Budaya Sekolah - Pengertian, Fungsi, dan Indikantor

Daftar Isi

Budaya sekolah adalah seperangkat keyakinan, nilai-nilai, norma, kebijakan dan kebiasaan yang dikembangkan dalam sebuah organisasi sekolah yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi pimpinan dan para guru di sekolah. Budaya sekolah juga dapat diartikan sebagai sistem nilai, norma, keyakinan, asumsi, kebiasaan, tradisi dan kebijakan yang dianut bersama oleh seluruh warga sebuah satuan pendidikan (kepala sekolah, guru, staf, siswa).

Budaya Sekolah - Pengertian, Fungsi, dan Indikantor

Budaya sekolah merupakan sekumpulan norma, nilai, dan tradisi yang telah dibangun dalam waktu yang lama oleh semua warga sekolah. Setiap sekolah harus menciptakan budaya sekolah sendiri sebagai identitas diri dan juga sebagai rasa kebanggaan akan sekolah tersebut guna mencapai tujuan pendidikan. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di masyarakat luas.

Budaya sekolah merupakan seperangkat asumsi, nilai-nilai dan norma yang dikembangkan secara produktif mampu memberikan pengalaman baik bagi bertumbuh kembangnya kecerdasan, keterampilan, dan aktivitas siswa. Budaya sekolah merupakan perpaduan nilai-nilai, keyakinan, asumsi, pemahaman dan harapan-harapan yang diyakini oleh warga sekolah dan dijadikan sebagai pedoman dalam berperilaku serta sebagai solusi pemecahan masalah yang mereka hadapi.

Pengertian Budaya Sekolah 

Berikut definisi dan pengertian budaya sekolah dari beberapa sumber buku dan referensi:

  • Menurut Arifin dan Wahyudi (2018), budaya sekolah adalah keyakinan, kebijakan, norma, nilai dan kebiasaan di dalam sekolah yang dibentuk, diperkuat, dan dipelihara melalui pimpinan dan para guru di sekolah. 
  • Menurut Susanto (2016), budaya sekolah adalah sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan, keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, siswa dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di masyarakat luas. 
  • Menurut Sudrajat (2014), budaya sekolah adalah tradisi, keyakinan, dan norma-norma di dalam sekolah yang dapat dibentuk, diperkuat dan dipelihara melalui pimpinan dan para guru di sekolah. 
  • Menurut Maryamah (2016), budaya sekolah adalah keseluruhan latar fisik, lingkungan, suasana, rasa, sifat, dan iklim sekolah yang secara produktif mampu memberikan pengalaman baik bagi bertumbuh kembangnya kecerdasan, keterampilan, dan aktifitas siswa. 
  • Menurut Suharsaputra (2010), budaya sekolah adalah kepribadian organisasi yang membedakan antara satu sekolah dengan sekolah lainnya, bagaimana seluruh anggota organisasi sekolah berperan dalam melaksanakan tugasnya tergantung pada keyakinan, nilai dan norma yang menjadi bagian dari budaya sekolah tersebut.

Fungsi Budaya Sekolah 

Maryamah (2016), fungsi budaya sekolah pada dasarnya dapat ditinjau dari dua sudut pandang. Bagi organisasi sekolah, budaya sekolah menciptakan mutu layanan kerja yang lebih baik, membuka berbagai jaringan komunikasi secara vertikal maupun horizontal, mendorong adanya transparansi, serta memampukan sekolah menjadi adaptif. Sedangkan bagi individu, budaya sekolah berfungsi diantaranya mendorong sikap disiplin dan proaktif, kemauan belajar dan berprestasi siswa, serta memacu guru dan staf memberikan layanan yang terbaik.

Menurut Susanto (2016), fungsi budaya sekolah adalah sebagai berikut:

  1. Budaya sekolah mempengaruhi prestasi dan perilaku sekolah. artinya bahwa budaya menjadi dasar bagi siswa dapat meraih prestasi melalui ketenangan yang diciptakan iklim dan peluangpeluang kompetetitif yang diciptakan program sekolah. 
  2. Budaya sekolah tidak tercipta dengan sendirinya, tetapi memerlukan tangan-tangan kreatif, inovatif, dan visioner untuk menciptakan dan menggerakkannya. 
  3. Budaya sekolah adalah unik walaupun mereka menggunakan komponen yang sama tetapi tidak ada dua sekolah yang persis sama. 
  4. Budaya sekolah memberikan kepada semua level manajemen untuk fokus pada tujuan sekolah dan budaya menjadi kohesi yang mengikat bersama dalam melaksanakan misi sekolah. 
  5. Meskipun demikian, budaya dapat menjadi counter productive dan menjadi suatu rintangan suksesnya bidang pendidikan dan budaya dapat bersifat membedakan dan menekankan kelompok-kelompok tertentu di dalam sekolah. 
  6. Perubahan budaya merupakan suatu proses yang lambat, seperti perubahan cara mengajar dan struktur pengambilan keputusan.

