah sebagai berikut: 

  1. Meningkatkan impulse buying. Pajangan produk yang eye catching, pola yang tepat, dekorasi pajang yang menarik akan dapat meningkatkan terjadinya impulse buying. 
  2. Mencegah terjadinya short of stock (kekurangan stock produk). Monitoring stock yang intensif baik di gudang dan di rak-rak pajang dapat mencegah terjadinya short of stock yang dapat berakibat terjadinya kehilangan penjualan. Tim distributor dan pabrik (principal) harus melakukan koordinasi yang didukung oleh tim SPG dan tim sales force yang ada di lapangan. Berdasarkan data selling out dan posisi stok, tingkat buffer stock, frekuensi kunjungan, plafon kredit yang ideal dapat direncanakan ordering sistem dengan baik.

Teknik Visual Merchandising 

Menurut Levy dan Weitz (2010), terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan dalam pelaksanaan visual merchandising, antara lain yaitu sebagai berikut:

a. Idea Oriented Presentation 

Beberapa pengecer menggunakan metode ini untuk menampilkan barang dagangannya sesuai dengan image toko. Contohnya adalah furniture, mereka biasanya mengatur ruang-ruang di toko seperti apa yang bisa pelanggan lakukan di rumah. Barang bisa disajikan satuan atau berkelompok, sehingga memungkinkan konsumen untuk membeli barang lebih dari satu. Biasanya barang-barang tersebut dibuat oleh vendor yang sama, sehingga mereka dapat menyesuaikan model dan warna walaupun berbeda merek.

b. Style/Item Presentation 

Teknik yang paling umum dalam mengorganisir stok barang adalah dengan menyusun barang dagangan dengan jenis yang sama di lokasi tertentu sehingga memudahkan pelanggan dalam menemukan barang yang diinginkannya. Misalnya, suatu toko meletakkan rak-rak yang menjual sweater di satu lokasi. Bisa juga dengan mengumpulkan baju dengan ukuran yang sama di satu tempat.

c. Color presentation 

Teknik utama dalam menampilkan barang dagang adalah dengan warnanya. Contohnya, sebuah toko menjual bajunya dengan mayoritas warna salem agar pelanggan mengetahui bahwa produk yang mereka jual adalah untuk wanita.

d. Price Lining 

Price lining adalah strategi mengatur barang dagang sesuai dengan kategori harganya. Strategi ini mempermudah pelanggan menemukan barang dengan budget harga yang dimiliki.

e. Vertical Merchandising 

Teknik vertical merchandising yaitu barang dagang ditampilkan secara vertical menggunakan dinding dan gantungan yang tinggi. Pelanggan berbelanja seperti mereka membaca koran, dari kiri ke kanan, turun setiap kolom, atas ke bawah. Toko dapat mengatur kolom-kolom mengikuti gerakan alami mata. Toko kelontong banyak menempatkan merek dalam negeri di tingkat pandangan mata dan merek toko di kolom lebih rendah karena konsumen dapat memilih dari tingkat atas ke bawah.

f. Tonnage Merchandising 

Teknik merchandising yang menyajikan barang dagang dengan jumlah yang banyak tetapi dengan harga yang lebih murah. Dengan begitu, pelanggan akan lebih aware terhadap produk tersebut.

g. Frontage Presentation 

Sulit untuk menampilkan seluruh barang yang dijual dalam waktu yang bersamaan. Tetapi penting bagi toko menampilkan barang-barang yang dijualnya sebisa mungkin. Salah satu solusinya adalah dengan menggunakan teknik frontage presentation dimana retailer memaksimalkan barang yang dijualnya agar dapat ditangkap mata pelanggan.

h. Fixtures 

Tujuan utamanya adalah toko dapat menampilkan barang dagangnya secara efisien kepada pelanggan. Pada saat yang sama mereka harus menentukan area di toko dan alur perdagangan. Fixtures harus sesuai dengan aspek fisik lain yang ada di toko, seperti lantai dan Pencahayaan, serta image toko itu sendiri. Fixtures di sini memiliki berbagai variasi, seperti gaya, warna, ukuran, dan tekstur tetapi hanya beberapa tipe yang digunakan. Untuk pakaian, fixtures yang biasanya digunakan adalah tipe straight rack, rounder, dan four-way. Yang paling sering digunakan dalam menampilkan barang dagang selain pakaian adalah gondola.