Indikator Budaya Sekolah 

Sekolah sama seperti organisasi. Membangun budaya sekolah berarti membangun budaya organisasi. Indikator budaya sekolah adalah sebagai berikut:

a. Norma (Norms) 

Norma merupakan adanya standar perilaku yang mencakup pedoman mengenai banyak pekerjaan yang dilakukan. Budaya organisasi disekolah ditandai dengan adanya norma-norma yang berisi tentang standar perilaku dari anggota sekolah, baik bagi siswa maupun guru. Norma-norma membentuk berbagai ide menyangkut apa yang para anggota harus lakukan dan rasakan, bagaimana perilaku ini harus diatur, dan sanksi apa yang harus diterapkan ketika perilaku yang terjadi tidak sesuai dengan kebanyakan.

b. Filosofi (Philosophy) 

Filosofi dalam hal ini adalah adanya kebijakan yang membentuk kepercayaan organisasi mengenai bagaimana karyawan diperlakukan. Jika kita mengadopsi filosofi dalam dunia bisnis yang memang telah terbukti memberikan keunggulan pada perusahaan, di mana filosofi ini diletakkan pada upaya memberikan kepuasan kepada para pelanggan, maka sekolah pun selayaknya memiliki keyakinan akan pentingnya upaya untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan.

c. Aturan (Rules) 

Setiap sekolah memiliki ketentuan dan aturan main tertentu, baik yang bersumber dari kebijakan sekolah setempat, maupun dari pemerintah yang mana aturan tersebut mengikat bagi seluruh warga sekolah dalam berperilaku dan bertindak. Aturan umum di sekolah dikemas dalam bentuk tata-tertib sekolah yang di dalamnya berisikan tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh warga sekolah, yang dilengkapi pula dengan ketentuan sanksi, jika telah melakukan pelanggaran.

d. Iklim organisasi (Organization climate) 

Budaya organisasi ditandai dengan adanya iklim organisasi. Di sekolah terjadi interaksi yang saling mempengaruhi antara individu dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial. Lingkungan ini akan dipersepsi dan dirasakan oleh individu tersebut sehingga menimbulkan kesan dan perasaan tertentu. Dalam hal ini, sekolah harus dapat menciptakan suasana lingkungan kerja yang kondusif dan menyenangkan bagi setiap anggota sekolah, melalui berbagai penataan lingkungan, baik fisik maupun sosialnya. Lingkungan kerja yang kondusif baik lingkungan fisik, sosial maupun psikologis dapat menumbuhkan dan mengembangkan motivasi untuk bekerja dengan baik dan produktif.

Unsur-unsur Budaya Sekolah 

Menurut Deal dan Peterson (2016), unsur-unsur budaya sekolah adalah sebagai berikut:

a. Unsur Simbol. Artefak, Arsitektur dan Rutinitas 

Simbol mewakili nilai dan kepercayaan budaya yang tidak berwujud ke dalam manifestasi lahiriah. Sekolah memiliki banyak simbol, yaitu: 

  1. Artefak. Berupa logo sekolah, poster, pernyataan misi, pin, spanduk, piala, hasil karya siswa dan benda-benda lainnya yang menyampaikan nilai sekolah.
  2. Arsitektur dan pengaturan fisik sekolah. Berupa desain gedung sekolah, penataan ruang-ruang di sekolah, makna pemilihan warna gedung, penataan pekarangan.
  3. Rutinitas. Sinyal simbolik terdapat dalam rutinitas sekolah seperti rutinitas doa pagi bersama, salam, yel-yel, aktivitas pemimpin mengelilingi sekolah dan ekspresi yang mereka layangkan, penggunaan bahasa. 

b. Unsur Jiwa Sekolah. Nilai-nilai, Norma, Keyakinan dan Asumsi 

Nilai-nilai mendefinisikan standar kebaikan, kualitas atau keunggulan yang mendasari perilaku. Norma dipahami sebagai adat organisasi dan tanda atau tabu yang tidak tertulis yang mengatur perilaku di sekolah. Keyakinan menyangkut bagaimana sekolah memahami dan menghadapi dunia sekitar berdasarkan pengalaman pribadi dan interpretasi organisasi. Sedangkan asumsi dapat dipandang sebagai sistem prasadar dari keyakinan, persepsi dan nilai.

c. Unsur yang Menanamkan Tujuan dan Makna. Ritual 

Aktivitas ritual sekolah mengaktualisasikan cara untuk menanamkan tujuan, menghormati kepercayaan, memperkuat nilai-nilai, menunjukkan pengakuan simbolis, serta menandai peristiwa-peristiwa penting dalam waktu tertentu. Ritual di tersebut misalnya ritual salam, perayaan ulang tahun sekolah, pertemuan rutin para guru, ritual di kelas, refreshing tahunan, perayaan keagamaan, dan lainnya.

d. Unsur di Luar Visi. Cerita dan Kisah 

Di sekolah terdapat cerita dan kisah sehari-hari (di luar cerita yang berkaitan dengan visi sekolah), yang berasal dari individu maupun peristiwa yang telah terjadi. Cerita tersebut biasanya bersumber dari proses kegiatan sehari-hari yang sering kali diceritakan kembali karena menarik, menyenangkan, mengandung makna, dapat dijadikan acuan maupun memberi semangat. Menceritakan cerita ini juga sering kali efektif bagi pemimpin dalam menawarkan solusi, mensosialisasikan budaya pada staf baru serta untuk memperkuat kepercayaan.

e. Unsur Budaya dalam Tindakan. Upacara, Tradisi dan Perayaan 

Upacara, tradisi dan perayaan merupakan peristiwa penting yang memiliki makna khusus dan terjadi setiap tahun, yang dilangsungkan untuk menopang, memelihara nilai-nilai sekolah, membangun ikatan warga sekolah serta memperkuat misi inti sekolah. Misalnya tradisi pertunjukan seni tahunan, tradisi perayaan kemerdekaan, dan lainnya. Ketiganya dirancang untuk menopang budaya dan memperkuat keberadaannya.

f. Unsur Sejarah. Nilai Pengetahuan 

Unsur sejarah memuat nilai pengetahuan yang memberi pembelajaran berdasarkan pengalaman di masa lampau tentang bagaimana sekolah memperbaiki atau mereformasi kekurangan yang ada.

Nilai-nilai Budaya Sekolah 

Menurut Maryamah (2016), nilai-nilai budaya sekolah dapat dikembangkan melalui beberapa kegiatan berikut ini:

a. Kebiasaan Hidup Bersih 

Kebiasaan hidup bersih merupakan perilaku positif yang dianjurkan dalam agama. Di dalam agama juga diterangkan bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman. Ada nilai-nilai religius dan nilai-nilai medis yang dapat dipetik dari pembiasaan kegiatan tersebut. Ucapan dan tingkah laku yang baik berasal dari hati yang bersih. Secara medis, badan dan pakaian yang bersih berdampak terhadap terhadap kesehatan otak. Hasilnya sama dengan tinjauan dari sudut pandang religius.

b. Etika dan Akhlak Mulia 

Etika atau akhlak mulia merupakan tata aturan yang wajib dimiliki untuk bisa hidup berdampingan secara damai dengan orang lain. Di dalam kehidupan keluarga, sekolah, ataupun masyarakat diperlukan etika agar dapat menghargai dan menghormati satu sama lain. Ketika seorang individu memiliki etika yang positif tentulah ia akan diterima dengan baik di lingkungannya. Oleh karena itu, etika dan akhlak mulia sangat diperlukan pada diri setiap orang.

c. Kejujuran 

Kejujuran merupakan sikap yang harus dimiliki oleh setiap individu. Dalam lingkungan sekolah, seluruh warga sekolah harus dilatih untuk bersikap jujur, mulai dari jujur terhadap diri sendiri, jujur terhadap orang lain, dan jujur terhadap Tuhan. Kejujuran dapat ditumbuhkan di lingkungan sekolah melalui kegiatan pembelajaran, sehingga dapat menghasilkan peserta didik yang berkarakter jujur untuk hari ini dan hari yang akan datang.

d. Kasih Sayang 

Di lingkungan sekolah kasih sayang perlu ditumbuhkan agar tercipta kehidupan yang baik dan tenteram. Kasih sayang yang dimaksud adalah sikap saling membantu, menjaga dan mengarahkan ke arah yang lebih baik.