Elemen Visual Merchandising 

Terdapat beberapa elemen yang perlu diperhatikan dalam penerapan visual merchandising yang tepat, yaitu sebagai berikut: 

  1. Colour. Colour atau Warna adalah sangat efektif bagi sebuah display. Di-ibaratkan seperti jiwa dalam sebuah badan. Display yang mempunyai warna dan terkoordinir dengan baik akan membuat sesuatu yang lain bagi barang dagangan. Skema warna bisa dibuat silih berganti, mulai dari monokrmatik, anologous, komplementer dan ke netral. 
  2. Repetition. Repetition adalah sebuah tema atau sebuah konsep yang mampu memberikan dampak kepada barang dagangan agar terlihat menarik. 
  3. Scale. Adalah suatu ukuran yang terhubung secara abnormal atau yang kerap berubah sekejap/saat tertentu untuk mencuri perhatian pengunjung. 
  4. Contrast. Contrast dapat diciptakan dengan bantuan pencahayaan dan warna untuk menarik mata pengunjung. 
  5. Humour, surprise and shick. Element ini bersifat lucu dan sangat surelasistik. Shock atau yang sifatnya goncangan penggunaannya harus berhati-hati dan tidak boleh sembarangan, agar tidak menyinggung dan mengganggu pengunjung atau penonton. 
  6. Rhytym and motion. Rhytym and motion adalah sesuatu yang selalu berpindah, bergerak sesuai kehendak atau bahkan juga bersifat statis untuk mencoba menarik perhatian penonton. Rhytym yang bergeraknya diam-diam dan dipajang langsung di produk yang dipertunjukkan biasanya mampu menarik mata pengunjung terhadap produk tersebut. 
  7. Aroma. Kita pada umumnya mempunyai pengalaman berhubungan dengan aroma yang berbeda dan bervariasi dari individu ke yang individu. Menghirup bau harum seakan-akan berada di dunia yang lain dan terasa membuat selalu rindu untuk kembali, segar, romantis dan trendy.
  8. Props and lighting. Penyangga dan pencahayaan yang baik dan efektif biasanya akan memancing ingin tahu penonton terhadap apa yang ada di display. Cahaya dapat menarik perhatian dan mengajak mata penonton untuk melihat produk yang terdapat di display.

Jenis-jenis Visual Merchandising 

Menurut Jusup (2009), visual merchandising memiliki beberapa jenis sesuai dengan kebutuhan toko atau lokasi penjualan, antara lain yaitu sebagai berikut: 

  1. Special Display Stand. Membuat stand yang diciptakan secara khusus dan unik. Terkesan semarak biasanya untuk produk baru dan promosi-promosi khusus. 
  2. Floor Display. Metode display dengan mendekor produk dilantai secara menarik, floor display kadang dilakukan dengan cara memperluas alas khusus untuk mencegah produk menjadi lembab atau rusak.
  3. Mini Display Stand. Menciptakan mini display yang bentuknya mini, biasanya digunakan di supermarket, mini market, dan ruangan terbatas. 
  4. Vending Machine. Display menggunakan mesin khusus, misalnya mesin kopi, mesin minuman kaleng, biasanya dipajang di taman, hotel, rumah sakit, dan lain-lain. Vending machine membutuhkan perawatan dan penanganan khusus dikarenakan harus memastikan ketersediaan barangnya. 
  5. Mobile Merchandising. Display yang menggunakan mobil khusus (dapat berpindah-pindah). 
  6. Hanging Display. Display yang digantung di pada area promosi, menggunakan alat khusus dan lain-lain. 
  7. Cut Box Display. Display yang memanfaatkan karton/bos luar. Karton luar yang warnanya mencolok dan menarik bisa digunakan sebagai display.
  8. Windows Display. Display yang menempel pada jendela toko. 
  9. Wall Display. Display yang menempel pada dinding. 
  10. Basket Display. Desain display dengan Keranjang. 
  11. Giant Display. Menggunakan display Raksasa. 
  12. Circular Display. Display yang dibentuk bulat/melingkar.

Daftar Pustaka

  • Jusup, Rudy. 2009. Visual Merchandising Attraction. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  • Shopiah dan Syihabudin. 2008. Manajemen Bisnis Ritel. Yogyakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  • Varley, Rosemary. 2008. Retail Product Management: Buying and Merchandising. New York: Routledge.
  • Dunne, P.M., Lusch, R.F., dan Carver, J.R. 2010. Retailing. South-Western College/West.
  • Davies, dan Ward. 2002. Managing Retail Consumption. London: Wiley.
  • Roger, Cox dan Brittain, Paul. 2010. Retail Management. England: Prentice Hall.
  • Levy dan Weitz. 2010. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Erlangga.