e. Mencintai Belajar 

Seorang guru dapat memberikan pengertian dan memberikan arahan kepada peserta didik untuk mencintai belajar. Belajar merupakan kewajiban peserta didik, apabila belajar dilakukan secara ikhlas maka prosesnya akan lebih mudah dan menyenangkan. Dengan belajar peserta didik dapat mengembangkan pemikiran, pengetahuan, serta memperoleh keterampilan baru yang akan bermanfaat untuk bekal kehidupannya kedepan.

f. Bertanggung Jawab 

Sekolah sebagai lembaga pendidikan dapat dijadikan tempat untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab bagi setiap warga sekolah. Dimana seluruh warga sekolah mempunyai tanggung jawab masing-masing yang harus dilaksanakan. Kepala sekolah, guru atau tenaga kependidikan dapat memberikan pengertian, pembelajaran dan teladan sikap tanggung jawab untuk peserta didiknya.

g. Menghormati Hukum dan Peraturan 

Di dalam lingkungan sekolah, menghormati hukum dan peraturan merupakan hal yang harus dilaksanakan agar tercipta suasana pembelajaran yang kondusif. Jika setiap warga sekolah mampu menaati peraturan, maka akan mudah untuk mencapai tujuan pembelajaran. Baik kepala sekolah atau guru memiliki tanggung jawab untuk menegakkan peraturan yang telah disetujui bersama. Mereka juga harus memberi pengertian kepada peserta didik bahwa menaati peraturan lebih baik didasari kesadaran diri, yang mana peraturan itu dibuat dan ditaati untuk kebaikan bersama.

h. Menghormati Hak Orang Lain 

Di dalam lingkungan sekolah, menghormati hak orang lain adalah hal yang harus diterapkan. Kita tidak diperbolehkan untuk membeda-bedakan orang lain karena suatu kepentingan tertentu atau mementingkan diri sendiri tanpa memberikan penghargaan kepada orang lain. Penghargaan kepada orang lain tidak boleh melihat status sosial, ekonomi, agama, dan budaya.

i. Mencintai Tugas 

Dalam sebuah pembelajaran atau pendidikan, memahamkan peserta didik untuk mengerjakan tugas secara senang hati itu perlu dilaksanakan. Jika peserta didik mengerjakan tugas dengan berat hati, maka mereka akan sulit mencapai tujuan pembelajaran. Dalam hal ini, penting bagi seorang guru untuk memberikan kesadaran bagi peserta didik tentang pentingnya menghargai dan mencintai tugas.

j. Suka Menabung 

Menabung adalah kegiatan positif yang berupa menyisihkan uang yang berguna untuk mengantisipasi kebutuhan dimasa yang akan mendatang. Pada lingkungan sekolah yang baik, akan mengajarkan peserta didik untuk rajin menabung demi kebaikan mereka. Proses pembiasaan pola hidup menabung sangat bermanfaat untuk masa depan.

k. Suka Bekerja Keras 

Bekerja keras merupakan bagian dari pendidikan anak baik di rumah atau di sekolah. Bekerja keras merupakan salah satu sifat atau perilaku yang terpuji. Dengan bekerja keras, seseorang dapat mencapai tujuan yang dicita-citakan. Bekerja keras yang dimaksud untuk peserta didik adalah upaya yang menunjukkan rasa sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

l. Tepat Waktu 

Waktu merupakan pedang, begitulah warisan petuah dari para sahabat Nabi SAW. Di dalam lingkungan sekolah, perlu adanya nilai budaya yang memperhatikan tentang ketepatan waktu, karena hal tersebut mampu menumbuhkan kedisiplinan bagi setiap warga sekolah.

Daftar Pustaka

  • Susanto, Ahmad. 2016. Manajemen Peningkatan Kinerja Guru Konsep, Strategi dan Implementasinya. Jakarta: Kencana. 
  • Sudrajat, Ajat. 2016. Budaya Sekolah dan Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Intan Media.
  • Maryamah, Eva. 2016. Pengembangan Budaya Sekolah. TARBAWI Vol.2. No.02.
  • Suharsaputra, Uhar. 2010. Administrasi Pendidikan. Bandung: Refika Aditama.
  • Maryamah, Eva. 2016. Pengembangan Budaya Sekolah. TARBAWI Vol. 2 No. 2.
  • Arifin, H. 2018. Konsep-konsep Dasar Statistika. Jakarta: Universitas Terbuka.